PARBOABOA, Pematangsiantar – Menjadi salah satu kota terbesar yang ada di Sumatera Utara, Kota Siantar memiliki segudang sejarah yang menarik untuk dikulik.
Letaknya yang berada di Jalan Raya Lintas Sumatera, membuat kota ini tidak pernah sepi. Hampir selama 24 jam akan selalu ada aktivitas yang dilakukan oleh beberapa orang. Baik untuk bekerja, berlibur atau sekedar kuliner.
Tidak heran jika belakangan kota ini menjadi destinasi wisata favorit banyak orang karena lokasinya yang sangat indah dan ramai.
Salah satu daya tarik yang dimiliki Kota Pematangsiantar kini telah diabadikan dengan dibangunnya sebuah Tugu Becak Siantar.
Sejarah Becak Siantar
Motor Birmingham Small Arms yang kerap disingkat BSA memang sudah diakui jadi ikon di Pematangsiantar, Sumatera Utara.
Malah saking lekatnya dengan Siantar, kepanjangan BSA pun sering diplesetkan sebagai Becak Siantar Asli.
Becak motor yang sangat bernilai sejarah ini adalah jenis becak yang menggunakan sepeda motor Birmingham Small Arms (BSA) pabrikan Inggris produksi tahun 1940-an ke atas dengan kapasitas mesin 350 hingga 500 cc. Namun, motor BSA yang umurnya sudah uzur ini masih terlihat garang di jalanan kota Siantar.
Peninggalan Belanda Pada Perang Dunia II
Becak siantar ini sangat terkenal dan memiliki cerita sejarah yang mendalam bagi warga Kota Pematang Siantar. Pasalnya, motor yang digunakan pada transportasi ini merupakan motor peninggalan Belanda pada zaman Perang Dunia II.
Sebagaimana kita tahu, nilai sejarah BSA ini layak dijunjung sebagai kenangan yang menakjubkan atas perjalanan kota bekas keresidenan ini. The Birmingham Small Arms Company sebelumnya adalah perusahaan penyuplai persenjataan tentara Inggris selama Perang Crimean (1853- 1856).
Setelah periode setelah perang mulai mereda, BSA banting setir dengan mengembangkan produknya dan menjadi pemasok kendaraan militer untuk tentara Inggris. Pada kurun waktu itulah perusahaan ini memproduksi 126.000 sepeda motor tipe M20 berkapasitas mesin 500 cc.
Sepeda motor buatan tahun 1941 inilah yang ikut dibawa pasukan sekutu ke Pematangsiantar. Tentara sekutu, termasuk Inggris pun kalah perang. Lalu sepeda motor milik mereka ditinggalkan begitu saja.
Namun ada juga pengusaha perkebunan Belanda dan Eropa sebagian memberikan sepeda motor itu secara cuma-cuma kepada warga pribumi.
Ditinggalkan Langsung Oleh Belanda
BSA sendiri masuk ke Indonesia pada masa revolusi fisik, yaitu setelah kemerdekaan hingga 1949. BSA menyebar ke setiap daerah bekas jajahan belanda, termasuk Siantar. Motor ini dibawa langsung oleh pemerintah Belanda untuk pasukannya.
Namun, saat tentara sekutu pulang karena perjanjian damai, mereka tak membawa kendaraannya itu. BSA pun ditinggalkan begitu saja sampai kemudian orang lokal melihat potensi dari timbunan rongsokan itu.
Motor Rongsok dan Tak Terpakai
Dilansir dari Liputan6.com, pada tahun 1950-an, banyak motor BSA yang tak terpakai dan terbengkalai begitu saja di sudut-sudut Kota Pematang Siantar.
Jumlah BSA memang lebih banyak dari merek lainnya. Awalnya ada 70 unit. Kemudian bertambah menjadi ribuan. Itu dikarenakan BSA motor yang cocok dengan keadaan Kota Pematangsiantar yang pada saat itu di punggung bukit.
Setelah diutak-atik motor itu pun hidup. Tak hanya BSA, pada masa itu ada beberapa merek seperti Norton dan lainnya. Kendaraan resmi militer Inggris itu pun dipadukan dengan sespan.
Mulai Dijadikan Becak Motor
Jenis BSA yang ada yakni M21 sampai dengan B31 mulai dari 350 cc sampai dengan 500 cc. Jenis itu diproduksi dari tahun 1940 sampai 1956. M20 itu 500 cc, sedangkan ZB 30-31 sendiri 350 cc. Jenis ZB 31- B30 inilah yang sering jadi becak.
Warga sekitar kemudian memanfaatkannya sebagai mesin penarik becak. Awalnya, hanya ada sekitar 20 hingga 30 orang penarik becak ini. Beberapa di antaranya adalah veteran pejuang kemerdekaan.
Mulai saat itulah motor ini menjadi moda transportasi khas yang diubah menjadi becak motor. Jumlahnya kira-kira mencapai 400 unit.
Kini kamu bisa mengunjungi Tugu Becak Siantar yang berada di Jl. Merdeka, Dwikora, Kota Pematang Siantar. Tugu ini diresmikan oleh pemerintah pada Oktober 2016 lalu bersamaan dengan konvoi becak motor yang berhasil mendapatkan penghargaan dari museum MURI.
Dengan tampilan dan arsitektur sederhana namun unik, Tugu dengan dominasi warna merah putih dan hitam tersebut diharapkan menjadi salah satu ikon pariwisata Siantar.