PARBOABOA, Jakarta - Pengamat Pertanian, Prima Gandhi mengingatkan pemerintah untuk menyampaikan fakta terkait kondisi pertanian di Indonesia. Apalagi saat ini, kata Gandhi, pertanian di Indonesia tengah mengalami kekeringan sedang imbas fenomena El Nino.
Pernyataan Gandhi tadi menyikapi penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) terkait kerja sama bidang pertanian antara Indonesia, Korea Selatan dan China.
"Hal ini harus dijelaskan kepada Korsel dan China bahwa saat ini Indonesia mengalami kekeringan sedang yang melanda kurang lebih 235.550 hektare sawah kering sedang akibat El-Nino. Hal ini harus dijelaskan agar balance," katanya kepada PARBOABOA, Jumat (8/9/2023) kemarin.
Gandhi juga mengingatkan agar kerja sama ketiga negara ini harus saling menguntungkan.
"Negara yang kerja sama dengan Indonesia harus sama-sama diuntungkan ya, tidak rugi, karena kalau negara luar menanam saham di Indonesia lalu mereka diuntungkan, saya jamin ekonomi di Indonesia makin makmur dan sejahtera dan pasti akan datang lagi (investor) dari negara lain," tegasnya.
Tidak hanya itu, kerja sama di bidang pertanian dengan Korsel dan China ini, kata Gandhi, juga harus konsisten. Apalagi Indonesia memiliki kekurangan dari sisi sumber daya manusia.
"Kerja sama sah-sah saja, akan tetapi Korea Selatan dan China juga harus mengetahui betul kekurangan SDM (sumber daya manusia) hingga kondisi pertanian di Indonesia itu seperti apa? MoU ini harus menjadi patokan kekonsistenan pemerintah dalam bekerja sama," ungkap Akademisi Institut Pertanian Bogor itu.
Gandhi berharap kerja sama dengan Korsel dan China ini bisa membuat lahan pertanian di Indonesia bertaraf internasional dan bernilai tinggi.
"Saya dukung penuh ya apa yang dilakukan Mentan (menteri pertanian), supaya lahan pertanian Indonesia bernilai Internasional," pungkas dia.
Sebelumnya, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menandatangani perjanjian kerja sama pertanian dengan Korsel dan China di Jakarta, Jumat (8/9/2023).
Penandatanganan kerja sama bidang pertanian itu dilakukan dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43.
Kerja sama ketiga negara itu meliputi pengembangan kapasitas sumber daya manusia pertanian, fasilitasi akses pasar komoditas pertanian kedua negara, inovasi dan teknologi informasi bidang pertanian.
"Perlu digagas kerja sama dalam bentuk transfer teknologi pengembangan komoditas hortikultura Indonesia–China, yang mencakup seluruh aspek pada rantai pasar produk hortikultura mulai dari hulu hingga hilir," katanya.
Syahrul menjelaskan, peluang lain yang dikembangkan adalah pengembagan SDM pertanian.
Kerja sama tersebut lewat beberapa sekolah vokasi seperti Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) dan Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) milik Kementan yang siap berkolaborasi dengan universitas yang memiliki jurusan pertanian di China.
"Kami mengusulkan kerja sama 'sister university' untuk pengembangan kapasitas SDM pertanian," jelas politisi Nasdem itu.
Lewat MoU ini, Indonesia juga mengundang pelaku usaha dari China untuk berinvestasi di Indonesia.
"Khususnya pengembangan hortikultura yang terintegrasi di Indonesia," pungkas Syahrul Yasin Limpo.