PARBOABOA, Jakarta - Memiliki berat badan dan bentuk tubuh ideal menjadi impian banyak orang, baik laki-laki maupun perempuan.
Masyarakat terutama penderita obesitas melakukan banyak cara agar impian memiliki tubuh ideal dapat tercapai.
Bagi seseorang yang sabar dan konsisten, maka langkah yang ditempuh biasanya berkisar pada olah raga yang tepat, gaya hidup sehat hingga pola makan yang benar.
Namun tak jarang, dalam proses mendapatakan tubuh ideal, seseorang juga menggunakan obat-obatan baik oral maupun suntik.
Sayangnya, di Inggris beredar suntikan penurun berat badan palsu yang dijual bebas secara online.
Banyak kabar mengatakan, orang yang menggunakan suntikan tersebut justru mengalami hipoglikemia dan berakhir koma.
Hipoglikemia merupakan kondisi ketika kadar gula dalam darah seseorang berada di bawah normal.
Suntikan penurun berat badan yang asli mengandung Ozempic (semaglutide) atau Saxenda (liraglutide).
Saxenda sebenarnya diizinkan di Inggris untuk menurunkan berat badan namun dibarengi dengan olahraga dan diet.
Sedangkan Ozempic telah disetujui untuk penderita diabetes tipe 2 orang dewasa.
Ozempic tidak diizinkan digunakan untuk menurunkan berat badan, tapi biasanya, obat ini justru disalahgunakan digunakan di luar fungsi utamanya.
Sementara setelah diteliti, pena penurun berat badan palsu yang dijual secara online sebenarnya mengandung zat yang tidak sesuai dengan yang tertera pada label.
Diduga, obat suntik tersebut mengandung insulin, bukan semaglutide. Padahal insulin berfungsi menurunkan gula darah.
Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan (MHRA) Inggris lantas mengeluarkan peringatan keras setelah menyita ratusan suntikan palsu tersebut.
Ada sekitar 369 pena Ozempic yang diduga palsu sejak Januari 2023. MHRA juga mengaku menerima laporan tentang pena Saxenda palsu.
Menteri Kesehatan Will Quince mengatakan, pasien sebaiknya hanya menggunakan obat-obatan semacam Ozempic atau Saxenda berdasarkan resep yang diberikan dokter.
Apa itu Obesitas?
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan RI, obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama.
Data WHO menunjukkan ada sekitar 650 juta penduduk usia dewasa menderita obesitas.
Selain itu, ada sekitar 39 juta anak usia di bawah 5 tahun yang juga mengalami kondisi ini.
Sementara di Indonesia, data dari Riset Kesehatan Dasar Indonesia menunjukkan ada 22 persen atau sekitar 625.000 orang dewasa obesitas.
Jika seseorang memiliki indeks massa tubuh 25 kg/m2 atau lebih, maka dia masuk masuk kategori obesitas.
Indeks Massa Tubuh (atau BMI) dihitung dari berat badan (dalam kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter).
Umumnya, obesitas muncul akibat gaya hidup tidak sehat seperti kurang aktivitas fisik dan pola makan yang tidak sehat.
Namun, obesitas juga dipengaruhi oleh genetika, kondisi mental, efek samping pengobatan, hingga penyakit tertentu.
Jika seseorang mengalami obesitas, biasanya juga akan mengalami gangguan kesehatan lain di antrannya, tekanan darah tinggi, diabetes, nyeri sendi, bahkan penyakit jantung.
Maka dari itu, obesitas harus segera diatasi dan dihindari dengan menerapkan pola makan sehat dan berolahraga teratur.
Jika upaya tersebut kurang efektif dalam menurunkan berat badan, dokter dapat merekomendasikan pasien untuk menjalani terapi dengan obat-obatan atau operasi.
Selanjutnya sebagai upaya pencegahan, seseorang dapat mengatur jumlah dan jenis kalori yang masuk, menghindari makanan cepat saji dan gula.