PARBOABOA, Jakarta - Nilai tukar rupiah bertengger di level Rp15.148 per dolar AS pada Selasa (7/2/2023) sore. Mata uang Garuda melemah 93 poin atau 0,62 persen dari perdagangan sebelumnya.
Pelemahan juga terjadi di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), di mana rupiah melemah ke Rp15.139 per dolar AS.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kurs rupiah pada Senin (6/2) yang ada di level Rp15.055 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat terhadap rupiah dipicu oleh ekspektasi para pelaku pasar yang menguat bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) masih memerlukan kenaikan suku bunga acuan untuk menjinakkan inflasi.
Apalagi, laporan ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa nonfarm payrolls melonjak sebanyak 517 ribu pekerjaan di Januari, jauh melampaui ekspektasi ekonom dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan 185 ribu.
Alhasil, tingkat suku bunga the Fed diperkirakan akan mencapai puncaknya tepat di atas 5,1 persen pada Juni, lebih tinggi dari yang diekspektasikan sebelumnya.
"Dibandingkan dengan ekspektasi kurang dari 5 persen sebelum laporan ketenagakerjaan hari Jumat," ujar Ibrahim.
Sementara itu, mata uang di kawasan Asia terpantau bergerak bervariasi. Yen Jepang menguat 0,56 persen, baht Thailand menguat 0,34 persen, peso Filipina melemah 1,23 persen, won Korea Selatan melemah 0,20 persen, dan yuan China menguat 0,14 persen.
Dolar Singapura menguat 0,06 persen dan dolar Hong Kong terpantau melemah 0,03 persen pada penutupan perdagangan sore ini.
Sedangkan, mayoritas mata uang utama negara maju berada di zona hijau. Tercatat euro Eropa melemah 0,08 persen, poundsterling Inggris menguat 0,01 persen, dan franc Swiss menguat 0,11 persen. Lalu, dolar Australia menguat 0,60 persen, dan dolar Kanada menguat 0,15 persen.