PARBOABOA, Medan - Pada akhir November 2022, Sumatra Utara (Sumut) kembali mencatatkan deflasi 0,13 persen. Deflasi tersebut terjadi di saat siklus harga kebutuhan masyarakat atau hortikultura seperti cabai dan tanaman lainnya berada di titik harga terendah. Pada Desember ini, Sumut berpeluang mencetak inflasi.
Salah satu pedagang di Pasar Halat Medan, Mery mengatakan, menjelang perayaan Natal, harga cabai mulai mengalami pergerakan naik dibandingkan November lalu. Saat ini perkilogramnya sudah Rp28 ribu, dari sebelumnya Rp24 ribu.
"Belum bisa dipastikan apakah harga mengalami kenaikan kembali atau tidak. Namun, untuk stok barang masih stabil," katanya, Senin (5/12/2022).
Secara terpisah, Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin menuturkan, inflasi bisa berlanjut hingga Januari 2023 mendatang seiring dengan penyesuaian kenaikan upah dan beberapa penyesuaian harga yang kerap dilakukan oleh produsen serta turut diikuti dengan belanja masyarakat yang masih cukup tinggi.
Di sisi lain, belanja masyarakat di Desember ini akan menjadi pertaruhan selanjutnya dalam melihat kemampuan daya beli masyarakat secara menyeluruh.
"Nataru akan menjadi indikasi paling dekat dalam melihat daya beli masyarakat setelah tertekan dari laju tekanan inflasi dan ditambah dengan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi. Saya berharap, pada Desember ini inflasi yang tercipta lebih menggambarkan kondisi daya beli, ketimbang faktor silikal atau musiman seperti musim panen yang mulai berakhir," ujar Gunawan.
Dia menjelaskan, siklus kenaikan harga pangan sejauh ini memang sudah terlihat dan berpeluang menciptakan inflasi. Fenomena tersebut seharusnya tidak masuk dalam hitungan dan dianggap sebagai gambar pemulihan daya beli. Sehingga, yang paling ideal dalam menggambarkan fenomena pemulihan daya beli adalah penjualan ritel masyarakat jika dibandingkan periode yang sama dari tahun sebelumnya.
"Meski demikian, saya memperkirakan bahwa inflasi di Desember ini akan berada di kisaran 0,5 persen atau secara keseluruhan akan bergerak melandai. Untuk beberapa komoditas pangan pokok yang mengalami kenaikan saya pikir tidak akan naik terlalu jauh. Ekspektasi saya, pasokan masih akan tetap tersedia dan akan membuat harga terekndali setidaknya hingga tahun depan," jelasnya.
Gunawan menambahkan, Nataru pada tahun ini tidak akan menimbulkan gejolak harga pangan dan kenaikan harga kebutuhan pokok selama Nataru juga tidak sepenuhnya digerakkan dari sisi demand atau permintaan saja. Faktor produksi yang perlahan sudah mulai berkurang diperkirakan akan lebih dominan dalam pembentukan harga selama Nataru ini.