PARBOABOA, Jakarta - Pada pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim PBB atau COP26 yang selesai dilaksanakan pada 13 Oktober lalu menghasilkan beberapa keputusan.
Salah satu hasil KTT tersebut yaitu penghapusan penggunaan batu bara, sebagai upaya untuk mengurangi pemanasan global. Kesepakatan ini bahkan telah ditanda tangani oleh 200 negara peserta. Namun keputusan ini mendapat penolakan dari beberapa negara yang menjadikan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
India dan China yang menjadi pengguna terbesar batu bara menolak rencana penghapusan tersebut. Kedua negara itu justru mengajukan petisi pengurangan secara bertahap penggunaan baru bara.
India mengajukan petisi tersebut karena negara tersebut masih sangat bergantung pada penggunaan batu bara untuk kepentingan produksi listrik dalam negeri. Hal ini juga berlaku untuk China juga membutuhkan batu bara untuk mengangkat ekonomi penduduk dan negara agar dapat keluar dari kemiskinan.
Apalagi saat ini China sedang diterpa krisis listrik, akan berat untuk mengurangi batu bara yang selama ini jadi sumber utama penghasil energi di negara tersebut. Pemerintah China bahkan menambah produksi untuk mengisi kekosongan pasokan batu bara nasional yang sangat dibutuhkan sekarang. Terlebih menjelang musim dingin sampai awal tahun depan.
Beberapa negara kaya di Eropa kecewa dan negara-negara pulau kecil dan negara-negara lain yang masih berkembang kecewa dengan keputusan China dan India tersebut. Namun, Meksiko dan delegasi-delegasi lain akhirnya mengatakan akan membiarkan kesepakatan itu berlaku.