Peneliti ITS Ciptakan Oxygen Concentrator untuk Bantu Penderita COVID-19

Peneliti ITS Ciptakan Oxygen Concentrator untuk Bantu Penderita COVID-19

Peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, berhasil mengembangkan alat Oxygen Concentrator.

Akibat fenomena krisis oksigen di kalangan masyarakat terus memuncak sebagai imbas adanya peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginovasikan sebuah alat konsentrator oksigen.

Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng menyatakan, Oxygen Concentrator ITS (OXITS) dapat mengganti peran tabung oksigen yang sangat dibutuhkan masyarakat. Oksigen kini menjadi barang langka sejak melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia.

Ketua tim riset Fadlilatul Taufany dari Departemen Teknik Kimia, ITS, menjelaskan, Oxygen Concentrator adalah perangkat teknologi yang bekerja secara selektif.

“Memisahkan kandungan gas oksigen dalam udara bebas dari kandungan gas nitrogennya, sehingga bisa didapatkan konsentrasi pasokan gas oksigen yang diperkaya,”  katanya.

Produk gas oksigen ini kemudian disimpan dalam tabung gas penampung untuk selanjutnya digunakan oleh pasien yang membutuhkan suplai oksigen eksternal.

“Sehingga meningkatkan saturasi oksigen dalam darahnya kembali ke batas normal yang aman bagi kesehatannya,” ujar dosen Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem, ITS itu.

Taufany menjelaskan, karena saturasi oksigen yang rendah dalam darah pasien positif Covid-19, mereka membutuhkan pasokan oksigen berkonsentrasi tinggi sementara kadar oksigen di udara hanya berkisar 21 %.

“OXITS ini dapat menghasilkan oksigen murni hingga 95,5 %,” ungkapnya.

Ia menambahkan, selain oksigen, udara bebas juga mengandung nitrogen sekitar 78 % dan sisanya gas-gas lain.

Memanfaatkan proses yang dikenal sebagai pressure swing adsorption (PSA), Oxygen Concentrator menghasilkan hingga 95,5 persen oksigen pekat untuk kemudian digunakan oleh orang-orang yang memerlukan oksigen medis karena tingkat (saturasi) oksigen yang rendah dalam darah mereka.

“Prinsip kerja OXITS sendiri ialah mengambil udara bebas dan memurnikannya dari kandungan nitrogen melalui teknologi pressure swing adsorption (PSA),” jelasnya.

Terapi oksigen direkomendasikan untuk semua pasien penderita Covid-19 yang parah dan kritis.

Dosisnya rendah, mulai dari 1-2 L/menit (LPM) pada anak-anak dan mulai 5 L/menit pada orang dewasa dengan kanula hidung, laju aliran sedang digunakan dengan masker Venturi (6-10 LPM) atau kecepatan aliran lebih tinggi (10-15 LPM) menggunakan masker dengan kantong penampung

Selain itu, oksigen dapat diberikan pada laju aliran yang lebih tinggi dan dalam konsentrasi yang lebih tinggi, menggunakan perangkat kanula hidung (HFNC) aliran tinggi, ventilasi non-invasif (NIV) dan perangkat ventilasi invasif.

“Oxygen Concentrator adalah perangkat medis mandiri bertenaga listrik yang dirancang mengkonsentrasikan oksigen dari udara sekitar,” tutur Taufany.

Taufany yang juga Kepala Sub Direktorat Riset dan Publikasi Ilmiah Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) ITS itu menjelaskan pihaknya membuat alat itu karena ketersediaan tabung oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan jumlah pasien terinfeksi Covid-19 yang meningkat. Juga karena tidak siapnya kapasitas produksi oksigen untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat pesat.

“Dengan teknologi ini pasien tidak perlu lagi melakukan pengisian ulang gas oksigen,” kata lulusan Ph.D Nanoteknologi dari National Taiwan University of Science and Technology itu.

Dalam pengembangan purwarupa teknologi Oxygen Concentrator ini, tim ITS juga melakukan branding dengan berbagai desain open source yang ada di manca negara, di antaranya Project Appollo dengan kapasital 5L/min dan kemurnian 90 persen, Oxikit dengan kapasitas 25L/min dan kemurnian 92 persen, serta Marut dengan kapasitas 10L/min dengan kemurnian 92 persen.

Lebih lanjut, Taufany menjelaskan bahwa udara yang diserap oleh OXITS akan melalui filter terlebih dahulu guna menyaring partikel berukuran lebih dari 5 mikron. Lalu udara akan dikompresi untuk meningkatkan tekanan udara.

“Selama proses kompresi, mekanisme pendingin terus berjalan agar menjaga konsentrator dari overheating dan meningkatkan performa PSA,” imbuhnya.

Kemudian, nitrogen yang terkandung dalam udara akan diserap oleh filter zeolite untuk memurnikan udara. Terdapat dua unit kolom yang bekerja secara bergantian, yaitu kolom untuk menyerap nitrogen dan kolom yang mengeluarkan nitrogen yang terperangkap di zeolit.

Untuk itu, Ashari berharap Oxygen Concentrator ini dapat meringankan beban masyarakat yang sangat membutuhkan pasokan oksigen di masa pandemi dan dapat membuat keadaan menjadi lebih baik dan pandemi dapat cepat berakhir.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS