PARBOABOA - Indonesia menutup tahun 2024 dengan catatan kurang memuaskan setelah gagal meraih gelar di ajang BWF World Tour Finals yang berakhir di Hangzhou, China, pada Minggu (15/12/2024). Hasil ini menjadi penutup tahun yang mengecewakan bagi bulu tangkis Tanah Air.
Skuad ‘Merah Putih’ sebenarnya memiliki peluang besar di turnamen ini dengan tiga wakil yang berhasil melaju ke semifinal. Namun, harapan pupus dalam periode yang singkat ketika ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Sabar Karyaman Gutama/Moh Reza Pahlevi Isfahani, serta tunggal putra Jonatan Christie harus tumbang di tangan lawan masing-masing.
Sorotan tajam tertuju kepada penampilan Fajar/Rian yang berhadapan dengan wakil Malaysia Goh Sze Fei/Nur Izzunudin. Sempat unggul lima angka di interval kedua gim ketiga, lalu mendapat enam match poin. Namun, entah apa yang terjadi, Goh/Nur malah keluar sebagai pemenang di laga ini dengan skor 17-21, 21-16 dan 27-25.
“Tahun 2024 bukan tahun terbaik kami tapi kami bersyukur bisa kembali ke semifinal World Tour Finals, bisa mendapat dua gelar juga sepanjang tahun, All England dan Kumamoto Japan Masters,” kata Fajar Alfian, Sabtu (14/12/2024) lalu.
Sementara itu, Sabar/Reza yang tampil sensasional sebelumnya harus takluk dua gim langsung menghadapi Kim Arstup/Anders Skaarup Rasmussen 21-23 dan 13-21.
Meski kalah, pencapaian duet yang memilih jalur di luar Pelatnas ini patut diapresiasi. Sebab, SabRez merupakan debutan di BWF World Tour Finals, serta sempat mengalahkan peraih dua medali perunggu, Chia/Soh di fase grup.
Sabar/Reza juga menunjukkan peningkatan performa yang signifikan dalam beberapa turnamen terakhir, termasuk sukses melaju hingga semifinal Indonesia Open 2024. Hasil tersebut membawa mereka mencatatkan pencapaian terbaik sepanjang karier dengan menempati peringkat 11 dunia.
“Semoga tahun depan kami bisa tetap konsisten dan bertemu dengan World Tour Finals lagi,” terang Sabar.
Adapun Jonatan Christie kalah dari wakil Denmark lainnya, Anders Antonsen. Peraih gelar All England 2024 itu takluk dalam waktu 1 jam 12 menit dengan skor 6-21, 21-15 dan 13-21.
Di turnamen ini, China mengukuhkan diri sebagai yang terbaik dengan tiga gelar lewat tunggal putra lewat Shi Yu Qi, tunggal putri lewat Han Yue, dan ganda campuran lewat pasangan ZhengSi Wei/Huang Ya Qiong.
Dua gelar lainnya diraih oleh pasangan Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark) di ganda putra, serta Baek Ha Na/Lee So-hee (Korea Selatan) di ganda putri.
Tahun 2024 Jadi Periode Kurang Memuaskan
BWF World Tour Finals menjadi ajang pamungkas dalam kalender bulu tangkis, tempat para atlet berperingkat teratas dunia unjuk kemampuan. Namun, Indonesia kembali menuai hasil mengecewakan di tahun ini.
Hasil ini memperpanjang catatan minor skuad Merah Putih, yang terakhir kali meraih gelar di turnamen ini pada 2019 melalui pasangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Tren serupa juga terlihat dalam tiga dari empat turnamen BWF Super 1000 sebelumnya, di mana skuad Merah Putih tak mampu meloloskan wakil ke babak puncak.
Satu-satunya momen gemilang Indonesia di turnamen Super 1000 sepanjang 2024 terjadi di ajang All England. Di sektor tunggal putra, Indonesia mampu menyajikan All-Indonesian Final, di mana Jonatan Christie keluar sebagai juara usai mengalahkan Anthony Sinisuka Ginting.
Prestasi serupa juga diraih sektor ganda putra melalui Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, yang berhasil mempertahankan gelar mereka setelah meraih kemenangan di turnamen bergengsi tersebut untuk tahun kedua berturut-turut.
Di enam turnamen Super 750, atlet Indonesia gagal meraih gelar juara, bahkan di ajang-ajang bergengsi seperti Denmark Open, French Open, Japan Open, dan India Open, tak ada satupun wakil yang berhasil melangkah ke final.
Namun, Indonesia menunjukkan performa yang lebih baik di turnamen level empat (BWF Super 500), dengan meraih medali emas di empat ajang.
Leo Rolly/Daniel Martin menjuarai Indonesia Masters, Leo Rolly/Bagas Maulana meraih emas di Korea Open, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi memenangi ganda putri di Australia Open, dan Fajar/Rian meraih emas di Kumamoto Masters.
Di turnamen level lima (BWF Super 300), Indonesia mencatatkan enam medali emas, meskipun pencapaian ini masih kalah dari China, Thailand, dan Jepang.
Tanpa Emas di Olimpiade, Runner Up Thomas dan Uber Cup
Pencapaian kurang memuaskan bulu tangkis Indonesia terlihat pula di pesta olahraga terbesar dunia, Olimpiade Paris 2024. Dari sembilan wakil yang berjuang, Indonesia hanya meraih satu medali perunggu lewat Gregoria Mariska Tunjung.
Indonesia gagal mengembalikan tradisi emas yang telah lama melekat di ajang olahraga dunia tersebut. Hasil tersebut mengingatkan pada pengalaman pahit Olimpiade London 2012, di mana Indonesia gagal meraih satu pun medali dari cabang olahraga bulu tangkis.
Sebelumnya, Indonesia hampir selalu berhasil membawa pulang medali emas dari Olimpiade, terutama sejak cabang bulu tangkis dipertandingkan secara resmi di Olimpiade Barcelona 1992.
Saat itu, Indonesia meraih medali emas di nomor tunggal putri (Susi Susanti) dan tunggal putra (Alan Budikusuma). Sejak saat itu, pemain bulu tangkis Indonesia terus mempersembahkan medali emas, kecuali pada Olimpiade London 2012.
Di ajang Thomas dan Uber Cup 2024, Tim bulu tangkis Indonesia harus puas menjadi runner-up setelah kalah dari China di final Thomas dan Uber Cup 2024 yang berlangsung di Hi Tech Zone Sports Centre, Chengdu, China, pada Minggu (5/5/2024).
Tim putri Indonesia takluk 0-3 dari China, sementara tim putra juga gagal meraih kemenangan dengan skor 1-3 di tangan tuan rumah. Meski belum menjadi yang terbaik, kiprah skuad Merah Putih patut diapresiasi.
Ini menjadi final pertama bagi beregu putri Indonesia setelah 16 tahun, dengan pencapaian terakhir mereka di final Uber Cup pada 2008.
Sementara, beregu putra Indonesia menunjukkan konsistensi luar biasa dengan tampil tiga kali berturut-turut di partai puncak, yakni pada 2020, 2022, dan 2024.
Adapun di Kejuaraan Bulu Tangkis Asia 2024, Indonesia mengamankan satu gelar melalui Jonatan Christie. Pebulutangkis peringkat tiga dunia itu menumbangkan unggulan China, Li Shi Feng dalam dua gim, 21-15 dan 21-16.
Melihat pencapaian di atas, kondisi bulu tangkis Indonesia masih terbilang belum memuaskan. Sepanjang tahun 2024, Indonesia menempati posisi ketiga dunia, di bawah Jepang dan China yang keluar sebagai juara umum BWF World Tour.
Indonesia mengumpulkan 21 gelar, sementara Jepang meraih 22 gelar dan China jauh melesat dengan 66 gelar.
Namun, pencapaian Indonesia sebenarnya menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya, ketika berada di peringkat keempat di bawah Korea Selatan, Jepang, dan China.
Dari 39 turnamen yang digelar dalam turnamen Super 100, 300, 500 dan 100 pada tahun lalu, Fajar Alfian dan kawan-kawan hanya mengumpulkan 20 gelar.
“Tahun ini dibilang cukup baik, iya, tetapi dibilang kurang baik, ada juga. Ya belajar lagi, berusaha lagi untuk lebih baik tahun depan. Target di 2025? Nanti saja, setelah ini mau istirahat dulu, refreshing sejenak,” tutur Jonatan Christie.