PARBOABOA, Jakarta- Pengendalian inflasi pusat 2022 lebih rendah. Secara year on year (YOY) tercatat 6,51 persen dibandingkan consensus forecast 6,5 persen pasca penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM), September 2022.
Seperti disampaikan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam Preskon High Level meeting Tim Inflasi Pusat secara daring di kanal YouTube @Perekonomian, Senin (20/02/2023).
Airlangga mengatakan, relasi inflasi Indonesia juga relatif lebih baik dibandingkan dengan negara lain.
"Di Eropa di atas 9 persen dan Amerika sekitar 8 persen. Namun di beberapa negara ekstrim seperti Argentina dan Turki semua di atas 50 persen," terangnya.
Airlangga menuturkan, kondisi tersebut tidak lepas dari kerja keras yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah, Bank Indonesia (BI) serta berbagai mitra strategis Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
"TPIP merupakan agenda yang strategis untuk mencapai capaian di 2023, terutama menghadapi hari besar keagamaan seperti Idul Fitri," ujar Airlangga.
Selain itu, kata Airlangga, memperkuat kebijakan makro ekonomi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional menjadi keharusan.
Untuk mencapai target 3 plus minus 1 persen di 2023, sesuai dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
"Tadi dibahas juga terkait dengan volatile food utamanya di hari besar keagamaan dan secara khusus kita berbicara mengenai ketersediaan beras dan target volatile food 3 sampai 5 persen ," kata Airlangga.
Untuk mendukung kekuatan ketahanan pangan, lanjut Airlangga dimulai dengan akselerasi dan implementasi, lumbung pangan.
Termasuk luasan kerjasama antar daerah dan data ketersediaan pangan untuk mendukung pengendalian inflasi serta memperkuat komunitas dan mendukung ekspektasi inflasi dari masyarakat.
Airlangga mengatakan, program inflasi tahun 2023 meliputi gerakan pengendalian inflasi pusat yang juga didorong oleh Bank Indonesia. Seperti pasar murah dan kerjasama antar daerah.
"Lalu, subsidi ongkos angkut, gerakan tanam cabe, replikasi model bisnis, alat dan mesin mesin pertanian (alsintan), digitalisasi dan koordinasi," papar Airlangga.