PARBOABOA, Pematang Siantar – Maulid Nabi Muhammad SAW di tahun 2022 akan diperingati pada Sabtu, 8 Oktober. Dalam kalander Hijriah, Maulid dilakukan setiap tanggal 12 Rabiul Awwal. Pada hari itu, umat Islam akan mengenang kelahiran makhluk paling mulia ke muka Bumi.
Peringatan maulid nabi sudah menjadi tradisi yang dilakukan hampir semua umat Islam di belahan dunia. Namun, hingga sekarang ulama masih berdebat tentang melaksanakan perayaan ini. Sebagian menganggap peringatan Maulid Nabi adalah bid’ah, karena Rasulullah SAW sendiri tidak pernah mencontohkannya. Sedangkan sebagian lagi berpendapat, peringatan tersebut sebagai bentuk kecintaan terhadap lahirnya Nabi besar Muhammad SAW.
Terlepas dari itu, penting untuk kita ketahui kapan dan bagaimana maulid nabi bisa diperingiati. Dalam kesempatan kali ini, Parboaboa akan menjelaskan tentang sejarah maulid nabi lengkap dengan dalilnya. Untuk menambah wawasan dan keimanan, dianjurkan membaca sampai selesai.
Sejarah Maulid Nabi
Dalam ajaran Islam, sejarah maulid nabi Muhammad SAW telah berlangsung sejak ribuan tahun lalu. Perayaan ini tidak ditemukan pada zaman sahabat, tabi’in (generasi berguru langsung ke generasi sahabat), hingga tabi’ut tabi’in (generasi yang berguru langsung ke generasi tabi’in), dan empat imam mahzab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, dan Imam Ahmad).
Beberapa kalangan berpendapat bahwa Maulid Nabi pertama kali muncul pada zaman Shalahuddin al-Ayyubi, sekitar tahun 1193 M. Pada masa itu, Shalahuddin disebut menganjurkan umat Islam untuk memperingatinya, dengan maksud membangkitkan semangat jihad kaum Muslim.
Kala itu, Shalahuddin dan umat Islam sedang menghadapi fase berperang melawan pasukan atau tentara salib. Meskipun begitu, pendapat itu masih diperdebatkan. Ada sebagian kalangan yang menolak bahwa Shalahuddin merupakan pelopor peringatan Maulid Nabi.
Menurut beberapa pakar sejarah Islam, peringatan dan perayaan Maulid Nabi dibagi menjadi tiga teori, yaitu:
1. Dinasti Ubadiyyun
Teori pertama menyatakan, bahwa perayaan Maulid Nabi pertama kali diadakan di kalangan Dinasti Ubaid (Fatimiyah) atau silsilah keturunannya disandarkan pada Fatimah. Dinasti Ubaid berkuasa di Mesir pada sekitar abad 4-6 Hijriyah. Selain Maulid Nabi, mereka juga merayakan hari Asyura, dan perayaan Maulid orang-orang di sekeliling Nabi.
2. Ahlus Sunnah
Kedua, peringatan Maulid Nabi di kalangan Ahlus Sunnah pertama kali diadakan oleh Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri (549-630 H), seorang gubernur Ibril di wilayah Irak. Beliau merayakan Maulid Nabi dengan menjamu ulama, cendikiawan, dan seluruh rakyatnya, memberi hadiah, dan bersedekah kepada fakir miskin.
3. Dinasti Ayyub
Ketiga, peringatan Maulid Nabi pertama kali diadakan oleh penguasa Dinasti Ayyub, Sultan Shalahuddin Al Ayubbi (567-622 H). Tujuannya adalah mengobarkan semangat jihad kaum Muslim untuk melawan kaum Salibis dari Eropa dalam Perang Salib.
Dalil Maulid Nabi dan Pendapat Ulama
1. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah Bid’ah
Melansir dari NU Online, salah satu ulama yang menyebutkan peringatan Maulid Nabi sebagai Bid’ah adalah Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki. Menurutnya, peringatan ini merupakan praktik terbilang baru.
Kemudian ia berpendapat, bahwa keyakinan untuk mengenang Rasulullah pada waktu tertentu adalah keliru, karena mengenang dan bershalawat atas Rasulullah SAW harus dilakukan setiap saat, bahkan selama hembusan nafas seorang Muslim.
2. Pendapat Ulama yang Menganjurkan Memperingati Maulid Nabi
Sebagian ulama berpendapat, memperingati Maulid Nabi adalah bentuk kecintaan kepada Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam al-Bukhari, dikisahkan Abu Lahab, paman Nabi ikut bergembira atas kelahiran-Nya. Bahkan, ia sampai memerdekakan seorang budak bernama Tsuwaibah sebagai tanda cinta dan kasih.
“Dan Tsuwaibah adalah hamba sahaya milik Abu Lahab yang dimerdekakan kemudian menyusui Nabi Muhammad saw. Tatkala Abu Lahab telah meninggal sebagian keluarganya melihat dalam mimpi tentang buruknya keadaan dia. Lalu dia berkata, “Apa yang terjadi?” Abu Lahab berkata, “Aku tidak mendapatkan apapun sepeninggal kalian kecuali aku diberi minum karena memerdekakan Tsuwaibah,” (HR Bukhari).
Selanjutnya, banyak dalil lain yang dijadikan rujukan bagi umat Islam untuk memperingati Maulid Nabi. Misalnya dalam Al-Quran yang tercantum di surat Yunus ayat 58 dan Surat Al-Anbiya ayat 107, untuk memperingati Maulid Nabi.
“Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Yunus: 58)
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS al-Anbiya: 107)
Akhir Kata
Momen kelahiran Nabi Muhammad SAW sebentar lagi akan diperingati umat Islam di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Bangsa kita tidak hanya beragam dalam hal agama, suku, dan bahasa, tetapi juga beragam dalam hal mengekspresikan tradisi Maulid Nabi. Bagaimanapun cara melaksanakan Maulid itu, semoga semakin menambah keimanan dan nilai keislaman kita.