PARBOABOA – Perbuatan maksiat merupakan tindakan yang bertentangan dengan norma-norma agama dan moral yang dianut oleh masyarakat.
Dalam Islam, maksiat dijelaskan sebagai perilaku yang melanggar ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Hadits. Hal tersebut sudah dijelaskan dalam Surat Al Ahzab Ayat 73:
لّÙÙŠÙعَذّÙبَ ٱللَّه٠ٱلْمÙÙ†ÙŽÙ°ÙÙÙ‚Ùينَ وَٱلْمÙÙ†ÙŽÙ°ÙÙقَٰت٠وَٱلْمÙشْرÙÙƒÙينَ وَٱلْمÙشْرÙكَٰت٠وَيَتÙوبَ ٱللَّه٠عَلَى ٱلْمÙؤْمÙÙ†Ùينَ وَٱلْمÙؤْمÙنَٰت٠ۗ وَكَانَ ٱللَّه٠غَÙÙورًا رَّØÙيمًۢا
Arab-Latin: Liyu'ażżiballÄhul-munÄfiqÄ«na wal-munÄfiqÄti wal-musyrikÄ«na wal-musyrikÄti wa yatụballÄhu 'alal-mu`minÄ«na wal-mu`minÄt, wa kÄnallÄhu gafụrar raḥīmÄ
Artinya: Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Artikel ini akan membahas tentang apa arti maksiat, dalil-dalil yang mengharamkannya dalam agama Islam, serta memberikan contoh-contoh nyata dari berbagai jenisnya yang dapat merusak kehidupan sosial dan spiritual.
Melalui pemahaman yang mendalam tentang apa itu maksiat, diharapkan pembaca dapat meningkatkan kesadaran spiritual dan menghindari perbuatan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Mari simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Apa Itu Maksiat?
Maksiat adalah segala perbuatan atau perilaku yang dianggap melanggar ketentuan-ketentuan Allah atau aturan-aturan agama Islam. Perbuatan ini termasuk dalam kategori dosa dan dihindari oleh umat Muslim karena bertentangan dengan ajaran Islam.
Dalam KBBI, arti maksiat adalah perbuatan yang melanggar perintah Allah; perbuatan dosa, baik yang tercela maupun buruk. Kata tersebut merupakan serapan dari bahasa Arab.
Melansir buku Ibadah-Ibadah Paling Terhormat bagi Pelaku Maksiat agar Taubat Nasuha oleh Muhammad Nasrullah (2020), segala sesuatu di dunia ini bagaikan dua sisi mata uang. Setiap hal diciptakan oleh Allah berpasang-pasangan.
Laki-laki dan perempuan, kebaikan dan keburukan, panas dan dingin, panjang dan pendek, termasuk ketaatan dan kemaksiatan. Dalam hal ini, tidak seorang pun di dunia ini yang terlepas dari potensi melakukan perbuatan tersebut.
Tersirat pula dalam firman Allah, apa pun yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah akan memperhitungkannya sesuai dengan perbuatan itu, dan akan memberikan balasan yang setimpal, Surat Al Baqarah Ayat 284-286:
ÙَيَغْÙÙر٠لÙمَنْ يَشَاء٠وَيÙعَذّÙب٠مَنْ يَشَاء٠ۗ وَاللَّه٠عَلَىٰ ÙƒÙلّ٠شَيْء٠قَدÙيرٌ
Arab-Latin: fayaghfiru liman yasyaau wayu'adzdzibu man yasyaau waallaahu 'alaa kulli syay-in qadiirun.
Artinya: Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalil Tentang Maksiat
Melansir buku Ibadah-Ibadah Paling Terhormat bagi Pelaku Maksiat agar Taubat Nasuha oleh Muhammad Nasrullah (2020), dalam Al-Qur'an kata maksiat (ma’siyah) dengan berbagai bentuknya disebutkan sebanyak 32 kali.
Dua di antaranya dengan bentuk ma'siyah yang disandarkan pada lafal al-rasul. Hal ini dapat kita lihat dalam firman Allah berikut:
أَلَمْ تَرَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ الَّذÙينَ Ù†ÙÙ‡Ùوا عَن٠النَّجْوَى Ø«Ùمَّ يَعÙودÙوْنَ Ù„Ùمَا Ù†ÙÙ‡Ùوا عَنْه٠وَيَتَنْجَوْنَ بÙالْإÙثْم٠وَالْعÙدْوَان٠وَمَعْصÙيَت٠الرَّسÙوْل٠وَإÙذَا جَاءÙوكَ Øَيَّوْكَ بÙمَا لَمْ ÙŠÙØَتÙÙƒÙŽ بÙه٠اللَّه٠وَيَقÙوْلÙوْنَ ÙÙÙŠ أَنْÙÙسÙÙ‡Ùمْ لَوْلَا ÙŠÙعَذّÙبÙنَا اللَّه٠بÙمَا تَقÙوْل٠ØَسْبÙÙ‡Ùمْ جَهَنَّم٠يَصْلَوْنَهَا ÙَبÙئْسَ الْمَصÙير٠يَاأَيّÙهَا الَّذÙينَ آمَنÙوا Ø¥Ùذَا تَنَاجَيْتÙمْ Ùَلَا تَتَنَاجَوْا بÙالْإÙثْم٠وَالْعÙدْوَان٠وَمَعْصÙيَت٠الرَّسÙوْل٠وَتَنَاجَوْا بÙالْبÙرّ٠وَالتَّقْوَى وَاتَّقÙوا اللَّهَ الَّذÙÙŠ Ø¥Ùلَيْه٠تÙØْشَرÙونَ.
Artinya: "Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu (Muhammad), mereka mengucapkan salam dengan cara yang bukan seperti yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, “Mengapa Allah tidak menyiksa kita atas apa yang kita katakan itu?" Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Maka neraka itu seburuk-buruk tempat kembali. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan perbuatan dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Tetapi bicarakanlah tentang perbuatan kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada- Nya kamu akan dikumpulkan kembali." (QS. Al-Mujadalah [58]: 8-9).
Kemudian, satu kali disebutkan dengan bentuk 'isyan. Allah SWT berfirman:
وَاعْلَمÙوا أَنَّ ÙÙيكÙمْ رَسÙولَ اللَّه٠لَوْ ÙŠÙØ·ÙيْعÙÙƒÙمْ ÙÙÙŠ ÙƒÙŽØ«Ùير٠مÙÙ†ÙŽ الْأَمْر٠لَعَنÙتÙمْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙنَّ اللَّهَ Øَبَّبَ Ø¥ÙلَيْكÙم٠الْإÙيْمَانَ وَزَيَّنَه٠ÙÙÙŠ Ù‚ÙÙ„ÙوْبÙÙƒÙمْ وَكَرَهَ Ø¥ÙلَيْكÙم٠الْكÙÙْرَ وَالْÙÙسÙوْقَ وَالْعÙصْيَانَ Ø£ÙولَئÙÙƒÙŽ Ù‡Ùم٠الرَّاشÙدÙونَ *
Artinya: "Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu <cinta› kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus." (QS. Al-Hujurat [49]: 7).
Kemudian dua kali disebutkan dengan bentuk kata kerja pelaku, yakni 'asiyya. Hal ini dapat kita lihat pada dua firman-Nya berikut ini.
وَبَرًا بÙوَالÙدَيْه٠وَلَمْ ÙŠÙŽÙƒÙنْ جَبَّارًا عَصÙيًّا
Artinya: "Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka." (QS. Maryam [19]: 14).
يَابَت٠لَا تَعْبÙد٠الشَّيْطَنَ Ø¥Ùنَّ الشَّيْطَنَ كَانَ Ù„ÙلرَّØْمَن٠عَصÙيًّا
Artinya: "Wahai ayahku! Janganlah engkau menyembah setan. Sungguh, setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih." (QS. Maryam [19]: 44).
Orang yang melakukan perbuatan maksiat artinya bisa dikategorikan sebagai orang yang melakukan perbuatan yang sia-sia dan membuang-buang waktu.
Pada kenyataannya, para pelaku maksiat artinya memang tidak akan mendapatkan keuntungan apapun dari tindakannya tersebut. Sebaliknya, ada banyak konsekuensi buruk yang mengancamnya, baik di dunia maupun di akhirat.
Jenis-Jenis Perbuatan Maksiat
Melansir buku Ibadah-Ibadah Paling Terhormat bagi Pelaku Maksiat agar Taubat Nasuha oleh Muhammad Nasrullah (2020), maksiat adalah perbuatan dosa yang dibagi menjadi tiga macam, yaitu hati, anggota badan, dan seluruh tubuh. Untuk penjelasan lebih lanjut, simak uraian berikut ini:
1. Maksiat Hati
Bentuk dosa hati itu ada beberapa macamnya. Berikut ini adalah beberapa contoh maksiat hati:
- Ragu akan ke-Esa-an Allah SWT
- Ria dalam Beribadah
- Ujub
- Sombong
- Iri dan Dengki
2. Maksiat Seluruh Badan
Berikut adalah beberapa contoh maksiat yang dilakukan oleh seluruh anggota tubuh:
- Durhaka kepada Orang Tua
- Memutus Tali Persaudaraan
- Mendzalimi Sesama
3. Maksiat Anggota Badan
Di antara sekian banyak anggota badan kita, ada beberapa yang memiliki potensi besar untuk melakukan perbuatan dosa, yakni:
- Mata
- Lisan
- Telinga
Doa agar Dijauhkan dari Maksiat
Melansir buku Kumpulan Doa Mustajab Pembuka Pintu Rezeki oleh Sulaeman Bin Muhammad Bahri (2009), bacalah doaa ini sebanyak 7 kali setelah shalat fardhu agar dijauhkan dari perbuatan maksiat.
Berikut adalah doa agar ditetapkan iman dan Islam:
اَللهÙمَّ ثَبّÙتْنَا عَلَى دÙيْن٠الْإÙسْلَام٠وَاØÙ’Ùَظْنَا عَلَى الإÙيمَان
Arab-Latin: Allaahumma sabbitnaa 'alaa diinil islaami wahfadznaa 'alal iimaani.
Artinya: "Ya Allah, tetapkanlah kami dalam agama Islam dan peliharalah kami dalam keimanan."
Perbuatan dosa ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan sekitar dan hubungan dengan Sang Pencipta.
Dengan memahami pengertian dan dalil-dalil yang melarang contoh perbuatan maksiat, Anda diingatkan untuk senantiasa menjaga kesucian hati dan perbuatan.
Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan motivasi untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan nilai-nilai spiritual yang membawa kebaikan dalam diri dan masyarakat secara luas.
Editor: Sari