PARBOABOA, Medan – Sumatera Utara baru-baru ini mengalami gelombang panas yang signifikan, dengan suhu udara yang tercatat mencapai titik ekstrem.
Khususnya di Medan, suhu udara di siang hari telah mencapai puncaknya pada 36,2 derajat Celsius.
Menurut Kepala BMKG Wilayah I Medan, Hendro Nugroho, cuaca panas ekstrem ini dikarenakan adanya pola angin baratan yang cukup kuat dan menyebar di wilayah Sumatera Utara.
Pola angin baratan yang menyebar ini mengakibatkan sulitnya pertumbuhan awan di beberapa wilayah di Sumatera Utara.
Bahkan, pada analisa BMKG di tanggal 12 Maret 2024 lalu, melalui Pantauan Citra Radar diperlihatkan tidak ada pertumbuhan awan dari pagi hingga malam hari.
Dengan kondisi ini, Hendro Nugroho memprediksi dalam beberapa hari ke depan pola cuaca akan tetap sama seperti sebelumnya di Medan.
Ia mengimbau agar masyarakat tetap waspada di tengah kondisi cuaca panas terik yang cukup ekstrem ini. Misalnya bahaya kebakaran yang mengintai, serta masalah kesehatan khususnya dehidrasi.
Diketahui berdasarkan data pengamatan temperatur di beberapa stasiun BMKG di Sumatera Utara, suhu udara maksimum di Medan mencapai 36,2 derajat celcius di Simpang Pos, Jalan Ngumban Surbakti.
Dari laman Anwar Muhammad Foundation, organisasi berpengalaman di bidang pengembangan praktik pembangunan berkelanjutan, Sabtu (16/3/2024) dijelaskan bahwa Indonesia memang sudah akrab dengan iklim tropis.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir ada lonjakan suhu yang luar biasa dan memberikan dampak yang cukup signifikan pada lingkungan, masyarakat dan ekonomi.
Dampak yang bisa terjadi pada lingkungan misalnya hutan dan lahan basah akan mengalami kekeringan. Hal ini dapat mengakibatkan kebakaran hutan yang akan merusak ekosistem dan mengancam banyak spesies.
Bahkan, cuaca panas terik yang menyebabkan suhu air menjadi tinggi dapat merusak ekosistem di laut seperti terumbu karang dan lainnya.
Di sisi kesehatan, cuaca panas terik jelas akan menimbulkan berbagai penyakit seperti heatstroke, dehidrasi dan gangguan pernapasan. Bahkan, cuaca panas terik yang ekstrem dapat meningkatkan angka kematian, utamanya di kalangan rentan seperti lanjut usia, anak-anak dan individu yang memiliki masalah kesehatan kronis.
Sementara pada sektor ekonomi, cuaca panas yang cukup ekstrem berkepanjangan akan mengganggu petani karena masalah kekeringan dan produksi pangan. Selain itu juga ada industri pariwisata yang dapat menurunkan tingkat kunjungan karena cuaca yang tidak nyaman.
Masyarakat dan pemerintah disarankan mengambil beberapa tindakan jangka pendek dan panjang. Misalnya perlunya peningkatan kesadaran masyarakat akan pendidikan dan informasi tentang bahaya cuaca panas dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dan lingkungan.
Selain itu, perlu upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dengan cara pengalihan ke energi terbarukan dan langkah berkelanjutan lainnya.
Pemerintah dan lembaga yang mengelola air, dalam hal ini PDAM Tirtanadi, harus mengelola sumber daya air dengan bijak dalam rangka mengurangi risiko kekeringan dan meningkatkan ketahanan pangan.
Pemerintah juga diharapkan dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang melindungi hutan dan lahan basah. Di samping itu, perlu dilakukan penghijauan perkotaan dalam rangka menjaga kelembapan udara dan mengurangi suhu.
Diperlukan infrastruktur dan sistem peringatan dini untuk menghadapi bencana cuaca ekstrem. Ditambah lagi dengan pelatihan untuk tenaga kesehatan dalam merespon dampak kesehatan yang mungkin akan terjadi.
Perlu diketahui, peningkatan suhu panas di Indonesia merupakan tanda peringatan tentang perubahan iklim global. Diperlukan berbagai langkah berkelanjutan dalam beradaptasi dengan cuaca yang semakin hari semakin ekstrem.
Sementara itu, sebuah studi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Imperial College London Inggris menemukan suhu di luar ruangan khususnya panas dapat mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. Kondisi ini wajib diwaspadai seiring dampak perubahan iklim global.
Bahkan, suhu panas yang ekstrem juga berkaitan erat dengan meningkatnya upaya percobaan bunuh diri dan tingkat pengobatan ke rumah sakit karena penyakit mental.
Bahkan, dari laman Asosiasi Psikiatri amerika (American Psychiatric Association/APA) menuliskan dari berbagai studi juga membuktikan bahwa panas ekstrem memiliki relasi kuat dengan peningkatan iritabilitas, gejala depresi hingga tindakan bunuh diri.
Suhu yang panas dapat membuat seseorang menjadi mudah tersinggung dan akhirnya bisa memicu konflik atau masalah di mana pun. Oleh karena itu, cuaca panas identik dengan perilaku agresif, kekerasan hingga penyalahgunaan narkoba.
Selain itu, cuaca panas juga dapat memicu kesulitan dan gangguan tidur. Banyak orang akan merasa tidak nyaman saat harus terbangun tengah malam dengan kondisi penuh keringat. Masih ada lagi masalah lainnya yaitu nyamuk yang semakin banyak saat udara semakin panas. Berbagai gangguan istirahat ini akan memicu dan memperburuk masalah kesehatan mental.
Oleh karena itu, perlu banyak perhatian dalam menghadapi cuaca panas yang cukup ekstrem di Sumatera Utara. Mengingat, dampak dari cuaca panas tidak hanya di satu pihak, akan tetapi berbagai sisi.