PARBOABOA, Jakarta - Masjid Jami Keramat Luar Batang yang terletak di Penjaringan, Jakarta Utara selalu ramai pengunjung, terutama di hari Sabtu dan Minggu. Jumlahnya di dua hari itu bisa mencapai ratusan orang.
Warga dari berbagai daerah dan luar negeri pun berduyun-duyun datang beribadah atau sekadar melihat masjid yang didirikan pada 1739 itu.
Masjid bersejarah tersebut kini menjadi salah satu destinasi alternatif wisata religi di Ibu Kota Jakarta selain Masjid Istiqlal.
Adanya makam Habib Husein bin Abubakar Alaydrus yang terletak di dalam masjid Luar Batang membuat warga semakin ingin datang berziarah.
“Biasanya kalo haul beliau (Habib Husein), bulan puasa, bulan Syawal, itu yang hadir bisa 5 hingga 6 ribu orang. Dari Kalimantan, ya luar negeri, kalau dari Jakarta udah enggak kehitung berapa banyak,” ujar Maswi, Wakil Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Jami Keramat Luar Batang kepada Parboaboa.
Bahkan saking banyaknya pengunjung, parkiran masjid tak mampu menampung kendaraan motor, mobil, hingga bus.
Ramainya pengunjung pun menjadi berkah bagi warga di sekitar masjid, seperti rumah mereka yang dijadikan tempat parkir dadakan pengunjung dan dari situ mereka akan mendapat uang parkiran.
“Ya berkah bagi mereka. Ada yang parkir motor, dibayar Rp10 ribu per motor. Ini berkah dari Habib Husein. Beliau sudah enggak ada pun masih ngasih keberkahan, itu juga menguntungkan pedagang di sini,” jelas Maswi.
Tak hanya itu, banyak warga yang berdagang di sekitar masjid. Ada yang berjualan air minum, makanan, hingga perlengkapan ibadah seperti peci, baju koko, minyak wangi dan tasbih.
Menurut salah satu warga sekitar yang ikut berdagang, Lilis, pengunjung Masjid Luar Batang akan membludak pada hari libur nasional. Mereka yang datang tak hanya berziarah tapi juga membeli barang dagangannya.
“Ya ada yang belanja juga, niatnya berziarah dari jauh seperti Banjarmasin,” ujar perempuan asli Sunda yang juga menjual perlengkapan ibadah dan poster wajah ulama Islam, seperti Abah Guru Sekumpul, Gus Dur, KH. Maimun Zubair, Habib Luthfi bin Yahya, hingga Habib Umar bin Hafidz.
Lilis yang berdagang sejak tahun 2000 itu mengatakan,barang yang paling sering dibeli pengunjung ialah minyak wangi yang ia jual dengan harga beragam, Mulai dari Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per botol berukuran 1 mililiter.
“Kalau yang paling sering dibeli itu minyak wangi Saudi, satu mili Rp15 ribu,” jelas dia.
Selain minyak wangi, Lilis juga menjual berbagai jenis peci yang ia jual dari harga Rp30 ribu, hingga Rp60 ribu per buah.
Namun, Lilis tidak menyebutkan berapa omzet yang ia dapat dalam sehari. Tapi menurutnya, penghasilan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
“Omzet enggak menentu, tapi Alhamdulillah buat makan dan belanja lagi,” ucapnya.
Sejarah Masjid Luar Batang
Sejarah Masjid Luar Batang tak bisa dipisahkan dengan sosok ulama besar Habib Husein bin Abubakar Alaydrus.
Ulama asal Hadramaut, Yaman itu datang ke Batavia pada tahun 1736 untuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam.
“Beliau sebelum singgah di Batavia, singgah di beberapa tempat, seperti di Aceh, Semarang dan terakhir di sini. Jadi misi beliau ini memang dakwah seperti Wali Songo,” jelas Maswi.
Habib Husein berdakwah keliling Batavia, hingga akhirnya ia menetap di wilayah pesisir seperti di daerah Penjaringan, Jakarta Utara.
Mulanya Masjid Luar Batang itu adalah musala bernama Anur yang didirikan oleh Habib Husein untuk tempat beribadah dan belajar mengaji.
Lambat laun musala itu dipugar menjadi masjid karena makin membludaknya murid Habib Husein yang belajar agama Islam.
Singkat cerita, Habib Husein wafat pada tahun 1756. Ketika jasadnya ingin dimakamkan di sekitar Tanah Abang terjadilah peristiwa mistis.
“Waktu beliau mau dimakamkan itu kejadian aneh, di luar akal pikiran, tapi memang nyata, sampai tiga kali kejadian ketika mau dimakamkan jasad beliau yang sudah berada di kurung batang tiba-tiba tidak ada. Jasad beliau balik lagi ke Masjid Anur,” ujar Maswi.
Karena kejadian itu, menurutnya, warga berinisiatif memakamkan jasad Habib Husein di Masjid Anur.
“Inisiatif orang-orang sini, mungkin beliau mau dimakamin di sini. Itu makam beliau yang saat ini dulu tempat beliau beristirahat dan salat,” ungkap Maswi dengan logat Betawinya.
Peristiwa mistis itulah yang kemudian menjadi cikal bakal nama Masjid Luar Batang. Setelah Habib Husein wafat masjid itu berubah nama dari Anur menjadi Luar Batang.
“Dinamakan Luar Batang itu pas kejadian beliau mau dimakamkan keluar dari kurung batang (keranda). Karenanya itu dinamakan Keramat Luar Batang. Karena keluar dari keranda,” jelas Maswi.
Kini, Masjid Luar Batang telah ditetapkan sebagai cagar budaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Posisi Masjid menghadap ke Pelabuhan Sunda Kelapa, memiliki 2 aula besar di dalam dan luar, dengan masing-masing aula mempunyai 12 tiang pancang, yang dijumlahkan menjadi 24.
Konon, angka 24 itu menandakan jumlah jam dalam satu hari, 12 jam siang dan 12 jam malam.
Di samping aula luar terdapat sebuah ruangan yang merupakan lokasi makam Habib Husein dan muridnya, Haji Abdul Kadir.
Di luar masjid terdapat tiga Menara. Satu menara asli yang dulu digunakan untuk azan dan dua lainnya yaitu Menara baru yang difungsikan untuk menaruh alat pengeras suara.
Masjid juga memiliki gapura besar dengan tinggi sekitar 15 meter di depan pintu masuk area masjid.