PARBOABOA, Jakarta - Sejumlah Tenda Pengungsian warga di Kampung Tangkil Kaler RT01/RW01, Desa Babakan Karet, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, tidak layak dan minim tersentuh bantuan.
Menurut pantauan Parboaboa di lokasi pada Selasa (22/11/2022) sore, tenda pengungsian didirikan warga secara mandiri menggunakan terpal biru. Fasilitas yang ada di pengungsian tersebut sangat minim fasilitas.
Terkait hal ini, Ketua RW 01/RT01 Hambali mengatakan, dirinya telah melarang warga tidur di rumah masing-masing untuk beberapa hari kedepan karena kondisi yang belum stabil dan gempa susulan yang masih terus terjadi.
Dia memaparkan, ada 6 tenda yang didirikan di RT 01 dan ditempati lebih dari 80 KK. Namun, tenda-tenda tersebut didirikan atas inisiatif masyarakat, sehingga fasilitasnya memang sangat minim, seperti tidak adanya kamar mandi umum, kekurangan air, dan obat-obatan.
“Sebagian warga kalau malam, ada yang buang air sembarangan jadinya,” ucapnya kepada Parboaboa saat ditemui di lokasi pengungsian, Selasa (22/11/2022).
Dia menambahkan, selain mengenai kondisi pengungsian, warganya juga membutuhkan bantuan makanan, sebab bantuan yang disalurkan kepada warga masih minim. Terlebih, banyak anak-anak yang tinggal di pengungsian saat ini.
“Anak-anak kalau dikasih makan mie instan terus gak kuat,” lanjutnya.
Dia menjelaskan, di desa yang dipimpinnya tidak ada korban jiwa, meskipun ada beberapa warga yang mengalami luka ringan. Selain itu, ada 8 rumah rusak parah dan sebagian rusak ringan.
Tetty, seorang ibu yang ada di tenda juga mengeluhkan hal yang sama. Menurutnya warga di tenda pengungsian saat ini sangat membutuhkan makanan, baju dan kebutuhan anak anak, seperti popok bayi.
“Kebutuhan anak-anak, kalau bisa lebih diutamakan,” ucapnya.
Bantuan dari Pusendarmet Tiba
Bantuan yang diharapkan warga akhirnya datang pada Selasa malam. Dua mobil bantuan dari Pusendarmet tiba di RT01/RW01, Desa Babakan Karet dengan membawa 250 paket sembako. Kemudian disusul dengan datangnya sembako dari Yayasan Yamusa Berbagi.
Terkait lambatnya bantuan datang di Desa Babakan Karet ini, Babinsa Babakan Karet Ade Suryana mengatakan hal ini terjadi karena pemberian bantuan lebih diutamakan bagi masyarakat yang paling terdampak, seperti di Desa Cijedil.
“Jadi diutamakan mereka yang terdampak sangat besar,” ucapnya.
Kemudian, dia menambahkan Desa Babakan Karet ini juga letaknya agak terpencil dan dampak bencana terhadap daerah ini tidak terlalu besar.
“Meskipun di lapangan (Babakan Karet) memang banyak rumah yang roboh, akan tetapi di wilayah lain lebih parah lagi kerusakannya,” paparnya.
Namun dia mengatakan, akan mengajukan kepada BPBD untuk bantuan tenda tambahan, dapur umum dan kamar mandi umum untuk masyarakat.
Seperti diketahui, gempa dengan kekuatan 5,6 skala richter mengguncang Kabupaten Cianjur pada Senin (21/11/2022) siang. gempa ini telah menyebabkan kerusakan parah di Cianjur.
Menurut data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), setidaknya 268 orang meninggal dunia dan ribuan lainnya luka-luka.
Kendala Koordinasi Bantuan
Staff Desa Babakan Karet Enjang Mulyana mengatakan, setidaknya kurang lebih 12 ribu jiwa yang mengungsi di Desa Babakan Karet.
Para pengungsi ditampung di 15 tenda pengungsian induk. Ia juga mengakui ada banyak tenda-tenda mandiri warga yang didirikan seadanya lantaran terbatasnya ruang di posko pengungsian utama.
Kendati demikian, ia mengaku jika warga di tenda mandiri juga mendapat bantuan yang disalurkan dari posko induk terdekat.
"Iya, ada banyak di pelosok-pelosok (tenda mandiri), tapi dipastikan (bantuan) disalurkan oleh posko induk terdekat," ucapnya kepada Parboaboa, Rabu (23/11/2022).
Saat ditanyai mengenai kondisi tenda para warga, ia mengklaim sudah mendistribusikan tenda yang disalurkan pemerintah.
"Semalam di beberapa RW sudah dibagiakan tenda, tapi masih kurang jumlahnya," tambahnya.
Selain tenda, kebutuhan pangan dan sandang juga dikeluhkan para warga yang berada di tenda mandiri. Warga menilai bantuan hanya menumpuk di posko utama karena berada di akses yang terbuka.
Enjang mengatakan, hal tersebut terjadi karena tidak adanya koordinasi dari pihak donatur kepada balai desa untuk pendataan agar mengetahui posko mana saja yang sudah menerima dan posko mana saja yang masih kekurangan.
"Kami kan gatau ke posko mana saja bantuan itu dikasih oleh donatur yang memberikan langsung tanpa kordinasi ke kami, sementara kami dari sini juga mengirim bantuan ke setiap posko. Nah, kan jadinya ada penumpukan. Kami juga jadi gatau di sana (posko induk) kekurangan apa setelah mendapat bantuan," ucapnya.
Oleh karena itu, Enjang berharap agar pemberian bantuan diberitahukan terlebih dahulu kepada pihak balai desa agar dapat didata mengenai bentuk bantuan apa saja yang diberikan dan selanjutnya memudahkan identifikasi kekurangan di setiap posko.
"Jadi kami inginnya, kayak donatur-donatur itu maunya koordinasi dengan balai desa, jangan langsung ke posko pengungsian. Enaknya, koordinasi dulu biar satu pintu. Jadi kalau ada bantuan lagi yang datang ke posko itu, saya sudah catat, jadi bisa disalurkan ke tempat lain yang lebih urgent," tandasnya.