PARBOABOA, Pematangsiantar - Pendakwah kontroversial Ustaz Abdul Somad (UAS) dan 6 orang rombongan yang bersamanya, termasuk istri, anak, dan sahabatnya ditolak masuk ke Singapura pada Senin (16/5).
UAS dan rombongan diketahui melakukan perjalanan dari Batam menggunakan MV. Brilliance of Majestic sekitar pukul 12.50 WIB.
Tak ada permasalahan dalam dokumen imigrasi rombongan tersebut. Namun setibanya di Singapura, petugas pemeriksaan imigrasi Singapura (ICA) menolak masuk ketujuh orang tersebut, karena not to land notice atau tidak memenuhi kriteria.
Tujuh orang tersebut kembali ke Indonesia dan tiba kembali di TPI Batam Center pada pukul 18.10 WIB.
Setelah kabar penolakan UAS ini tersebar, pihak Kementerian Dalam Negeri Singapura akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi yang menjadi alasan keputusan tersebut, yaitu Singapura menganggap ustaz tersebut orang yang ekstremis.
Dalam dakwahnya UAS pernah mengatakan bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina.
"Somad (UAS) dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura. Misalnya, Somad ceramah bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi 'syahid'," tulis Kemendagri Singapura, dikutip Rabu (18/5).
Kemudian dia juga mengkafirkan masyarakat non-muslim, dan pernah menyebut salib Kristen sebagai tempat tinggal jin.
“Dia juga membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal "jin (roh/setan) kafir", lanjut pernyataan tersebut.
Bagi pemerintah Singapura, pernyataan-pernyataan UAS ini dianggap sangat serius karena mendukung ajaran ekstrimis yang tidak sesuai dengan masyarakat Singapura yang menganut beragam agama.
"Pemerintah Singapura memandang serius siapa pun yang menganjurkan kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis dan segregasi. Somad dan teman perjalanannya ditolak masuk ke Singapura," mengutip situs resmi Kemendagri Singapura.
Ini bukan kali pertama perjalanan UAS ke luar negeri ditolak, tahun 2018 lalu, Timor Leste menolak kedatangan pendakwah tersebut karena diduga terkait terorisme.
Kedatangan UAS juga pernah dicekal oleh Hong Kong, namun tak ada penjelasan dari pemerintah setempat terkait keputusan tersebut.