PARBOABOA – Ilmu tajwid merupakan ilmu yang mempelajari tentang aturan-aturan bacaan Al Quran. Ada beberapa hukum tajwid yang harus kita pelajari, seperti Ghunnah, Ikhfa', Idgham, qalqalah, dan mad tabi’i.
Mad tabi'i adalah hukum tajwid yang berkaitan dengan panjang atau pendeknya bacaan pada huruf-huruf tertentu. Ilmu ini sangat penting untuk dipelajari, karena jika tidak dipahami dengan baik, maka bacaan Al-Quran yang kita lakukan bisa jadi tidak tepat, dan tidak sesuai dengan makna yang terkandung dalam ayat tersebut.
Dalam pembahasan kali ini, Parboaboa akan membahas secara detail mengenaik apa itu mad tabi’I, termasuk pengertian, huruf, cara membaca, serta contoh-contohnya dalam Al Quran. Pembahasan ini kami susun dengan harapan agar kita dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Mad Tabi'i
Dikutip dari buku Dasar- dasar Ilmu Tajwid (2020), mad tabi’i adalah mad yang terjadi apabila ada huruf alif (ا) terletak sesudah harakat fathah, huruf ya sukun (ÙŠ) terletak sesudah harakat kasrah, dan huruf waw mati (Ùˆ) sesudah harakat dammah.
Secara istilah, mad tabi’i diartikan sebagai memanjangkan suara ketika mengucapkan huruf- huruf mad. Hukum bacaannya adalah wajib bagi orang yang membaca Al-Quran secara tartil dan qira'ah.
Selain itu, tajwid ini juga harus dibaca dengan benar agar makna dari ayat Al-Quran dapat dipahami secara baik dan benar.
Ketika salah membacanya maka dapat mengubah makna dari ayat Al-Quran dan mengurangi kualitas bacaan tartil dan qira'ah. Oleh karena itu, penting bagi orang yang membaca Al-Quran untuk mempelajari hukum bacaan Mad Tabi'i dengan benar agar dapat membaca Al-Quran dengan baik sesuai dengan syariat Islam.
Huruf dan Cara Membaca Mad Tabi'i
Berikut ini merupakan huruf mad tabi’I beserta cara membacanya yang sesuai dengan ketentuan hukum bacaan mad secara umumnya. Hukum bacaan ini muncul ketika :
a. Huruf alif (ا) sesudah harakat fathah.
b. Huruf ya (ÙŠ) sukun atau mati sesudah harakat kasrah.
c. Huruf waw(Ùˆ) sukun sesudah harkat dammah.
Cara membaca dilafalkan dengan panjang 2 harakat atau 2 ketukan. Ketika membaca Al-Quran dan menemukan ayat yang mengandung mad tabi'i, maka umat Islam wajib membaca ayat tersebut dengan panjang 2 harakat sesuai dengan kaidah membaca mad tabi'i.
Contoh Mad Tabi'i dalam Al-Quran
Berikut ini yang mengandung bacaan mad tabi'i adalah sebagai berikut :
1. Contoh Mad Tabi'i Alif(ا)
- Surat Al-Humazah Ayat 3
ÙŠÙŽØْسَب٠أَنَّ مَالَهÙÛ¥Ù“ أَخْلَدَهÙÛ¥
"Yaḥsabu anna mÄlahÅ« akhladah."
Artinya: "Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya," (QS. Al-Humazah, ayat 3)
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan مَالَه٠yang mana ada huruf mim (مَ) berharakat fathah yang diikuti dengan huruf alif (ا). Maka, bacaan tersebut dibaca dengan panjang, namun tidak lebih dari dua harakat.
- Surat An-Nas Ayat 1
Ù‚Ùلْ اَعÙوْذ٠بÙرَبّ٠النَّاسÙ
“Qul a’uuzu birabbin naas.”
Artinya: “Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhannya manusia” (QS. An-Nas, ayat 1).
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan النَّاس٠dimana ada huruf nun (نَّ) berharakat fathah yangdiikuti dengan huruf alif (ا). Maka bacaan tersebut dibaca panjang namun tidak lebih daridua harakat atau dua ketukan. Selain itu, madthobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
- Surat Al-Maun Ayat 3
وَلَا ÙŠÙŽØÙضّ٠عَلَىٰ طَعَام٠ٱلْمÙسْكÙينÙ
“Walaa yahuddu alaa to’aa mil miskin.”
Artinya: “Dan tidak menganjurkan memberi makan orang orang miskin” (QS. Al-Maun, ayat 3)
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan وَلَا ÙŠÙŽØÙضّ٠di mana ada huruf lam (Ù„ÙŽ) berharakat fathah yang diikuti dengan huruf alif (ا). Maka bacaan tersebut dibaca panjang amun tidak lebih dari dua harakat atau dua ketukan. Selain itu, mad thobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
- Surat Asy-Syura Ayat 3
لَعَلَّكَ بَاخÙعٌ نَّـÙۡسَكَ اَلَّا ÙŠÙŽÙƒÙÙˆÛ¡Ù†Ùوۡا Ù…ÙؤۡمÙÙ†ÙÙŠÛ¡Ù†ÙŽ
“La’allaka baakhi’un nafsaka allaa yakuunuu mu’miniin.”
Artinya: “Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu (dengan kesedihan), karena mereka (penduduk Makkah) tidak beriman” (QS. Asy-Syura, ayat 3).
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan بَاخÙعٌ di mana ada huruf ba' (بَ) berharakat fathah yang diikuti dengan huruf alif (ا). Maka bacaan tersebut dibaca panjang amun tidak lebih dari dua harakat atau dua ketukan. Selain itu, mad thobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
- An-Nasr Ayat 2
وَرَاَيۡتَ النَّاسَ يَدۡخÙÙ„ÙÙˆÛ¡Ù†ÙŽ ÙÙÙ‰Û¡ دÙيۡن٠اللّٰه٠اَÙۡوَاجًا
“Wa ra-aitan naa syayadkhuluuna fii diinillaahi af waajaa.”
Artinya: “Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah” (QS. An-Nasr, ayat 2).
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan اَÙۡوَاجًا di mana ada huruf wawu (ÙˆÙŽ) berharakat fathah yang diikuti dengan huruf alif (ا). Maka bacaan tersebut dibaca panjang amun tidak lebih dari dua harakat atau dua ketukan. Selain itu, mad thobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
2. Contoh Mad Tabi'i Ya(ÙŠ)
- Surat Al-Fiil Ayat 1
أَلَمْ تَرَ كَيْÙÙŽ Ùَعَلَ رَبّÙÙƒÙŽ بÙأَصْØَٰب٠ٱلْÙÙيلÙ
"Alam tara kaifa fa’ala rabbuka bi`aá¹£-ḥÄbil-fÄ«il."
Artinya: "Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?" (QS. Al-Fiil, ayat 1).
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan ٱلْÙÙيل٠di mana ada huruf wawu (ÙÙ) berharakat kasrah yang diikuti dengan huruf ya (ÙŠ) sukun. Maka bacaan tersebut dibaca panjang amun tidak lebih dari dua harakat atau dua ketukan. Selain itu, mad thobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
- Surat Asy-Syura Ayat 3
لَعَلَّكَ بَاخÙعٌ نَّـÙۡسَكَ اَلَّا ÙŠÙŽÙƒÙÙˆÛ¡Ù†Ùوۡا Ù…ÙؤۡمÙÙ†ÙÙŠÛ¡Ù†ÙŽ
“La’allaka baakhi’un nafsaka allaa yakuunuu mu’miniin.”
Artinya: “Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu (dengan kesedihan), karena mereka (penduduk Makkah) tidak beriman” (QS. Asy-Syura, ayat 3).
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan Ù…ÙؤۡمÙÙ†ÙÙŠÛ¡Ù†ÙŽ di mana ada huruf nun (Ù†Ù) berharakat kasrah yang diikuti dengan huruf ya (ÙŠ) sukun. Maka bacaan tersebut dibaca panjang amun tidak lebih dari dua harakat atau dua ketukan. Selain itu, mad thobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
- Surat Al-Maun Ayat 3
وَلَا ÙŠÙŽØÙضّ٠عَلَىٰ طَعَام٠ٱلْمÙسْكÙينÙ
“Walaa yahuddu alaa to’aa mil miskin.”
Artinya: “Dan tidak menganjurkan memberi makan orang orang miskin” (QS. Al-Maun, ayat 3)
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan ٱلْمÙسْكÙين٠di mana ada huruf kaf (ÙƒÙ) berharakat kasrah yang diikuti dengan huruf ya (ÙŠ) sukun. Maka bacaan tersebut dibaca panjang amun tidak lebih dari dua harakat atau dua ketukan. Selain itu, mad thobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
- Surat At-Takasur Ayat 5
كَلَّا Ù„ÙŽÙˆÛ¡ تَعۡلَمÙÙˆÛ¡Ù†ÙŽ عÙÙ„Û¡Ù…ÙŽ الۡيَقÙÙŠÛ¡Ù†ÙØ•
“Kalla lauta’lamuuna ilmal yaqiin”
Artinya: “Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti” (QS. At-Takasur, ayat 5).
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan الۡيَقÙÙŠÛ¡Ù†ÙØ• di mana ada huruf qaf (Ù‚Ù) berharakat kasrah yang diikuti dengan huruf ya (ÙŠ) sukun. Maka bacaan tersebut dibaca panjang amun tidak lebih dari dua harakat atau dua ketukan. Selain itu, mad thobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
- Surat Al-Quraisy Ayat 4
ٱلَّذÙىٓ أَطْعَمَهÙÙ… مّÙÙ† جÙوع٠وَءَامَنَهÙÙ… مّÙنْ خَوْÙÙÛ
"Allażī aá¹’amahum min jụ’iw wa Ämanahum min khaụf."
Artinya: "Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan," (QS. Al-Quraisy, ayat 4).
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan ٱلَّذÙىٓ di mana ada huruf dzal (Ø°Ù) berharakat kasrah yang diikuti dengan huruf ya (ÙŠ) sukun. Maka bacaan tersebut dibaca panjang amun tidak lebih dari dua harakat atau dua ketukan. Selain itu, mad thobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
3. Contoh Mad Tabi'i Waw (Ùˆ)
- Surat An-Nas Ayat 1
Ù‚Ùلْ اَعÙوْذ٠بÙرَبّ٠النَّاسÙ
“Qul a’uuzu birabbin naas.”
Artinya: “Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhannya manusia” (QS. An-Nas, ayat 1).
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan اَعÙوْذ٠di mana ada huruf 'ain (عÙ) berharakat dammah yang diikuti dengan huruf wawu (Ùˆ) sukun. Maka bacaan tersebut dibaca panjang amun tidak lebih dari dua harakat atau dua ketukan. Selain itu, mad thobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
- Surat Al-Fiil Ayat 5
ÙَجَعَلَهÙمْ كَعَصْÙ٠مَّأْكÙولÙÛ
"Fa ja’alahum ka’aá¹£fim ma`kụl."
Artinya: "Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)," (QS. Al-Fiil, ayat 5).
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan مَّأْكÙولÙÛ di mana ada huruf kaf (ÙƒÙ) berharakat dammah yang diikuti dengan huruf wawu (Ùˆ) sukun. Maka bacaan tersebut dibaca panjang amun tidak lebih dari dua harakat atau dua ketukan. Selain itu, mad thobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
- Surat Asy-Syura Ayat 3
لَعَلَّكَ بَاخÙعٌ نَّـÙۡسَكَ اَلَّا ÙŠÙŽÙƒÙÙˆÛ¡Ù†Ùوۡا Ù…ÙؤۡمÙÙ†ÙÙŠÛ¡Ù†ÙŽ
“La’allaka baakhi’un nafsaka allaa yakuunuu mu’miniin.”
Artinya: “Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu (dengan kesedihan), karena mereka (penduduk Makkah) tidak beriman” (QS. Asy-Syura, ayat 3).
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan ÙŠÙŽÙƒÙÙˆÛ¡Ù†Ùوۡا di mana ada huruf kaf (ÙƒÙ) berharakat dammah yang diikuti dengan huruf wawu (Ùˆ) sukun. Selain itu ada pula huruf nun (Ù†Ù) berharakat dammah yang diikuti dengan huruf wawu (Ùˆ) sukun. Maka bacaan tersebut dibaca panjang amun tidak lebih dari dua harakat atau dua ketukan. Selain itu, mad thobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
- Surat An-Nasr Ayat 2
وَرَاَيۡتَ النَّاسَ يَدۡخÙÙ„ÙÙˆÛ¡Ù†ÙŽ ÙÙÙ‰Û¡ دÙيۡن٠اللّٰه٠اَÙۡوَاجًا
“Wa ra-aitan naa sayadkhuluuna fii diinillaahi af waajaa.”
Artinya: “Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah” (QS. An-Nasr, ayat 2).
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan يَدۡخÙÙ„ÙÙˆÛ¡Ù†ÙŽ di mana ada huruf 'ain (Ù„Ù) berharakat dammah yang diikuti dengan huruf wawu (Ùˆ) sukun. Maka bacaan tersebut dibaca panjang amun tidak lebih dari dua harakat atau dua ketukan. Selain itu, mad thobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
- Surat At-Takasur Ayat 5
كَلَّا Ù„ÙŽÙˆÛ¡ تَعۡلَمÙÙˆÛ¡Ù†ÙŽ عÙÙ„Û¡Ù…ÙŽ الۡيَقÙÙŠÛ¡Ù†ÙØ•
“Kalla lauta’lamuuna ilmal yaqiin”
Artinya: “Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti” (QS. At-Takasur, ayat 5).
Dalam ayat tersebut terdapat bacaan تَعۡلَمÙÙˆÛ¡Ù†ÙŽ di mana ada huruf mim (Ù…Ù) berharakat dammah yang diikuti dengan huruf wawu (Ùˆ) sukun. Maka bacaan tersebut dibaca panjang amun tidak lebih dari dua harakat atau dua ketukan. Selain itu, mad thobi'i juga tidak boleh dibaca dengan dengung dan samar.
Mad Tabi'i memiliki karakteristik dan aturan bacaan yang berbeda dengan hukum tajwid lainnya, sehingga membutuhkan pemahaman dan latihan yang cukup agar dapat dikuasai dengan baik. Semoga pembahasan ini memberikan manfaat bagi pembaca semua.