PARBOABOA, Jakarta - Data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menunjukkan adanya 638.291 kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) terjadi selama Januari-Juni 2023. Banyaknya kasus ISPA disebut diakibatkan perubahan cuaca dan bukan polusi udara.
Jika dirincikan, pada Januari 2023 ada sebanyak 102.609 kasus, Februari sebanyak 104.638 kasus.
Selanjutnya Maret 2023 ada 119.734 kasus. Sebanyak 109.705 kasus pada bulan April 2023.
Mei tercatat ada 99.130 kasus. Terakhir 102.475 kasus pada Juni 2023 kasus.
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, Ngabila Salama pada Senin (14/8/2023) mengatakan, dari 11 juta penduduk, 0,9 persen atau rata-rata 100.000 orang yang terkena batuk pilek ISPA atau pneumonia setiap bulannya.
Memburuknya kondisi udara di Jakarta belakangan ini memunculkan kekhawatiran akan meningkatnya kasus ISPA. Infeksi ini bisa terjadi pada semua kalangan dan umur namun lebih sering menyerang kaum rentan seperti anak-anak, balita, dan lansia.
Dinkes DKI mengimbau warga yang rentan untuk mengurangi aktifitas di luar rumah dan memakai masker jika harus beraktivitas di luar rumah.
Pengguna kendaraan pribadi juga diimbau untuk beralih ke moda transportasi umum agar tingkat polusi bisa berkurang.
Apa itu ISPA?
Dikutip dari website resmi Kementerian Kesehatan, ISPA adalah infeksi pada saluran napas atas akut. Saluran napas atas meliputi hidung, tenggorokan, faring, laring dan bronkus.
Penyebab ISPA bisa disebabkan virus atau bakteri. Biasanya, ISPA yang menyerang hidung dan tenggorokan tidak memerlukan perawatan medis. Namun pada beberapa orang, ISPA dapat menjadi komplikasi sehingga memerlukan perawatan medis.
Gejala yang umum terjadi saat seseorang terkena ISPA di antaranya batuk, pilek, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, sakit kepala, demam, bersin-bersin dan kelelahan.
Biasanya, gejala ini muncul 3 hari setelah paparan dan bertahan antara 7-10 hari. Namun pada beberapa orang bisa bertahan hingga tiga minggu.
Virus ISPA menyebar melalui percikan aerosol dari penderita saat mereka berbicara, batuk, atau bersin. Virus ini akan cepat menyebar terutama di ruang tertutup.
Perawatan saat ISPA
Saat terkena ISPA, penderita dapat mengompres hangat daerah wajah agar pernapasan lebih nyaman. Salah satu cara aman untuk mengurangi gejala adalah dengan menghirup uap dan berkumur dengan air garam.
Bila berobat, dokter biasanya memberikan dekongestan hidung yang dapat membantu mengurangi gejala hidung tersumbat atau kombinasi dengan antihistamin untuk membantu meredakan gejala.