PARBOABOA, Pematang Siantar - Aksi unjuk rasa penolakan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pematang Siantar berujung ricuh. Aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke demonstran dan satu orang mahasiswa mengalami luka memar di paha kiri, Senin, (05/09).
Pantauan PARBOABOA di lapangan, awalnya aksi unjuk rasa berlangsung damai, tapi berubah ricuh setelah demonstran bertemu dengan Wali Kota Pematang Siantar, Susanti Dewayanti dan Ketua DPRD Timbul M Lingga. Mereka marah karena tidak diperbolehkan meminta tandatangan dan mendapatkan video konferensi sebagai bukti pertanggung jawaban.
Massa yang marah kemudian kembali melakukan orasi untuk menyampaikan tuntutan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) dan membakar ban di badan jalan raya. Seketika asap mengepul dan aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke demonstran. Akibatnya, satu orang mahasiswa mengalami luka memar di paha kiri dan dilarikan ke rumah sakit Vita Insani Kota Pematang Siantar.
Usai membakar ban di depan gedung DPRD Pematang Siantar, demonstran bergeser ke kantor Kepolisian Resor (Polres) dan di sini terjadi aksi dorong-dorongan dengan aparat karena berusaha masuk ke dalam markas.
Di Polres Pematang Siantar, mahasiswa meminta pihak kepolisian bertanggung jawab terhadap tindakan refresif yang mereka lakukan, namun ketika Kapolres Pematang Siantar, Fernando ingin berdialog, para massa aksi langsung pergi dan membubarkan diri.
Pimpinan aksi kelompok Cipayung Plus, Rifki Pratama mengatakan, selain menyuarakan terkait kenaikan harga BBM, tuntutan lainnya menolak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan menolak alih fungsi serta pengelolaan Gedung Olahraga (GOR) Pematang Siantar.
“Mereka (eksekutif dan legislatif) kota Pematang Siantar enggan memberikan bukti authentik berupa konferensi pers atau tanda tangan sebagai bentuk persetujuan tuntutan kami. Jadi, kita bersama teman-teman yang lain keluar ke jalan dan kembali melakukan orasi dengan membakar ban,” ucap Rifki kepada Parboaboa, Senin (05/09/2022).
Rifki juga mengatakan, mahasiswa dengan gabungan massa lainnya akan kembali melakukan aksi yang sama (jilid kedua) pada Rabu, (7/9) nanti, dan berencana mengadakan pers rilis terkait tindakan represif yang dilakukan oleh pihak kepolisian.
“Kami akan kembali melakukan aksi pada lusa atau tepatnya hari Rabu. Selanjutnya kami akan menuntut tindakan represif yang di lakukan polisi yang menyebabkan salah satu teman kami mengalami luka-luka,” katanya.
Kapolres Pematang Siantar, Fernando mengatakan, pihaknya telah menerima laporan terkait kericuhan yang terjadi. Saat ditanya mengenai dugaan tindakan represif yang dilakukan bawahannya, ia mengatakan bakal mencari tahu hal tersebut.
Fernando juga mengungkapkan bahwa dirinya sempat memerintahkan bawahannya untuk memadamkan api jikalau terjadi pembakaran ban. Hal itu dikatakannya sebagai tindakan untuk mencegah rusaknya fasilitas umum.
“Saya belum sempat tadi memonitor di lokasi, tapi saya sudah menerima laporannya. Saya sudah minta kalau ada pembakaran ban untuk di padamkan, tapi secara humanis. Intinya hal itu adalah bentuk pengamanan untuk fasilitas umum,” ucap Fernando.
“Tadi saya keluar ingin berdialog, mereka kok malah bubar saya tidak paham. Kalau mereka ingin saya di copot, saya siap dicopot dan di evaluasi. Dan untuk anggota yang menembakkan gas air mata, nanti kita cari tahu lagi,” ucapnya kembali.
Sementara itu, Walikota Pematang Siantar, Susanti Dewayanti berjanji akan meneruskan tuntutan pendemi ke pemerintah pusat. "Nanti akan kita teruskan tuntutan kalian kepada pemerintah pusat," ucapnya.
Akibat aksi unjuk rasa penolakan kenaikan bahan bakar minyak, akses kendaraan di Jalan Haji Adam Malik Kelurahan Proklamasi Kecamatan Siantar Barat ditutup selama kurang lebih dua jam, dari pukul 12.00-14.00 waktu indonesia barat (WIB). Setelah massa membubarkan diri, bekas ban yang dibakar masih terlihat dan masyarakat kembali beraktifitas normal di sekitar lokasi demonstran.