PARBOABOA, Jakarta - Kementerian Perhubungan dinilai belum bisa mempersatukan Indonesia lewat transportasi.
Pasalnya, hingga saat ini belum ada transportasi massal yang bisa digunakan masyarakat untuk menyatukan seluruh Indonesia, terutama di era digital seperti saat ini.
Kritik tersebut disampaikan pengamat transportasi, Azas Tigor Nainggolan saat PARBOABOA meminta komentar terkait Hari Perhubungan Nasional yang diperingati setiap 17 September.
"Saya pikir, belum maksimal, walaupun sudah membangun dimana-mana," katanya, Rabu (20/09/2023).
Tigor mencontohkan minimnya transportasi umum di Kota Mulia, Provinsi Papua Pegunungan yang bisa dijangkau hanya menggunakan pesawat kecil dengan jadwal yang terbatas.
"Bahkan tidak ada namanya transportasi bus, ojeg untuk naik gunung. Itu yang harus dipikirkan dan bukti kinerja Kemenhub belum maksimal menyambungkan Indonesia lewat transportasi," ujarnya.
Analis Kebijakan Transportasi dan Perkotaan ini mendesak Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi membuat terobosan transportasi dari Aceh hingga Papua, agar Indonesia semakin terhubung antarprovinsi.
"Saya desak Pak Menteri Perhubungan Budi Karya segera membuat terobosan baru se nusantara. Membuat transportasi yang ramah lingkungan dan cepat di zaman now. Kalau bisa lihat transportasi di negara-negara maju itu bagaimana," desak Tigor.
Tidak hanya itu, Tigor juga mengkritik kenaikan anggaran di Kementerian Perhubungan setiap tahunnya, namun tidak dibarengi dengan pembangunan transportasi yang merata.
"Pergerakannya pun tidak secepat kereta cepat Jakarta-Bandung," tegas dia.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan akan membangun dan mengembangkan infrastruktur transportasi di seluruh wilayah Indonesia. Termasuk meningkatkan konektivitas antarwilayah.
"Bagaimana transportasi dapat melayani perpindahan manusia maupun barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan selamat, aman dan nyaman," kata Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi di Jakarta, Rabu (20/09/2023).
Budi Karya mengatakan, momentum Hari Perhubungan Nasional dapat memperkuat kolaborasi insan transportasi di seluruh Indonesia.
"Yang menjadi pemicu lompatan-lompatan selanjutnya di masa yang akan datang," katanya.
Kemenhub, lanjut Budi Karya, telah membangun sejumlah infrastruktur transportasi baik di sektor darat, laut, udara dan perkeretaapian selama 2014 hingga 2023.
Di darat, kata dia, Kemenhub telah merevitalisasi dan merehabilitasi terminal tipe A di 140 lokasi dan membangun terminal tipe A di 5 lokasi. Termasuk rehabilitasi pelabuhan penyeberangan di 151 lokasi dan membangun pelabuhan penyeberangan di 76 lokasi di Indonesia.
"Di 2022 kami membangun Terminal Tipe A di Purworejo, Jawa Tengah dan Bimoku di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Diharapkan tahun ini sudah bisa selesai pembangunannya," ungkap Budi Karya.
Terkait transportasi laut, Kemenhub telah merehabilitasi pelabuhan di 164 lokasi dan telah melakukan pembangunan pelabuhan baru di 18 lokasi sepanjang 2015 hingga 2021.
"Lokasi pembangunan pelabuhan terbanyak ada di wilayah tengah dan timur Indonesia. Terakhir pada 2022, terdapat satu pelabuhan baru yang dibangun yaitu Pelabuhan Salissingan di Sulawesi Barat," jelas Budi Karya.
Di transportasi udara, Kemenhub juga merehabilitasi bandara di 38 lokasi dan membangun bandara baru di 16 lokasi. Diantaranya Bandara Rokot Sipora Mentawai, Bandara Kertajati, Bandara APT Pranoto Samarinda, Bandara Miangas, Bandara Namniwel dan Bandara Werur di Papua.
Untuk sektor perkeretaapian, tambah Budi Karya, telah dibangun dan direaktivasi jalur kereta api sepanjang 1.683 kilometer spoor (Km'sp) di Jawa dan Sumatra.
"Selain itu, juga dilakukan peningkatan dan rehabilitasi jalur kereta api sepanjang 1.900 Km’sp, elektrifikasi jalur kereta sepanjang 145,24 kilometer dan pembangunan/modernisasi stasiun kereta api sebanyak 88 stasiun," pungkasnya.