PARBOABOA – Israel menawarkan proposal gencatan senjata yang baru kepada kelompok Hamas. Namun, dalam proposal itu tidak ada poin tentang menghentikan agresi militer di Gaza.
Proposal gencatan senjata baru yang ditawarkan Israel itu telah dikirimkan kepada kelompok Hamas melalui Qatar.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Sabtu (01/06/2024), Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dalam pidatonya menawarkan proposal gencatan senjata baru yang dinilai komprehensif kepada kelompok Hamas.
Menurutnya proposal itu akan mengakhiri perang dengan jangka panjang, membawa pulang semua sandera, menjamin keamanan Israel, menciptakan hari yang lebih baik ke depannya di Gaza tanpa kekuasaan Hamas serta membuka jalan penyelesaian politik yang baik bagi Israel dan Palestina.
“Ini benar-benar momen yang menentukan. Hamas seharusnya menerima kesepakatan itu. Sudah waktunya mengakhiri perang yang mereka mulai,” tutur Joe Biden.
Joe Biden mendesak Israel dan Hamas untuk menerima kesepakatan tersebut serta tidak menyia-nyiakan momen ini.
“Kita tidak boleh kehilangan momen ini,” tegas Presiden ke-46 Amerika Serikat itu.
Joe Biden menerangkan rencana tiga fase yang mengarah pada penghentian perang secara permanen yang menjadi salah satu poin penting.
Fase pertama adalah gencatan senjata yang berlangsung selama enam minggu. Dalam waktu ini, Israel dan Hamas akan merundingkan penghentian pertempuran di Gaza secara permanen.
Jika negosiasi memakan waktu lebih lama dari enam minggu, maka gencatan senjata akan terus belanjut sampai mencapai kesepakatan.
Fase kedua adalah Hamas menyerahkan semua sandera yang tersisa. Kemudian Israel akan menarik semua pasukannya dari Gaza. Sedangkan fase ketiga adalah mengenai rencana rekonstruksi besar-besaran.
Bukan hanya Hamas, Joe Biden juga mendesak para pemimpin Israel untuk mendukung usulan tersebut. Alasannya adalah Hamas tidak lagi mampu melakukan serangan lain kepada Israel seperti apa yang terjadi pada tanggal 7 Oktober 2023.
Joe Biden menuturkan, usulan yang ada dalam proposal gencatan senjata baru itu adalah cara terbaik untuk mulai meredakan konflik mematikan di Gaza.
“Dengan gencatan senjata, bantuan dapat didistribusikan dengan aman dan efektif kepada semua yang membutuhkan,” tandasnya.
Sementara itu, kelompok Hamas enggan meneruskan negosiasi gencatan senjata yang baru sebelum Israel menghentikan gempuran di Gaza.
“Jika penjajah berhenti melakukan perang dan agresi ke rakyat kami di Gaza, maka kami siap mencapai kesepakatan lengkap termasuk pertukaran yang komprehensif,” ucap salah seorang pejabat Hamas.
Sikap ini juga sudah disampaikan kepada mediator yaitu Qatar, Mesir dan Amerika Serikat pada Jumat (31/05/2024).
Hamas dan fraksi lainnya di Palestina, tidak akan bersedia terlibat dalam keberlangsungan negosiasi mengingat agresi yang dilakukan Israel kepada warga sipil. Hamas mengaku selama ini sudah mengikuti negosiasi dengan fleksibilitas dan semangat positif.
Di sisi lain, pemerintah Israel tidak akan menghentikan perang di Gaza bahkan jika Hamas membebaskan seluruh sandera yang ditawan pada 7 Oktober 2023.
Hal ini diungkapkan oleh Penasehat Keamanan Nasional Israel, Tzachi Hanegbi. Dalam pertemuan dengan keluarga sandera Israel, Hanegbi mengungkapkan alasan Israel menyetujui pembebasan para sandera tahap satu.
Perjanjian tahap satu untuk pembebasan sandera diklasifikasikan berdasarkan alasan kemanusiaan dan dapat segera dicapai.
Namun, Hanegbi mengatakan kepada keluarga sandera bahwa pemerintah tidak akan mengambil keputusan untuk menghentikan perang sebagai imbalan pembebasan sandera.
“Bila sandera belum juga dibebaskan dalam beberapa minggu atau bulan, kami tidak punya rencana selain terus bertempur di Gaza dan di utara. Baru pada saat itu kami akan meninjau kembali,” ucap Hanegbi dilansir dari Anadolu.
Sebelumnya, beberapa fraksi Palestina termasuk Hamas dan Jihad Islam telah menangkap sekitar 239 orang.
Menurut media Israel, sandera diambil saat serangan mendadak yang dilakukan ke situs militer dan pemukiman yang berdekatan dengan Gaza pada 7 Oktober 2023.
Laporan Israel, sebanyak 121 tawanan yang merupakan warga Israel masih berada di Gaza. Sementara Hamas mengatakan pada tanggal 26 Mei lalu bahwa mereka telah menangkap lebih banyak tentara Israel selama operasi di Gaza.