PARBOABOA, Simalungun – Dusun Bornoh di Desa Siporkas, salah satu daerah terpencil yang mungkin masih terdengar asing di telinga masyarakat Kabupaten Simalungun, terlebih Sumatra Utara. Ia hanya sedikit terdengar di kalangan masyarakat Kecamatan Raya, satu dari 32 kecamatan di Kabupaten Simalungun.
Bornoh sendiri merupakan sebutan untuk Oppung Marlajar Saragih Sidauruk yang menjadi sang “Pamukkah Huta” atau orang pertama kali yang membuka dan menghuni dusun tersebut, sekira tahun 1600 hingga 1700an.
Nama itu lantas diabadikan untuk dusun yang terletak di tengah lembah dan dikelilingi Pegunungan Bukit Barisan.
Dusun itu kini dihuni sekira 258 jiwa atau sebanyak 63 kepala keluarga (KK) dengan mayoritas penduduk beragama Kristen Protestan.
Rumah-rumah yang ada di Dusun Bornoh pun sangat sederhana. Hampir semua bangunannya terbuat dari kayu atau papan, sebutan masyarakat setempat.
Hanya segelintir warga dusun yang mampu menambahkan bata untuk dinding rumah mereka. Itupun sekadar untuk menghindari udara dingin karena kondisi Dusun Bornoh yang ada di dalam hutan belantara dan terletak di kaki gunung.
Sulitnya Akses Jalan ke Dusun Bornoh
Berbicara akses jalan, hanya ada dua alternatif menuju Dusun Bornoh. Pertama dari Simpang Sondi Raya, atau memutar melalui perbatasan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai dengan Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun.
Kondisi jalan menuju Dusun Bornoh tidak memadai. Jalan utama pun masih berupa tanah. Selain di Dusun Bornoh, kondisi jalan seperti itu juga terjadi di hampir seluruh daerah di Kecamatan Raya.
Padahal berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kecamatan tersebut memiliki jalan terpanjang di Kabupaten Simalungun, yaitu 112,74 kilometer dan 50,4 persennya dalam kategori ‘rusak berat’.
Namun, dari total ruas jalan tersebut hanya sebagian jalan yang baru diperbaiki. Perbaikan jalan pun dilakukan usai petarung Mix Martial Art (MMA) asal Simalungun, Jeka Saragih meminta Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi untuk memperbaiki jalan menuju dusunnya, Dusun Bah Pasunsang yang berada di desa yang sama dengan Dusun Bornoh.
Permintaan perbaikan itu karena Jeka telah mengharumkan nama Sumatra Utara di tingkat internasioal.
Hanya saja, perbaikan jalan permintaan Jeka Saragih ini hanya mampu dipenuhi Pemprov Sumut sepanjang 10 kilometer saja dan tidak termasuk akses menuju Dusun Bornoh.
Kondisi jalan yang rusak parah membuat akses menuju Bornoh semakin sulit apalagi kondisi geografis menuju desa yang menanjak dan menurun curam.
Bahkan saat hujan, jalan menuju Dusun Bornoh tak bisa dilewati. Tak jarang banyak kendaraan masyarakat terbenam karena rusaknya jalan. Dalam kondisi seperti itu, akses ke Bornoh hanya bisa dilintasi sepeda motor dan kendaran roda empat dengan dual gardan atau transmisi penggerak untuk roda depan.
Menurut salah seorang warga Dusun Bornoh, Martua H Lubis semasa hidupnya belum pernah menemukan kedatangan mobil lain selain kendaraan gardan 2 seperti Toyota Hiline dan Taft memasuki dusun mereka.
“Saya sudah kurang lebih 20 tahun tinggal di sini, belum pernah saya melihat mobil lain selain Hiline, Taft memasuki desa ini. Adapun beberapa mungkin seperti pick up L300 yang bisa masuk. Selainnya tidak pernah,” tuturnya.
Martua menduga, buruknya akses jalan ke dusunnya turut memengaruhi tingkat perekonomian masyarakat di dusun tersebut. Bahkan warga dusun pun malas keluar dari dusun, sementara warga dari luar dusun, juga malas masuk ke Bornoh.
Bahkan untuk kegiatan perekonomian, masyarakat Dusun Bornoh lebih memilih membelinya dari pedagang keliling daripada harus ke pasar
Akses Internet pun Tak Memadai
Selain kondisi jalan, terpencilnya Dusun Bornoh di Kecamatan Raya juga terlihat dari tidak memadainya akses telekomunikasi di dusun tersebut.
Jangankan internet, sambungan telepon seluler saja kadang tidak terjangkau di desa tersebut. Sinyal telepon seluler pun kadang ada, kadang tidak. Hal itu disebabkan tidak adanya base transceiver station (BTS).
Akses telepon seluler di Dusun Bornoh hanya terdeteksi GSM atau CDMA dari operator seluler Telkomsel. (bersambung…)
Laporan ini merupakan bagian pertama dari liputan khusus ‘Menilik Dusun Terpencil “Bornoh” di Simalungun
Reporter: Patrick Damanik