PARBOABOA, Pematangsiantar - Ketegangan antara dua negara bertetangga Ukraina dan Rusia pada akhirnya sampai pada titik paling mengkhawatirkan yaitu perang. Tepat pada Kamis (24/2) pukul 6 pagi waktu setempat, pasukan Rusia resmi meluncurkan serangan kesejumlah wilayah di Ukraina atas perintah dari Presiden Vladimir Putin.
Serangan mendadak yang dilakukan Rusia ini, disebut sebagai serangan untuk mendukung wilayah proRusia di Ukraina seperti wilayah Donetsk dan Luhansk yang telah diakui kemerdekaannya oleh Putin pada Senin (21/2).
Suara sirene yang memilukan meraung-raung di Ukraina termasuk di Ibu Kota Kiev kemarin pagi tepat setelah pengumuman Putin tersebut, karena ledakan telah jatuh di beberapa wilayah negara Ukraina yang saat ini dipimpin oleh Presiden Volodmyr Zelensky.
Serangan mematikan ini dikabarkan telah menyebabkan setidaknya 40 orang warga meninggal dunia, dan sejumlah pangkalan militer Ukraina porak poranda.
Selain melancarkan serangan, Putin juga mengeluarkan ancaman kepada setiap negara-negara yang ikut campur dalam perang Ukraina dan Rusia ini. Ia mengatakan jika Rusia akan memberikan konsekuensi yang belum pernah ada dalam sejarah kepada negara tersebut.
Dalam hal ini, ancaman Putin ini sepertinya ditujukan kepada negara-negara yang bergabung dalam NATO yang selama ini menyatakan pembelaaan kepada Ukraina.
Namun meski Rusia mengelurakan ancaman, Joe Biden Presiden Amerika mengatakan jika mereka tidak akan tinggal diam atas insiden ini, karena menurutnya serangan tersebut tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan. Atas hal ini Biden memastikan jika mereka dan seluruh negara sekutu akan menuntut pertanggung jawaban Rusia sepenuhnya.
Sejarah Perang Rusia dan Ukraina
Masyarakat mungkin banyak yang masih belum mengetahui awal dari konflik dua negara pecahan dari Uni Soviet ini. Berikut ini Parboaboa telah merangkum sejarah lengkapnya.
Hubungan antara Rusia dan Ukraina berawal saat kedua negara tersebut masih menjadi bagaian dari Uni Soviet. Sehingga sejarah keduanya tidak bisa dipisahkan begitu saja, meski dalam hal Budaya dan Bahasa mereka memang berbeda.
Jika dilihat dari catatan sejarah, Perang Dunia ke II pecah antara dua kubu yang bertentangan yaitu Kubu Sekutu dan Blok Poros. Di Kubu Sekutu dipimpin oleh Amerika Serikat, Uni Soviet, United Kingdom, dan Britania Raya. Sedangkan Blok Poros terdiri dari Jerman, Jepang, Italia. Seperti diketahui, Perang Dunia ke II berakhir dengan kemenangan pihak sekutu.
Setelah berakhirnya Perang Dunia ke II, Amerika dan Uni Soviet tumbuh menjadi negara dengan kekuatan paling besar di dunia. Hal ini menyebabkan persaingan diantara mereka mereka meningkat di bidang ekonomi dan militer, hingga memicu perang dingin.
Perang dingin inilah yang memicu perpecahan dari Kubu Sekutu menjadi dua, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika mendirikan aliansi militer yang disebut North Atlantic Treaty Organization (NATO) atau dalam bahasa Indonesia disebut Pakta Pertahanan Atlantik Utara. Dalam aliansi ini bergabung 12 Negara tersebut yakni; Belgia, Kanada, Denmark, Prancis, Islandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Portugal, Inggris, dan Amerika Serikat.
Sedangkan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet mempunyai aliansi militer yang disebut Pakta Warsawa. Ada beberapa negara yang bergabung dalam Pakta Warsawa ini yaitu Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, dan Rumania.
Namun persaingan kedua kubu ini akhirnya berakhir setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991 akibat krisis ekonomi. Padahal sebelumnya Uni Soviet termasuk dalam negara dengan ekonomi terbaik di dunia.
Setelah dibubarkan, Uni Soviet akhirnya terbagi ke dalam 15 negara yaitu Rusia, Armenia, Latvia, Ukraina, Belarus, Lithuania, Estonia, Moldova, Georgia, Azerbaijan, Kazakhstan, Izbekistan, Tajikstan, Kirgizstan, dan Turkmenistan.
Setelah pecah dan menjadi negara merdeka, konflik antara Ukraina dan Rusia mulai memanas pada tahun 2013 lalu. Saat itu Ukraina berusaha menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych yang pro dengan Rusia. Pada tahun 2014 Ukraina menetapkan Viktor Yanukovych sebagai tersangka atas pembunuhan massal para pendemo yang berusaha menggulingkannya. Namun Viktor Yanukovych berhasil melarikan diri ke Rusia.
Kondisi ketegangan kedua negara ini semakin meningkat setelah pada Maret 2014, Rusia mencaplok Krimea yang merupakan bagian dari Ukraina. Tak lama setelah itu gerakan separatis proRusia kembali bermunculan di sejumlah wilayah Ukraina lainnya seperti Donetsk dan Luhansk. Kemudian para proRusia di wilayah tersebut mengumumkan kemerdekaan dari Ukraina, yang kemudian menyebabkan pecahnya perang yang menewaskan 13.00 tentara dan warga sipil.
Pada tahun 2014 lalu, Rusia kembali membentuk aliansi ekonomi antara Rusia, kazakhstan, dan Belarus yang diberi nama Uni Ekonomi Eurasia (UEE). Dalam perkembangannya sejumlah negara telah bergabung dalam aliansi ini seperti Armenia dan Kirgistan.
Sedangkan Ukraina menolak bergabung dengan aliansi tersebut, karena mereka lebih menginginkan untuk bergabung dengan NATO. Hal inilah yang kembali meningkatkan ketegangan antara kedua negara tersebut. Terlebih lagi Rusia tidak menginginkan NATO semakin berkuasa di wilayah Timur Eropa.
Intensitas ketegangan kedua negara ini mendadak memanas sejak akhir tahun 2021 lalu, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan ratusan ribu pasukan militer dan alat perang di wilayah perbatasan mereka dengan Ukraina, yang mengeluarkan spekulasi Rusia akan segera menginvasi Ukraina.
Rusia sebenarnya berulangkali membantah tuduhan yang menyebut mereka akan segera melancarkan perang ke Ukraina. Sedangkan Amerika dan sekutunya dengan tegas menyatakan akan mendukung Ukraina sepenuhnya jika Rusia benar-benar melakukan invasi.
Sejumlah upaya diplomasi telah diupayakan untuk meredakan ketegangan ini, namun sejauh ini belum ada pembicaraan yang membuahkan hasil. Presiden Rusia juga sempat menyatakan jika mereka telah menarik pasukan dari perbatasan, namun Ukraina dan Amerika meragukan hal tersebut.
Kondisi semakin memanas setelah Vladimir Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah Ukraina yang proRusia yaitu Donetsk dan Luhansk. Terlebih lagi ditambah dengan serangan yang jatuh kemarin (24/2) pagi, kemungkinan perang besar antara kedua negara ini semakin mungkin terjadi.
Itu dia sejarah lengkap mengenai hubungan Rusia dan Ukraina yang saat ini terlibat ketegangan besar. Semoga saja masalah keduanya dapat diselesaikan dengan diplomasi agar jumlah korban tidak kembali bertambah.