PARBOABOA, Siantar - Akhir-akhir ini, harga kacang kedelai tengah melonjak di sejumlah daerah di Indonesia. Di pulau jawa, harga kedelai naik hingga Rp 11.300 per kilogram. Angka ini jauh lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah tahun lalu, yakni maksimal Rp 9.000 per kilogram.
Sedangkan harga kedelai di luar jawa bisa lebih tinggi. Seperti yang terjadi di Kota Medan mencapai Rp 12.500 per kilogram.
"Tahun lalu sudah ada ketetapan dari pemerintah harga kedelai dijual Rp 7.000 sampai Rp 9.000 per kilogram, tetapi pergerakan harga terakhir Rp 11.300," kata Ketua Pusat Kopti DKI Jakarta, Sytarto pada Minggu (20/2).
Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menyatakan bahwa kejadian ini sama halnya seperti pada Januari 2021. Menurutnya, pemerintah tidak bisa mengendalikan harga kedelai yang masuk ke Indonesia.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan harga kedelai di Indonesia. Salah satu disebabkan oleh peningkatan inflasi yang terjadi di Amerika Serikat, negara sumber impor kedelai Indonesia. Tak hanya itu, beban biaya logistik selama pandemi juga membengkak.
Pemanfaatan kedelai sebagai pengganti dari minyak sawit di luar negeri juga turut mempengaruhi lonjakan harga kedelai di Indonesia. Kenaikan harga sawit nyatanya berdampak pada beralihnya masyarakat di Amerika Serikat, Amerika Latin hingga Eropa mencari alternatif minyak nabati. Pilihan pun jatuh pada kedelai atau dikenal dengan istilah soybean oil.
"Mereka mencari alternatif soybean oil sebagai alternatif minyak nabati lainnya," kata dia.
Ditambah, saat ini permintaan kedelai dari China meningkat signifikan. Di China, kedelai tidak hanya dikonsumsi manusia, melainkan digunakan untuk pakan ternak juga.
"Jadi ini semuanya karena faktor eksternal yang bermain," katanya.
Akibatnya, banyak pengrajin tahu dan tempe yang mengadakan mogok produksi pada 21-23 Februari 2022. Hal itu dikonfirmasi oleh Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin.
"Ya jadi kalau untuk tiga hari ini langka, selanjutnya bakal ada lagi. Setelah mogoknya," ujar Aip.
Aip mengatakan bahwa mulai hari ini, di pasar mungkin terjadi kelangkaan atau bahkan tidak ada perdagangan tahu dan tempe dan distribusi pun terganggu.
"Terganggu, iya. Dampaknya masyarakat tidak bisa beli tempe tahu dan kita juga tidak produksi jadi tidak ada pemasokkan. Tapi memang harus dilakukan, betul," lanjutnya.
Salah satu perajin tahu tempe di Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat bernama Ahmad Abdullah juga ikut melakukan aksi mogok itu. Sebab, sebagian besar konsumen keberatan kalau harga tempe dijual menjadi dua kali lipat.
"Harga kacangnya melambung tinggi, harga jualnya juga tinggi, jadi susah. Orang-orang pada kaget beli tempe Rp5 ribu sekarang Rp8 ribu terus Rp10 ribu, terpaksa berhenti dulu lah," kata dia.
Abdullah berharap, agar harga kacang kedelai bisa kembali stabil, sehingga mogok produksi tidak akan berlangsung lebih lama, dan konsumen mendapatkan harga tahu tempe yang wajar.