Hadapi Perubahan Iklim, Apa yang Harus Dilakukan dari Sektor Pendidikan?

Peta anomali perubahan iklim selama 2023 (Foto: Dokumen BMKG)

PARBOABOA, Jakarta - Perubahan iklim menyebabkan banyak krisis di dunia termasuk di Indonesia. Dampak paling rentan adalah terjadi adalah pemanasan global, kekeringan dan banjir bandang.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati pada pertengahan Februari lalu menerangkan, perubahan iklim bukan kabar bohong atau hanya sekedar prediksi masa depan.

Menurutnya, peralihan cuaca ini merupakan realitas yang dihadapi miliaran jiwa penduduk di bumi dan karenanya tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang sepele.

Bahkan tahun 2023 kata dia, merupakan tahun terpanas berdasarkan pengamatan instrumental Badan Meteorologi Dunia. Saat itu, anomali suhu rata-rata global mencapai 1,40 derajat Celcius.

Angka ini, lanjutnya, nyaris menyentuh batas yang disepakati dalam Paris Agreement tahun 2015 bahwa dunia harus menahan laju pemanasan global pada angka 1,5 derajat Celcius. 

Pada tahun yang sama, terjadi rekor suhu global harian baru dan terjadi bencana heat wave ekstrem yang melanda berbagai kawasan di Asia dan Eropa.

Ia mengatakan, rekor iklim yang terjadi di tahun 2023 itu bukanlah kejadian acak atau kebetulan.

Melainkan tanda-tanda kelihatan dari pola yang lebih besar sekaligus mengkhawatirkan, yaitu perubahan iklim yang semakin nyata.

Dwikortika menyarankan, untuk menghadapi sekaligus mengantisipasi perubahan iklim dengan dampak-dampaknya tersebut, diperlukan langkah atau gerak bersama seluruh komponen masyarakat, tidak hanya pemerintah, namun juga sektor swasta, akademisi, media, LSM, dan lain sebagainya.

Sementara itu, Pengamat Lingkungan dari Universitas Al Azhar, Indri R dalam sebuah keterangannya belum lama ini menekankan pentingnya peran pendidikan untuk mencegah perubahan iklim berkepanjangan.

Pendidikan yang ia maksudkan adalah Pendidikan Lingkungan, yaitu upaya meningkatkan pemahaman terhadap ekosistem lingkungan, terutama di kalangan anak muda.

Menurut Indri, meski Indonesia punya Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah tetapi pemahaman dan pengetahuan terhadap ekosistem alam sangat minim.

Padahal tanpa pengetahuan mengenali lingkungan, generasi mendatang akan kesulitan mengatasi dampak-dampak negatif perubahan iklim.

Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan guna mencegah dan mengantisipasi perubahan iklim dengan fokus utama pada Pendidikan Lingkungan.

Pertama, melalui Pendidikan Lingkungan dilakukan kampanye informasi publik dan program penyuluhan secara konsisten untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya keseimbangan antara ekonomi dan lingkungan.

"Melakukan upaya advokasi dan penegakan hukum untuk kebijakan lingkungan yang berkelanjutan tidak boleh diabaikan," tegas Indri.

Kedua, pengembangan kolaborasi berkelanjutan di mana komunitas lokal, bisnis, dan pemerintah bekerja bersama-sama untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah lingkungan.

Ketiga, penguatan riset dan inovasi teknologi ramah lingkungan untuk keseimbangan ekologi dan ekonomi yang melibatkan pemerintah, universitas, dan sektor swasta.

Menurut Indri, perubahan iklim merupakan kenyataan yang dihadapi oleh seluruh umat manusia di dunia, telah berdampak terhadap ekonomi global dan perubahan lingkungan yang semakin kompleks.

Karena itu pendidikan lingkungan baginya bukanlah pilihan, tetapi keharusan.

Ia menegaskan pendidikan lingkungan bukan hanya sekedar memberikan informasi mengenai masalah-masalah lingkungan, tetapi dapat membentuk cara berpikir akan kesadaran dan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan bagi keberlangsungan hidup manusia.

Selain itu, Pendidikan Lingkungan adalah kunci membentuk perubahan positif menuju masa depan yang lebih berkelanjutan, tidak hanya memberdayakan individu tetapi juga mendorong transformasi sosial yang lebih luas.

Perubahan iklim, tegasnya "adalah momentum untuk kita bersatu membangun bangsa dengan kolaborasi yang kuat dan komitmen jangka panjang guna memastikan bahwa kita meninggalkan warisan yang positif bagi generasi mendatang. 

Editor: Gregorius Agung
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS