PARBOABOA, Jakarta – Selama bulan suci Ramadan, umat Islam diberikan kesempatan yang tak ternilai untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dari hari pertama hingga terakhir, selalu menawarkan kesempatan untuk memperkuat iman dan meningkatkan amalan baik.
Di momen ini, umat Islam disarankan untuk meningkatkan intensitas ibadah, mengingat berbagai keistimewaan yang terkandung dalam 10 hari terakhir Ramadan.
Menurut informasi dari laman Nahdlatul Ulama, Ramadan terbagi menjadi tiga periode. Periode awal, dikenal sebagai masa dimana umat Islam menerima rahmat dan kasih sayang dari Allah.
Selanjutnya, periode kedua, dianggap sebagai masa untuk mendapatkan maghfirah, atau pengampunan dari Allah SWT.
Periode ketiga, sebagai masa itqun minan nar, merupakan waktu dimana umat Islam berusaha untuk dibebaskan dari siksa api neraka.
10 hari terakhir bulan Ramadan ini dianggap paling berharga karena keistimewaan dan keutamaannya yang tidak dimiliki oleh fase-fase lainnya.
Di fase ini, terdapat malam yang sangat istimewa yang dinanti-nantikan oleh umat Islam, yakni Lailatul Qadar. Waktu kedatangan malam ini merupakan misteri yang hanya diketahui oleh Allah.
Selain itu, malam 10 hari terakhir Ramadhan juga merupakan malam-malam yang sangat disukai oleh Rasulullah SAW, dengan menunjukkan cara terbaik untuk memanfaatkan sepuluh malam terakhir yang spesial ini.
Ada pula hadits yang mengungkapkan kesungguhan Nabi Muhammad SAW selama 10 hari terakhir Ramadhan. Menurut hadits yang disampaikan oleh Aisyah RA, menyatakan:
كَانَ رَسÙوْل٠اللهً صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ يَجْتَهÙد٠ÙÙيْ الْعَشْر٠الْأَوَاخÙر٠مَا لَا يَجْتَهÙد٠ÙÙيْ غَيْرÙÙ‡Ù
Artinya: Dari Aisyah ra, Rasulullah saw sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) lainnya (HR Muslim).
Hadist tersebut merupakan dorongan dan contoh dari Rasulullah SAW untuk menginspirasi umatnya agar lebih semangat dalam meningkatkan ibadah di 10 hari terakhir Ramadhan, dengan mengikuti sejumlah amalan penting yang dilakukan, di antaranya:
Meningkatkan amalan ibadah di penghujung Ramadan
Dilansir dari laman resmi Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), selama 10 malam terakhir Ramadan, umat Islam diminta untuk mengisi malam dengan doa, zikir, dan ibadah lainnya sampai subuh.
Praktik ini tidak hanya dilakukan oleh Rasulullah SAW tetapi juga diajarkan kepada keluarganya, agar bersama-sama merasakan ketenangan dalam beribadah sepanjang malam.
Menurut Aisyah RA, Rasulullah SAW lebih giat dalam ibadah pada 10 hari terakhir Ramadan,
"Rasulullah SAW biasa ketika memasuki 10 Ramadan terakhir, beliau kencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh dalam ibadah), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sedekah diperbanyak
Memperbanyak sedekah selama 10 hari terakhir Ramadan merupakan praktik yang sangat penting sebagai ungkapan rasa syukur atas keberkahan yang diberikan selama bulan suci, sekaligus sebagai pelengkap bagi puasa dan ibadah pribadi lainnya.
Keseimbangan antara ibadah ritual dan sosial menjadi penentu kesempurnaan iman dan kualitas ibadah seseorang, dalam hal ini Allah berfirman,
تَتَجَاÙٰى جÙÙ†ÙوْبÙÙ‡Ùمْ عَن٠الْمَضَاجÙع٠يَدْعÙوْنَ رَبَّهÙمْ خَوْÙًا وَّطَمَعًاۖ وَّمÙمَّا رَزَقْنٰهÙمْ ÙŠÙنْÙÙÙ‚Ùوْنَ Û١٦
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. As-Sajdah: 16).
Di masa akhir Ramadan ini, memberi tidak hanya terbatas pada zakat fitrah dan zakat mal yang wajib, namun juga sangat dianjurkan untuk meningkatkan sedekah sunnah.
Ini bertujuan untuk membagikan kegembiraan dan menyediakan bantuan makanan bagi mereka yang membutuhkan pada hari raya Idul Fitri.
Bentuk sedekah bisa variatif, meliputi uang, makanan, pakaian, atau paket bantuan untuk anak yatim dan orang-orang yang kurang mampu.
I’tikaf di Masjid
I'tikaf adalah kegiatan berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah SWT. Orang yang melakukan i'tikaf hanya boleh meninggalkan masjid untuk keperluan dasar manusiawi.
Lebih dari itu, i'tikaf juga mencakup berbagai bentuk ibadah lainnya, seperti berzikir, berdoa, membaca Al-Quran, menunaikan shalat sunnah, bershalawat, bertobat, beristighfar, dan aktivitas spiritual lainnya.
Meskipun i'tikaf bisa dilakukan kapan saja, namun sangat dianjurkan untuk mengintensifkannya selama 10 malam terakhir di bulan Ramadan, sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh Abdullah bin Umar RA,
"Rasulullah SAW melakukan i'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan." (Riwayat Muttafaq 'alaih)
Tilawah Al Qur’an ditingkatkan
Memfokuskan diri pada membaca Al-Qur'an menjadi keutamaan khusus selama 10 hari terakhir di bulan Ramadan.
Banyak umat Islam menghabiskan malam mereka dalam tilawah Al-Qur'an, baik di masjid ataupun di rumah. Tilawah Al-Qur'an dianggap sebagai ibadah yang sederhana tetapi memiliki nilai yang sangat besar
Adanya tradisi untuk menyelesaikan bacaan Al-Qur'an (khatam) di penghujung Ramadan membawa kegembiraan khusus bagi umat Muslim.
Ini terutama berlaku bagi mereka yang kesibukan sehari-hari menjadikan target untuk khatam Al-Qur'an sekali dalam Ramadan sebuah pencapaian yang realistis.
Apa pun alasan di balik motivasi tersebut, pentingnya tilawah Al-Qur'an semakin ditekankan di 10 hari terakhir Ramadan.