PARBOABOA, Medan – Indonesia terletak di titik pertemuan tiga lempeng tektonik besar. Yaitu Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Inilah yang menyebabkan Indonesia rawan gempa bumi.
Salah satu area yang sangat perlu untuk diwaspadai adalah zona megathrust. Zona megathrust adalah istilah untuk menyebut jalur subduksi lempeng bumi yang sangat panjang namun relatif dangkal.
Megathrust diambil dari kata ‘mega’ yang artinya besar dan ‘thrust’ yang artinya dorongan. Sementara lempeng bumi digambarkan menumpuk. Lempeng di bawah mendorong lempeng di atasnya.
Dalam hal ini, lempeng samudra yang menukik ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba dan memicu gempa besar.
Jika terjadi gempa, bagian lempeng benua yang ada di atas lempeng samudra akan terdorong naik (thrusting).
Dilansir dari laman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Selasa (21/05/2024), gempa megathrust memiliki potensi untuk memicu tsunami besar yang dapat berdampak pada kerusakan hebat di wilayah pesisir.
Sumber zona penunjaman (proses bergeraknya suatu lempeng tektonik ke bawah lempeng lain) dapat dibagi menjadi dua model. Yaitu pada lajur megathrust (gempa bumi interplate) dan pada lajur benioff (gempa intraplate).
Secara umum, zona sumber kejadian gempa bumi di Indonesia berdasarkan mekanisme fisik dapat dibagi menjadi tiga. Yaitu zona subduksi (zona penunjaman lempeng), zona transform dan zona sumber-sumber sesar kerak bumi dangkal (shallow crustal fault).
Lokasi megathrust bisa menjadi sumber gempa bila lempeng-lempeng bumi itu bergerak. Gempa dalam skala besar di laut kemudian akan memicu tsunami.
Lokasi megathrust di Indonesia bukanlah merupakan hal baru. Lokasi ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan Indonesia.
Sebagian masyarakat Indonesia belum sepenuhnya memahami lokasi megathrust di Indonesia. Jalur megathrust di Indonesia memanjang dari sebelah barat ujung utara Sumatera ke selatan Jawa hingga di selatan Bali dan Nusa Tenggara yang terbagi dalam beberapa segmen.
Sementara, zona megathrust berada di zona subduksi aktif. Seperti subduksi Sunda (mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan Sumba).
Selain itu ada subduksi Banda, subduksi Lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi Lempeng Laut Filipina dan subduksi Utara Papua.
Berdasarkan data dari Pusat Gempa Nasional pada tahun 2017, Indonesia memiliki 13 segmentasi megathrust yang aktif dan berpotensi menyebabkan gempa besar serta tsunami.
Zona tersebut adalah Aceh-Andaman, Nias-Simeulue, Kepulauan Batu, Mentawai-Siberut, Mentawai-Pagai, Selat Sunda Banten, Selatan Jawa Barat-Jawa Tengah, Selatan Jawa Timur, Sumba, Papua, Sulawesi Utara dan subduksi Lempeng Laut Filipina.
Gempa bumi megathrust seringkali memiliki kekuatan yang besar. Namun, sebenarnya beberapa gempa memiliki kekuatan yang kecil.
Walau begitu, tetap saja megathrust memiliki daya picu untuk terjadinya gempa yang lebih besar.
Gempa ini memiliki beberapa sifat yang menjadi ciri khasnya dan membedakannya dari gempa jenis lain.
Beberapa sifat dari gempa megathrust antara lain disebabkan oleh tumbukan lempeng atau aktivitas tektonik. Selain itu, gempa megathrust terjadi di kedalaman yang dangkal dan berpotensi memicu gempa bumi yang lebih besar.
Gempa megathrust juga berpotensi menimbulkan tsunami. Ditambah lagi, gempa megathrust tidak dapat diprediksi secara akurat.
Oleh karena itu, memahami fenomena megathrust secara menyeluruh sangatlah penting. Khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa.