PARBOABOA – Dalam dunia kesehatan mental, gangguan psikosis atau psikotik adalah salah satu kondisi yang menarik sejumlah atensi masyarakat, karena gejala kompleks dan dampaknya pada cara berpikir, merasa, hingga interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya.
Masalah ini juga termasuk dalam kategori gangguan mental serius yang dapat mengganggu keseharian seseorang.
Dalam artikel ini, Parboaboa akan menjelaskan lebih dalam mengenai pengertian gangguan mental psikotik, ciri-ciri, beberapa contoh, hingga ke faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya gangguan satu ini.
Dengan memahami esensi dari gangguan mental psikotik, diharapkan setiap orang dapat lebih sensitif terhadap kesehatan mental dan memberikan dukungan tepat kepada mereka yang membutuhkannya.
Apa Itu Gangguan Psikotik?
Menurut jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, psikosis atau gangguan psikotik adalah suatu kondisi kesehatan mental yang ditandai oleh adanya distorsi pada persepsi, pikiran, emosi, dan kenyataan.
Orang yang mengalami masalah kesehatan ini cenderung tidak biasa membedakan antara kenyataan dan imajinasi.
Gejala psikosis meliputi delusi (keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan) dan halusinasi (persepsi yang tidak ada dalam realitas).
Selain itu, gangguan ini juga dapat disertai dengan gangguan berpikir, perilaku yang tidak wajar, dan kurangnya respons emosional yang sesuai.
Kondisi kesehatan ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada fungsi sehari-hari individu dan memerlukan intervensi medis dan psikososial yang tepat.
Adapun beberapa jenis dari psikosis meliputi skizofrenia, gangguan skizoafektif, dan gangguan mental psikotik sementara seperti psikosis reaktif.
Ciri-ciri Gangguan Kesehatan Mental Psikosis
Gangguan psikotik merujuk pada kondisi mental yang mempengaruhi ketidaknormalan dalam pemikiran, persepsi, emosi, dan perilaku seseorang.
Sebagai kompleksitas psikologis dalam individu, kondisi ini membawa sejumlah tanda dan gejala yang menjadi jejak khas setiap penderitanya, sehingga memungkinkan pengidentifikasian penyakit ini.
Berbicara tentang ciri-ciri gangguan kesehatan mental psikosis, berikut beberapa gejalanya yang dikutip melalui situs Kementerian Kesehatan yang mencakup:
1. Delusi
Salah satu gejala psikosis yang sering kali timbul adalah adanya delusi, yakni munculnya keyakinan tidak rasional atau tidak sesuai dengan fakta.
Seseorang yang mengalami situasi seperti ini meyakini bahwa mereka memiliki kekuatan khusus, sedang diawasi, atau bahkan menjadi target konspirasi.
2. Halusinasi
Selanjutnya, terdapat halusinasi, merujuk pada pengalaman sensorik yang tidak sesuai dengan realitas, seperti mendengar suara, melihat gambar, atau merasakan sensasi yang tidak ada.
Di antara jenis halusinasi, auditori (mendengar suara) adalah yang paling umum terjadi.
3. Berbicara yang Tidak Terkait
Ciri-ciri gangguan kesehatan mental psikosis juga ditandai dengan individu yang mungkin kesulitan dalam mempertahankan alur pikiran koheren, dan berbicara tentang topik yang tidak terkait atau sulit diikuti.
4. Gangguan Pola Pikir
Selain itu, salah satu ciri dari pasien pengidap psikosis bisa dikenali lewat pikiran yang bercabang, sulit menghubungkan ide-ide tertentu, hingga kesulitan dalam menyusun alur logis dari suatu situasi.
5. Gangguan Respons Emosional
Biasanya, gangguan psikotik akan mengalami respons emosional yang tidak sesuai dengan situasi atau bahkan kekurangan emosi dalam situasi yang seharusnya mengundang perasaan.
6. Perubahan Perilaku
Pasien dari psikosis juga biasanya memiliki perilaku tidak biasa, impulsif, atau eksentrik yang tidak sesuai dengan kepribadian sebelumnya.
7. Isolasi Sosial
Ciri lainnya dari penyakit ini juga bisa dikenali lewat individu yang cenderung menjauh dari interaksi sosial dan aktivitas yang biasanya diikuti.
8. Gangguan Perawatan Diri
Selain mengisolasikan diri, pengidap dari gangguan psikotik juga mengalami kesulitan dalam menjaga kebersihan pribadi, berpakaian sesuai, atau merawat diri sendiri secara umum.
9. Gangguan Tidur dan Pola Makan
Perubahan dalam pola tidur yang signifikan, seperti tidur berlebihan atau kurang tidur, serta perubahan dalam nafsu makan juga dapat menjadi tanda munculnya gangguan mental ini.
10. Gangguan Fungsional
Seseorang yang mengalami gangguan psikotik biasanya akan kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bidang pekerjaan, sekolah, dan hubungan sosial.
Faktor Penyebab Gangguan Kesehatan Mental Psikosis
Faktor penyebab gangguan kesehatan mental psikosis dapat melibatkan kombinasi antara faktor genetik, lingkungan, dan biologis.
Beberapa faktor yang diduga dapat berperan dalam terjadinya gangguan kesehatan mental psikosis menurut Kemenkes meliputi:
-
Faktor Genetik
Genetik atau faktor keturunan menjadi salah satu faktor penyebab gangguan kesehatan mental psikosis paling utama pada masa kini.
Adanya riwayat keluarga dengan gangguan psikosis dapat meningkatkan risiko individu mengalami kondisi serupa.
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa faktor genetik berperan dalam rentan seseorang terhadap gangguan psikosis.
-
Gangguan Neurokimia
Ketidakseimbangan zat kimia dalam otak, terutama dopamin, telah dikaitkan dengan gejala psikosis. Perubahan dalam sistem saraf dan jalur neurotransmitter juga dapat mempengaruhi perkembangan dari gangguan ini.
-
Perubahan Otak
Beberapa penelitian menunjukkan, faktor dari gangguan psikotik juga terjadi karena adanya perubahan struktur dan fungsi otak pada individu yang mengidap masalah ini. Perubahan ini dapat mencakup ukuran dan aktivitas area otak tertentu.
-
Stres dan Trauma
Pengalaman stres berat atau trauma fisik dan emosional juga dapat meningkatkan risiko perkembangan gangguan psikosis. Stres kronis dapat mempengaruhi keseimbangan neurokimia otak.
-
Konsumsi Zat
Penggunaan zat-zat seperti narkoba, alkohol, atau zat adiktif lainnya dapat memicu gejala psikosis atau memperburuk kondisi yang sudah ada.
-
Faktor Lingkungan
Lingkungan sosial dan keluarga juga memiliki peran dalam faktor penyebab gangguan kesehatan mental psikosis.
Kondisi seperti keluarga yang terpencil, pengalaman kekerasan, atau ketidakstabilan lingkungan dapat mempengaruhi risiko dari gangguan ini.
-
Infeksi dan Komplikasi Kehamilan
Beberapa penelitian gangguan psikotik juga mengaitkan infeksi selama kehamilan atau komplikasi prenatal dengan peningkatan risiko gangguan psikosis pada anak.
Contoh Kasus Psikotik Akut
Dikutip dari Wikipedia, berikut adalah salah satu contoh kasus psikotik akut yang pernah terjadi di dunia:
Pada tahun 2012, James Holmes, seorang mahasiswa di Universitas Colorado, Amerika Serikat, mengalami episode psikotik akut yang sangat mencolok.
Pada suatu malam di bulan Juli, ia tiba-tiba membuka tembakan di dalam sebuah bioskop yang penuh dengan penonton yang menonton film "The Dark Knight Rises". Insiden ini mengakibatkan 12 orang tewas dan puluhan lainnya terluka.
Sebelum insiden itu, Holmes mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan perilaku dan gejala psikotik yang semakin memburuk.
Dia menarik diri dari pergaulan sosial, tampil dengan penampilan yang aneh, dan mulai memiliki obsesi terhadap karakter-karakter jahat dalam film dan buku. Ia juga mengklaim memiliki rencana untuk melakukan tindakan kekerasan.
Setelah penangkapan, Holmes dinyatakan tidak cakap untuk menghadapi persidangan karena kondisi kesehatan mentalnya. Pada akhirnya, dia didiagnosis menderita skizofrenia.
Kasus ini menyoroti kompleksitas gangguan psikotik dan dampak seriusnya terhadap individu dan masyarakat.
Cara Mengatasi Gangguan Psikotik
Mengatasi gangguan kepribadian ini melibatkan pendekatan yang holistik dan sering memerlukan campur tangan profesional kesehatan mental.
Beberapa langkah pengobatan psikosis yang bisa diambil untuk mengatasinya menurut laman resmi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) meliputi:
1. Konsultasi dengan Profesional Kesehatan Mental
Langkah pertama yang penting dalam cara mengatasi gangguan psikotik adalah berkonsultasi dengan psikiater, psikolog, atau tenaga kesehatan mental lainnya yang memiliki pengalaman dalam menangani gangguan mental ini.
Mereka dapat melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi Anda dan merancang rencana perawatan yang sesuai.
2. Terapi Obat
Dalam sejumlah kasus, terapi obat dapat membantu mengendalikan gejala psikotik. Dokter dapat meresepkan obat antipsikotik yang membantu mengurangi gejala seperti halusinasi, waham, dan perubahan pikiran yang tidak terkendali.
Penting untuk terus berkomunikasi dengan dokter Anda tentang efek samping dan perubahan dalam gejala.
3. Terapi Psikososial
Terapi ini dapat membantu Anda dalam mengatasi gejala, mengembangkan keterampilan sosial, dan meningkatkan pemahaman tentang kondisi Anda.
Terapi kognitif perilaku (CBT) dapat membantu Anda mengatasi waham dan halusinasi serta mengidentifikasi pola pikir yang tidak sehat.
4. Dukungan Keluarga dan Sosial
Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas sangat penting. Lingkungan yang positif dan penerimaan dari orang-orang terdekat dapat membantu dalam pemulihan.
5. Manajemen Stres
Mengelola stres dan menjaga kesehatan fisik juga dapat membantu mengurangi gejala. Olahraga teratur, tidur yang cukup, dan pola makan sehat dapat berkontribusi pada perasaan lebih baik.
6. Terapi Aktivitas Seni dan Kreatif
Beberapa orang menemukan manfaat dalam terapi seni atau kreatif, seperti seni lukis, musik, atau menulis. Ini dapat membantu dalam mengungkapkan emosi dan meningkatkan kesejahteraan mental.
7. Pemantauan Rutin
Pemantauan kondisi secara rutin oleh profesional kesehatan mental penting untuk mengukur efektivitas perawatan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
8. Edukasi tentang Kondisi
Pendidikan tentang gangguan psikotik, baik bagi individu yang mengalaminya maupun keluarga, dapat membantu dalam memahami kondisi dan mengurangi stigma.
Perbedaan Psikotik Akut dan Skizofrenia
Psikosis akut dan skizofrenia adalah dua kondisi kesehatan mental yang dapat menunjukkan gejala psikotik, tetapi memiliki perbedaan yang penting.
Sejumlah ahli yang mempelajari tentang perbedaan psikotik akut dan skizofrenia, termasuk Dr. E. Fuller Torrey.
Dr. E. Fuller Torrey adalah seorang ahli psikiatri yang telah melakukan penelitian tentang perbedaan antara gangguan psikotik akut dan skizofrenia.
Dirinya menyoroti perbedaan kedua masalah ini dalam hal onset, durasi, dan gejala antara kedua kondisi ini.
Onset dan Durasi
Psikosis akut biasanya muncul secara tiba-tiba dan berlangsung dalam jangka waktu singkat.
Pasien mungkin mengalami gejala psikotik yang intens namun berlangsung hanya beberapa minggu atau bulan.
Sementara itu, skizofrenia cenderung lebih bertahap dan gejala bisa berlangsung lebih lama, bahkan tahunan. Kondisi ini umumnya lebih kronis.
Gejala
Psikosis akut memiliki gejala gangguan psikotik seringkali melibatkan waham, halusinasi, atau gejala psikotik lainnya yang intens. Gejala ini mungkin terkait dengan situasi tertentu atau stressor.
Skizofrenia lebih kompleks dengan gejala yang meliputi pemikiran yang terpecah-pecah, sulit membedakan kenyataan dari waham, gangguan emosi, dan disfungsi sosial yang lebih luas.
Catatan Tambahan, meskipun Dr. E. Fuller Torrey telah memberikan wawasan tentang perbedaan antara kedua kondisi ini, penting untuk diingat bahwa diagnosis dan pengobatan harus dilakukan oleh profesional kesehatan mental yang berpengalaman.
Rencana perawatan gangguan psikotik harus dibuat bersama dengan profesional kesehatan mental berdasarkan kebutuhan dan preferensi Anda.
Perbedaan antara psikosis akut dan skizofrenia dapat sangat kompleks dan mungkin memerlukan evaluasi medis yang mendalam.
Di samping itu, penting untuk diingat, setiap individu memiliki pengalaman yang unik dan pendekatan yang paling efektif mungkin bervariasi untuk dilakukan.
Demikianlah penjelasan mengenai apa itu gangguan psikotik yang dapat menambah sedikit wawasanmu akan masalah kesehatan ini. Semoga bermanfaat!