Penangkapan Tiga Anggota MIT dan Ancaman Terorisme yang Terus Mengintai

Barang bukti aksi teror yang diringkus oleh polisi. (Foto: Dokumen Densus 88)

PARBOABOA, Jakarta - Belum lama ini, tepatnya pada 19 Desember 2024, Densus 88 Anti Teror berhasil menangkap tiga tersangka yang diduga terlibat dalam aktivitas kelompok teror Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Penangkapan berlangsung di beberapa lokasi di Sulawesi Tengah dan sekitarnya. Tersangka pertama, berinisial RR, diketahui merupakan anggota kelompok MIT pimpinan Sabar Daeng Koro dan Santoso.

Ia terlibat sebagai fasilitator bagi orang-orang yang ingin bergabung dengan kelompok MIT dan aktif mengikuti pelatihan militer bongkar pasang senjata, latihan menembak, kamuflase, hingga pembuatan bahan peledak. 

RR ditangkap pada Kamis dini hari di Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Bailo, Kabupaten Tojo Una-una.

Tersangka kedua, MW, diketahui sebagai anggota kelompok MIT yang punya riwayat terlibat dalam aksi penembakan menggunakan senjata api jenis FN di Kabupaten Poso. 

Ia juga bertugas mengantar logistik dan bahan pembuatan bom ke camp MIT di pegunungan Poso. Penangkapan MW dilakukan lebih awal, pada 4 September 2024, di Jalan Gajah Mada, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sementara itu, tersangka ketiga, AS memiliki peran dalam pelatihan militer kelompok MIT di wilayah Mamuju Utara, termasuk kegiatan fisik, pembuatan bom, dan strategi perang. 

Ia juga sempat merencanakan aksi perampokan bank di Poso dan Parigi pada akhir 2013. Penangkapannya dilakukan di lokasi yang sama dengan RR, hanya beberapa menit sebelumnya.

Dari tangan para tersangka, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya senapan PCP, pisau karambit, Handy Talkie, peralatan masak, buku-buku terkait paham radikal, hingga sarung senjata.

Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, dalam rilis yang diterima Parboaboa meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap lingkungan sekitar, terutama jika menemukan individu dengan perilaku mencurigakan, seperti cenderung menutup diri dan menghindari sosialisasi.

Penangkapan ini juga, kata mereka, menjadi pengingat bahwa ancaman kelompok teror dan penyebaran paham radikal masih ada di tengah masyarakat. Karena itu kewaspadaan bersama diperlukan untuk menjaga keamanan dan kedamaian.

"Penangkapan terhadap tersangka memberikan fakta bahwa sisa kelompok teror terdahulu masih ada di tengah masyarakat dan memiliki potensi ancaman, baik ancaman aksi teror maupun penyebaran paham radikalisme," tegas Densus 88 Anti Teror.

Mujahidin Indonesia Timur 

MIT adalah kelompok militan yang dibentuk pada tahun 2010 di Poso, Sulawesi Tengah, oleh Santoso, yang dikenal juga sebagai Abu Wardah. 

Kelompok ini beroperasi dengan tujuan menyebarkan ideologi ekstremisme Islam di Indonesia dan memiliki hubungan erat dengan jaringan radikal internasional, termasuk memberikan sumpah setia kepada ISIS. 

MIT menjadi salah satu kelompok teroris paling aktif di Indonesia, dengan serangkaian aksi kekerasan yang melibatkan penembakan, penculikan, hingga pembunuhan.

Kelompok ini berkembang di wilayah Poso yang dikenal sebagai daerah konflik. Santoso menjadi pemimpin pertama dan menjalankan berbagai aksi kekerasan hingga ia tewas dalam operasi polisi pada 18 Juli 2016. 

Sepeninggalnya, Ali Kalora mengambil alih kepemimpinan dan melanjutkan kegiatan kelompok ini. Di bawah kepemimpinan Ali Kalora, MIT tetap aktif hingga akhirnya ia terbunuh dalam operasi keamanan pada 18 September 2021 di hutan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Selama aktif, MIT dikenal melakukan serangkaian aksi teror yang mengerikan. Kelompok ini menargetkan warga sipil, aparat keamanan, hingga fasilitas publik. 

Beberapa di antaranya termasuk penembakan warga sipil di Desa Masani, teror bom di Kota Poso Selatan, serta pembunuhan polisi dan warga sipil di berbagai daerah di Sulawesi Tengah. 

Dalam salah satu aksi paling brutalnya, empat warga sipil di Kabupaten Sigi dibunuh oleh kelompok ini pada tahun 2020. Aksi-aksi tersebut menjadi bagian dari upaya kelompok itu untuk menunjukkan keberadaannya sekaligus menebarkan rasa takut di masyarakat.

Tak hanya itu, MIT juga tercatat dalam daftar organisasi teroris internasional. Pada tahun 2015, Dewan Keamanan PBB melarang aktivitas MIT di bawah Komite Sanksi Al-Qaeda, sementara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat secara resmi menetapkan kelompok ini sebagai organisasi teroris. 

Berakhirnya MIT sebagai organisasi aktif terjadi pada 29 September 2022, ketika anggota terakhirnya berhasil dilumpuhkan oleh Densus 88. 

Namun, meskipun seluruh anggotanya telah tewas atau ditangkap, Operasi Madago Raya tetap dilanjutkan untuk memastikan kelompok serupa tidak muncul kembali. 

MIT secara resmi dinyatakan tidak lagi aktif sejak tahun 2023, namun jejak kekerasan yang ditinggalkannya masih membekas di masyarakat.

Editor: Gregorius Agung
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS