PARBOABOA – Dalam penulisan, kita seringkali menggunakan kalimat fragmentaris tanpa menyadarinya. Meskipun sering digunakan dalam tulisan atau percakapan sehari-hari, kalimat fragmentaris dapat membingungkan pembaca atau pendengar, dan menurunkan kualitas tulisan atau pidato kita.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memahami konsep dan penggunaan kalimat fragmentaris dengan baik. Dalam artikel ini, Parboaboa akan membahas definisi kalimat fragmentaris, contoh, dan jenis, dan contoh untuk menggunakannya.
Pengertian Kalimat Fragmentasi
Kalimat fragmentaris adalah sekelompok kata yang tidak membentuk kalimat lengkap karena kurang memiliki subjek, predikat, atau keduanya. Frasa ini seringkali dianggap sebagai kesalahan tata bahasa karena kurang lengkap dan tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi kalimat yang benar secara tata bahasa.
Dalam bahasa Inggris, kalimat fragmentaris sering disebut dengan "sentence fragment". Kalimat fragmentaris dapat terjadi ketika penulis tidak memasukkan subjek atau predikat yang lengkap dalam sebuah kalimat atau ketika ia memisahkan elemen-elemen kalimat yang seharusnya bersatu.
Meskipun kalimat fragmentaris tidak lengkap, tetapi seringkali digunakan dalam tulisan atau percakapan sehari-hari untuk memberikan penekanan pada ide yang ingin disampaikan. Namun, penggunaan kalimat fragmentaris harus dilakukan dengan bijak dan hanya dalam konteks yang tepat, agar tidak menurunkan kualitas tulisan atau pidato kita.
Contoh dari kalimat fragmentaris adalah:
- Sambil menunggu di stasiun kereta api.
- Tanpa makan pagi.
- Setelah membaca buku itu.
- Karena hujan deras.
Dalam contoh-contoh di atas, frasa tidak memiliki subjek dan/atau predikat yang jelas, sehingga tidak dapat membentuk kalimat yang lengkap secara gramatikal. Oleh karena itu, frasa seperti ini sebaiknya dihindari dalam tulisan formal dan diubah menjadi kalimat yang lengkap.
Ciri-ciri Kalimat Fragmentaris
Berikut adalah beberapa ciri-ciri dari kalimat fragmentaris adalah :
1. Tidak memiliki subjek: Frasa tidak memiliki subjek yang jelas atau subjeknya tidak dinyatakan secara eksplisit.
Contoh: "Duduk di taman." (Tidak jelas siapa yang duduk di taman)
2. Tidak memiliki predikat: Frasa tidak memiliki kata kerja atau predikat yang menunjukkan tindakan atau keadaan yang dilakukan oleh subjek.
Contoh: "Di bawah meja." (Tidak ada kata kerja yang menjelaskan apa yang terjadi di bawah meja)
3. Tidak memiliki objek: Frasa tidak memiliki objek yang menerima tindakan atau keadaan yang dijelaskan oleh kata kerja.
Contoh: "Berlari di lapangan." (Tidak jelas siapa atau apa yang sedang dikejar atau dihindari)
4. Tidak memiliki hubungan dengan kalimat sebelumnya atau sesudahnya: Frasa tidak memiliki hubungan logis dengan kalimat sebelumnya atau sesudahnya.
Contoh: "Karena cuaca buruk." (Tidak jelas apa yang terjadi karena cuaca buruk)
5. Tidak memiliki makna yang jelas: Frasa tidak memiliki makna yang jelas atau informasi yang cukup untuk memahami maksud pembicaraan.
Contoh: "Tanpa pikir panjang." (Tidak jelas tentang apa yang sedang dipikirkan atau dihindari)
Jika kalimat memiliki satu atau lebih dari ciri-ciri tersebut, maka bisa dianggap sebagai kalimat fragmentaris adalah atau frasa. Penting untuk menghindari penggunaan frasa dalam tulisan formal karena dapat membuat tulisan kurang jelas dan membingungkan bagi pembaca.
Jenis-jenis Kalimat Fragmentaris
Berdasarkan ciri-cirinya, ada beberapa jenis kalimat fragmentaris adalah, di antaranya:
1. Frasa nomina: Frasa ini hanya terdiri dari satu atau beberapa kata benda atau kata sifat, namun tidak memiliki subjek atau predikat yang lengkap.
Contoh: "Mobil sport merah" (tidak jelas apa yang dilakukan oleh mobil sport merah).
2. Frasa verba: Frasa ini hanya terdiri dari satu atau beberapa kata kerja, namun tidak memiliki subjek atau objek yang jelas.
Contoh: "Berlari cepat" (tidak jelas siapa yang berlari cepat atau ke mana).
3. Frasa preposisional: Frasa ini terdiri dari kata depan (preposisi) diikuti oleh objeknya, namun tidak memiliki subjek atau predikat.
Contoh: "Di depan pintu" (tidak jelas siapa yang berada di depan pintu atau apa yang sedang terjadi di sana).
4. Frasa infinitif: Frasa ini terdiri dari kata kerja infinitif (to + kata kerja), namun tidak memiliki subjek atau objek yang jelas.
Contoh: "Membaca buku" (tidak jelas siapa yang membaca buku atau buku apa yang dibaca)
5. Frasa klausa: Frasa ini terdiri dari klausa yang tidak lengkap karena kurang memiliki subjek atau predikat yang jelas.
Contoh: "Ketika hujan turun" (tidak jelas apa yang terjadi ketika hujan turun).
Penting untuk menghindari penggunaan kalimat fragmentaris atau frasa dalam tulisan formal, karena dapat membuat tulisan menjadi kurang jelas dan sulit dipahami. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu membuat kalimat yang lengkap dan benar secara tata bahasa.
Contoh Kalimat Fragmentaris
Berikut adalah beberapa contoh kalimat fragmentaris atau frasa:
- Menonton film di bioskop.
- Sambil makan siang.
- Karena terlambat.
- Tanpa pikir panjang.
- Berjalan kaki di jalan raya.
- Memakai pakaian yang kusam.
- Pergi ke pantai.
- Sudah siang.
- Sebelum berangkat kerja.
- Bercanda dengan teman-teman.
Dalam contoh-contoh di atas, frasa tidak memiliki subjek yang jelas atau tidak memiliki predikat yang lengkap untuk membentuk kalimat yang lengkap. Oleh karena itu, frasa seperti ini sebaiknya dihindari dalam tulisan formal dan diubah menjadi kalimat yang lengkap.
Demikianlah pembahasan tentang kalimat fragmentaris adalah. Penting diketahui bahwa penggunaannya harus tetap hati-hati. Terlalu banyak menggunakan kalimat ini dapat membuat tulisan atau pidato menjadi sulit dipahami atau terlihat tidak terstruktur dengan baik. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan kalimat fragmentaris dengan bijak dan hanya dalam konteks yang tepat.