PARBOABOA - Dalam beberapa dekade terakhir, geng motor menjadi momok menakutkan. Berbagai peristiwa meresahkan, hingga memakan korban jiwa kerap terjadi di lingkungan masyarakat.
Di sejumlah daerah, terdapat berbagai konvoi geng motor yang sering berujung pada aksi tawuran antar kelompok, bahkan menyasar individu acak yang mereka temui di jalanan.
Kebersamaan saat sedang konvoi seakan menyiaratkan jalanan adalah milik mereka, sehingga perilaku yang tidak menyenangkan dari pengguna jalan lain dianggap sebagai musuh yang harus dibasmi.
Salah satu contohnya adalah peristiwa pembacokan geng motor yang baru-baru ini terjadi di kawasan Sei Mei, Kota Medan (20/4).
Seorang pria dibacok oleh sekelompok geng motor hingga tewas di depan anak dan istrinya yang sedang hamil. Insiden tersebut bermula akibat suara knalpot blong yang digunakan korban saat berkendara.
Usai kejadian tersebut, petugas kepolisian berhasil membekuk 8 pelaku yang 6 di antaranya merupakan anak di bawah umur. Saat dilakukan tes urine, para pelaku positif narkoba.
Lihat Juga: Fakta-Fakta Pembacokan Geng Motor di Medan
Terlepas dari itu, geng motor adalah sekumpulan remaja putra yang memiliki kesamaan hobi yaitu bersepeda motor dengan tujuan bersenang-senang seperti konvoi dan melakukan touring.
Hanya saja, keberadaan geng motor di tengah masyarakat kian meresahkan mengingat banyaknya permasalahan yang terjadi dari adanya geng motor.
Bagi sebagian orang, geng motor disinyalir sebagai bentuk dari kenakalan remaja yang menunjukkan perilaku menyimpang seperti balapan liar, narkoba, judi, tawuran, perusakan fasilitas umum, dan seks bebas.
Namun, dengan adanya tindak kriminal yang menimbulkan korban jiwa, maka geng motor termasuk tindakan murni kriminal.
Lantas, apa yang melatarbelakangi geng motor sehingga erat kaitannya dengan kriminalitas?
Narkotika
Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak peristiwa yang melibatkan geng motor di dalamnya, selalu berkaitan dengan narkotika.
Obat-obatan terlarang tersebut digunakan untuk menambah keberanian anak geng motor di jalanan. Itu sebabnya mereka tak sungkan membacok orang. Bahkan, mereka berani menyerang polisi.
Beberapa kasus penangkapan geng motor selalu berujung tes urine yang hasilnya adalah positif narkoba. Beberapa contohnya dapat dilihat dari beberapa kasus yang baru-baru ini terjadi dari berbagai daerah.
Pada Sabtu (30/4/2022), jajaran Polres Indramayu mengamankan 34 anggota geng motor, 14 di antaranya positif narkoba.
Pada Selasa (26/4/2022), Polres Sukabumi Kota berhasil mengamankan ratusan anggota geng motor pasca-terjadi bentrok usai bagi-bagi takjil di Jalan Pelda Suryanta Kelurahan Nanggeleng, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi. Dari 127 anggota geng motor, sebanyak 40 di antaranya positif narkoba.
Para pelaku anggota geng motor yang menyerang pemukiman warga di Puwekerto Barat pada Sabtu (19/3/2022), berhasil diamankan Satreskrim Polresta Banyumas. Dari 9 pelaku yang tertangkap, 3 di antaranya positif narkoba.
Mencari Jati Diri dan Doktrin Senior
Fenomena geng motor yang kerap terlibat dalam aksi kriminalitas dianggap muncul dari subkultur menyimpang yang tumbuh subur di kelompok ini.
Gengsi, senioritas, dan keberanian menjadi nilai yang digaungkan oleh kelompok tersebut.
Remaja-remaja putera sangat rentan terjerumus dalam penyimpangan sosial ketika mencari jati dirinya. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap permasalahan yang satu ini.
Ketika anak masih labil, mereka memiliki daya tangkap yang kurang, sehingga tidak bisa memfilterisasi apa yang masuk dan akhirnya ngikut pada senior.
Jika lingkungan memiliki pengaruh negatif, maka individu anak juga akan terbangun negatif.
Lihat juga: Faktor Penyebab Remaja Menjadi Anggota Geng Motor di Perkotaan
Dilansir dari Idntimes, Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Susanto memberi pemaparan terkait masa remaja yang sangat rentan.
"Variatif, ya. Tapi rentang usia SMP kelas dua sampai menjelang SMA kelas tiga menjadi titik-titik rentan (penyimpangan sosial). Memang gak bisa dijustifikasi ya trennya di umur berapa paling banyak melakukan penyimpangan sosial," kata Susanto.
Terkait hal itu, KPAI menyoroti efek doktrin senioritas terhadap kader-kader yang berada di bawahnya.
“Memang dalam sejumlah kasus, berdasarkan hasil kajian kita juga, indoktrinasi senior cukup efektif. Padahal mereka (yang muda) sudah tahu apa yang dilakukan itu tidak baik. Tapi karena mereka tidak mampu memfilter informasi, jadinya mereka terpengaruh dengan doktrin senior," ucap Susanto.
Mencari Pengakuan
Teman sebaya memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan psikososial remaja.
Para remaja biasanya memiliki kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari kelompok teman sebaya ataupun teman tongkrongan.
Lihat Juga: KLITIH : Aksi Membacok Orang Secara Acak dengan Alasan Bersenang-senang
Melansir wartakota, Selasa (03/05/2022), kawanan geng motor di Tanjung Duren, Jakarta Barat, nekat melakukan pembacokan terhadap seorang remaja demi mendapatkan gelar dan diakui oleh kelompoknya.
Mereka sengaja melakukan hal tersebut dan jika ditangkap polisi, mereka pun akan mendapatkan pengakuan sebagai “Tank”. Gelar tank artinya orang yang disegani dan paling berani di kelompoknya.
Setelah melihat berbagai faktor yang menjadi alasan mengapa geng motor cenderung melakukan kriminalitas, lalu bagaimana upaya polisi untuk mengatasi hal ini?
Upaya Mengatasi Persoalan Geng Motor
Rata-rata geng motor muncul di kota-kota besar. Aksi yang kerap diciptakan oleh segerombolan geng motor ini di antaranya merusak fasilitas umum maupun pribadi, pengeroyokan, penganiayaan, pencurian, begal, pemerkosaan, hingga pembunuhan.
Berbagai rentetan teror geng motor membuat polisi kerap menggencarkan patroli.
Mengutip pembicaraan Forum Promoter Polri bertema "Penanggulangan Teror Geng Motor Demi Memberikan Rasa Aman dan Terwujudnya Kamtibmas", pihak kepolisian berupaya mengatasi persoalan geng motor dengan tindakan pecegahan, yakni preventif dan represif.
Preventif dilakukan dengan cara penyuluhan kepada masyarakat untuk lebih terlibat dalam kamtibmas, seperti melengkapi sarana prasarana jalan umum, penerangan jalan, pemasangan CCTV dan lainnya.
Upaya preventif juga dilakukan dengan cara patrol rutin, membuat aplikasi pengaduan dan menempatkan anggota Polri pada daerah rawan tindak kejahatan.
Sedangkan upaya represif dilakukan dengan cara membentuk satgas anti kejahatan, pemetaan daerah rawan kejahatan dan proses sidik.
"Keberadaan geng motor yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat akan ditindak tegas oleh kepolisian. Polisi tidak akan ada toleransi lagi bagi anggota geng yang bertindak anarkis," kata Kasubnit V Subdit III Ranmor, AKP Andhiek Budy Kurniawan.
Adapun Sosiolog dari Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Musni Umar, mengatakan bahwa geng motor merupakan fenomena global yang ada di hampir semua negara.
Namun, perkembangan geng motor di Indonesia menjadi salah satu yang paling pesat.
Menurutnya, untuk mencegah geng motor terus perkembang salah satu cara yang efektif adalah dengan mengembalikan fungsi keluarga dan sekolah sebagai pusat pendidikan akhlak dan nilai-nilai agama.
Kemudian menciptakan lingkungan sosial yang peduli terhadap anggota geng motor. Selain itu, orang tua harus diberi pendidikan cara mendidik anak agar tidak salah asuh.
Editor: -