PARBOABOA – Tiga siswa peserta didik di SDN 051 Kota Tarakan, Kalimantan Utara harus tinggal kelas sebanyak tiga kali lataran tidak tuntas dalam salah satu mata pelajaran, yakni pelajaran agama.
Pasalnya ketiga siswa tersebut yakni M (14) kelas 5 SD, Y(13) kelas 4 SD, dan YT (11) kelas 2 SD, menolak melakukan praktek saat pelajaran agam kristen. Sebab mereka yang juga kakak beradik, menganut agama Saksi Yehuwa.
Penyebab kosongnya nilai praktik ketiga anak tersebut ialah lantaran mereka menolak pelajaran praktik dalam pendidikan agama Kristen.
Menurut guru yang bersangkutan, alasan mereka menolak pelajaran agama Kristen karena bertentangan dengan akidah yang mereka anut. Alhasil, nilai salah satu mata pelajaran mereka pun harus kosong – yang meskipun mata pelajaran lain yang mereka dapat dengan nilai baik, tetap saja mereka harus tinggal kelas.
Ketiganya dimasukan dalam bagian pendidikan agama Kristen dikarenakan sekolah beralasan tidak ada guru agama untuk mengajar agama Saksi Yehuwa.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menyoroti hal tersebut. Dia mengatakan Tim Gabungan yang terdiri dari KPAI, Itjen Kemendikbudristek, dan unsur masyarakat sipil telah mengunjungi sekolah ketiga siswa tersebut pada Senin (22/11).
"Tim melakukan wawancara dengan Ibu DH selaku guru Pendidikan Agama Kristen yang diperbantukan di SDN 051 Tarakan," ungkap Retno dalam keterangan tertulis yang dikutip, Selasa (30/11).
Rento memaparkan, menurut pengakuan DH, ketiga anak tersebut pintar, bahkan nilai-nilai pengetahuannya sering mendapat 100 alias sempurna. Selain itu, ketiga kakak beradik itu juga berperangai baik dan sopan.
Namun, nilai pendidikan agama tiga anak itu tidak tuntas pada rapornya sehingga tidak naik kelas. Hal itu sudah terjadi tiga kali, karena nilai praktik tidak ada, tetapi nilai Kognitif/pengetahuan dan nilai afektif selalu baik.
Ketika tim bertanya apa harapan atau keinginan ketiga anak yang 3 kali tinggal kelas itu, mereka menjawab 'hanya ingin naik kelas'.
Terakhir, anak-anak itu juga menyatakan kehilangan semangat belajar jika nanti akan mengalami tidak naik kelas lagi untuk keempat kalinya.