PARBOABOA, Jakarta – Peretas asal Brasil yang bobol situs Polri diduga karena tidak suka cara pemerintah Indonesia memperlakukan warganya. Alasan tersebut muncul karena hacker dengan kode nama Son1x ini sering membaca keluhan orang-orang Indonesia terhadap pemerintahannya di media sosial.
Hacker tersebut juga mengaku kerap berkomunikasi dengan orang-orang Indonesia yang menceritakan kehidupan mereka di negara Indonesia.
"Saya melakukan ini karena saya tidak mendukung pemerintah dan apa yang mereka lakukan pada masyarakatnya. Orang-orang tidak seharusnya bekerja atau mendukung pemerintah, pemerintah lah yang harusnya melakukan ini," ujarnya peretas ini dalam bahasa Inggris di situs Ghostbin.
Son1x yang tergabung dalam tim hacker theMx0nday ini menyebut dirinya beraksi seorang diri dalam serangan yang membocorkan data internal lembaga kepolisian ini. Dia menegaskan pemerintah sebagai alasan dalam serangan siber itu.
"Banyak orang yang mengontak saya dan menceritakan tentang situasi kehidupan mereka di Indonesia. Saya berpihak ke mereka, dan memutuskan untuk menolong mereka dengan yang saya bisa," tulisnya.
Selain menjualnya di situs Ghostbin, peretas juga membagikan dua tautan di akun Twitternya @Son1x666 untuk mengunduh file yang berisi sampel data-data tersebut.
Dalam postingan tersebut terdapat dua tautan yang berukuran sama yaitu 10,27 MB. Data yang dibagikan itu dinamai 'polrileak.txt' dan 'polri.sql'.
Seperti diberitakan sebelumnya situs Kepolisian Republik Indonesia telah diretas dan peretas menjual data-data anggota POLRI yang berhasil didapatnya tersebut pada sebuah forum hacker internasional.
Tak hanya itu, peretas memberikan link atau tautan website agar Link yang ia bagikan tersebut dapat diunduh sebagai bukti bahwa ia telah berhasil membobol database POLRI. Peretas memberikan link yang berisi 2 buah file database dengan ukuran masing-masing 10,27 MB. File pertama dinamakan polrileak.txt dan file kedua polri.sql.
Isi file tersebut adalah sampel informasi penting dari data pribadi personil kepolisian, seperti nama, nrp, pangkat, tempat dan tanggal lahir, satuan kerja, jabatan, alamat, agama, golongan darah, suku, email, bahkan nomor telepon pribadi.
Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri mengatakan tengah mendalami kasus pembobolan data yang diduga melibatkan informasi pribadi anggota Polri dan orang-orang terdekatnya sebagaimana yang disebutkan peretas dalam laman tersebut.
Pakar keamanan siber Pratama Persadha yang juga ketua lembaga riset CISSReC menganggap peretasan situs Polri yang dilakukan oleh hacker yang berasal dari Brazil tersebut merupakan aksi yang hanya ingin mencari reputasi di komunitasnya atau sekedar mencari pride belaka.
“Kemungkinan besar serangan ini sebagai salah satu bentuk hacktivist, unutk mencari reputasi di komunitasnya, ataupun untuk memperkenalkan tim hackingnya,” jelas Pratama.