PARBOABOA, Medan - Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan beberapa rekomendasi bagi investor untuk mengalokasikan dananya ke instrumen investasi yang pas.
Kepala Perwakilan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Utara, M Pintor Nasution mengatakan, bagi investor lama, aktivitas rebalancing untuk menyesuaikan portofolio sudah dimulai. Sementara bagi investor pemula yang baru mulai, tahun ini ini merupakan momen yang menantang karena seperti memasuki dunia yang baru dalam hal pengelolaan aset melalui pasar modal.
Pintor mengatakan, secara umum strategi investasi dalam mengawali tahun yang baru bisa dilakukan para investor dengan cara menyesuaikan tujuan investasi dan karakteristik masing-masing. Seiring berjalannya waktu, strategi investasi bisa saja berubah secara dinamis mengikuti situasi, baik kondisi pasar, sentimen atau persepsi para pelaku pasar.
"Strategi investasi juga bisa bervariasi akibat faktor eksternal seperti situasi dan kondisi perekonomian di dalam negeri, regional, dan dunia," jelasnya, Senin (23/01/2023).
Pintor menerangkan, acuan suku bunga internasional yang umumnya merujuk Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed (The Federal Reserve), menjadi salah satu indikator penting bagi pasar global. Strategi investasi bisa merujuk pada faktor politik, stabilitas keuangan dan faktor lain, termasuk analisa atas sektor-sektor usaha juga iklim usaha.
Menurutnya, berbagai variabel-variabel tersebut jadi pertimbangan para investor di pasar modal yang berinvestasi secara langsung perlu memiliki waktu untuk mengamati dan menganalisis situasi dan kondisi pasar.
Kata Pintor, beberapa strateginya dengan membeli saham di pasar perdana dan menjual di pasar sekunder, karena adanya keyakinan bahwa harga suatu saham cenderung akan bergerak naik setelah saham dicatatkan di bursa efek.
Pintor menjelaskan, ketika suatu saham ditawarkan kepada publik di pasar perdana, ada penjamin emisi efek (PEE) atau yang disebut underwriter, yang akan menjaga harga saham yang baru dicatat di pasar sekunder atau di Indonesia dicatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) agar harganya tidak turun pada awal pencatatan.
"Kondisi ini dimungkinkan karena underwriter umumnya mencadangkan dana untuk membeli saham emiten baru yang dijaminnya saat mulai dicatat di papan perdagangan BEI," ucapnya.
Masih kata Pintor, jika investor memilih strategi ini, setiap individu harus tetap menganalisa harga perdana (harga saham saat ditawarkan di pasar perdana), dan kondisi pasar saat saham tersebut tercatat di pasar sekunder.
Menurutnya situasi ini hanya bisa berlaku pada waktu pasar sedang bullish (harga-harga saham di pasar sekunder sedang naik). Jika momen pencatatan saham perdana terjadi pada waktu pasar sedang turun (bearish), bisa saja dana yang disiapkan underwriter tidak bisa mem-back up pembelian saham tersebut agar harganya naik.
Pintor melanjutkan, strategi lainnya dengan beli dan simpan (buy and hold), di mana investor berkeyakinan bahwa suatu perusahaan akan berkembang dalam jangka panjang. Hal ini didukung oleh perusahaan yang memiliki produk yang sangat strategis atau konsisten mencatatkan kinerja perusahaan yang positif dalam jangka panjang.
Kata dia, umumnya strategi ini dilakukan dengan cara membeli saham di pasar sekunder ketika harga saham tergolong rendah atau ketika pasar sedang bearish (harga-harga saham cenderung turun).
"Sehingga, ketika dalam jangka panjang kinerja perusahaan bertumbuh dan pasar bullish, investor bisa menjual saham ini dan mendapatkan capital gain," jelasnya.
Strategi lainnya, terang Pintor, dengan berpindah (switching), di mana investor yang aktif mengikuti perkembangan pasar. Tujuannya memanfaatkan peluang kemungkinan naiknya harga saham lain dengan harapan pemodal tersebut memperoleh capital gain dalam waktu singkat.
"Dalam jangka panjang, strategi ini bertujuan mengubah jenis saham yang dimiliki, dengan harapan saham lain lebih prospektif. Strategi ini cocok digunakan pada saham-saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek (likuid)," sebutnya.
Pintor menerangkan, strategi mengurangi kerugian (cut loss) juga bisa dilakukan, untuk meminimalisir kerugian atas pembelian saham, yaitu dengan cara menjual saham yang sebelumnya dimiliki di level tertentu, walaupun harga jual saham tersebut lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada waktu pembelian.
Berikut hal lainnya yang bisa jadi rekomendasi menurut keterangan Pintor, dengan membeli saham-saham tidur atau tidak aktif, karena biasanya saham jenis ini tidak diperhatikan para investor.
Sehingga, secara umum, harga saham-saham tersebut cenderung tergolong murah. Investor yang berjenis konservatif dinilai cocok untuk membeli saham-saham yang tidak aktif tersebut. Hal ini karena potensi keuntungan pada saham yang demikian ini baru terjadi pada jangka waku yang lama.
Strategi selanjutnya konsentrasi pada industri, di mana perhatian di pusatkan pada perkembangan industri tertentu. Strategi ini dilakukan oleh investor yang sangat memahami sektor usaha tertentu, termasuk kondisi bisnis, mekanisme kerja, tren industri dan sebagainya.
Dengan strategi investasi ini, investor dapat memilih saham-saham yang terbaik pada industri tersebut. Sehingga, jika harga sahamnya sedang mengalami penurunan , investor bisa memutuskan untuk mempertahankan saham untuk jangka panjang, atau harus melakukan tindakan cut loss atau switching.
Strategi berikutnya membeli pasar. Seorang pemodal dikatakan melakukan strategi membeli pasar, apabila investor secara relatif proporsional membeli saham-saham yang ada di bursa efek, misalnya 50 persen jenis saham yang tecatat di bursa efek.
Strategi ini mungkin kurang tepat bagi investor kecil, karena untuk melaksanakan strategi ini membutuhkan dana yang besar. Keuntungan yang akan diperoleh investor paling tidak akan menyamai kenaikan saham-saham secara keseluruhan di BEI.
Lainnya strategi membeli melalui reksa dana, dengan mempercayakan pengelolaan dana yang dimiliki oleh investor kepada suatu lembaga yang disebut manajer investasi (MI) untuk membeli reksa dana yang dikelola oleh MI. Dana yang terkumpul dari investor-investor yang membeli reksa dana akan dikelola MI dengan cara membeli saham-saham melalui strategi yang dimiliki MI yang memiliki kompetensi dalam mengelola dana investasi.
"Melalui reksa dana, investor lebih pasif dan tidak perlu punya waktu khusus untuk memantau investasinya. Investor hanya cukup melihat naik turunnya harga unit reksa dana yang dimilikinya. Kemudian, memutuskan waktu kapan hendak membeli dan menjual sesuai profil risiko dan kebutuhan investasi masing-masing. Nilai investasi yang dibutuhkan untuk membeli reksa dana juga relatif kecil, karena dapat dipecah ke dalam unit-unitnya," pungkas Pintor.