PARBOABOA, Jakarta – PT. Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI tampaknya harus mengundur menyelesaikan proyek kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Jakarta-Bandung.
Direktur Utama PT. KAI Didiek Hartantyo, memaparkan penyebab mandeknya penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Menurutnya, Penyertaan Modal Negara (PMN) tak kunjung cair dan modal yang dimiliki KCIC sudah menipis.
"Ini yang kami tayangkan pada saat RDP di komisi VI dan sudah disampaikan Menteri BUMN. Kemarin sudah dalam pembahasan menyeluruh dan akan diberikan support. Apabila (PMN) tidak cair 2022 maka berpotensi penyelesaiannya kereta cepat ini akan terhambat. Dan cast flow KCIC itu akan bertahan sampai September saja," kata Didiek dalam rapat Komisi V DPR, Kamis (7/7/2022).
Didiek mengungkapkan masalah yang membuat molornya penyelesaian proyek KCIC ini berawal dari kontraktor. Kemudian tahun 2019, proyek kembali terhambat karena pembebasan lahan. Setelah sejumlah masalah yang terjadi, akhinya PT KAI resmi ditunjuk untuk menyelesaikan proyek tersebut.
“Ini luar biasa, nah saat itu PT KAI diminta untuk masuk, namun baru dengan keluarnya Perpres 93 tahun 2021 kemarin, KAI betul-betul menjadi lead sponsor untuk menyelesaikan kereta cepat ini,” sambungnya.
Lebih lanjut, Didiek mengatakan, biaya yang digelontorkan untuk menyelesaikan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini awalnya US$ 6 miliar saja. Namun, pihaknya menghitung terjadi pembengkakan biaya (cost overrun), seperti pembebasan lahan, EPC, relokasi jalaur dan biaya lainnya.
"Awalnya di pembebasan lahan ini antara US$100 juta sampai US$300 juta, yang besar juga EPC ini di angka US$600 juta sampai US$1,2 miliar, relokasi jalur-jalur kemudian biaya financing cost sendiri," katanya.
Namun demikian, Didiek menjelaskan untuk rencana uji coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang akan dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden China Xi Jinping pada acara G20 November mendatang masih sesuai dengan jadwal.