PARBOABOA, Jakarta - Toponim Jawara Betawi tak bisa dilepaskan dari tanah kamardikan di wilayah Jakarta Timur.
Di mana banyak kisah-kisah para jago dan aliran silat (bela diri,red) yang mereka pelajari.
Sabtu (25/02/2023), redaksi Parboaboa sempat mengunjungi Persatuan Silat Muara Condet (PSMC) Jakarta Timur yang diketuai Babeh Dayat.
Dayat mengatakan, ada 317 aliran main pukul yang dipelajari leluhur persilatan khususnya di Wilayah DKI Jakarta, dulunya disebut Batavia.
"Muara Condet sendiri saya jelaskan dulu ini sebuah perkumpulan para Jago silat, kata Jago sendiri merupakan istilah dari para pelestari bela diri silat Betawi, diresmikan 1983 oleh Edi Narapraya dan kebetulan ketua dari PSMC ini adalah baba saya Alm. Hj Djanung dan saat ini kepengurusan diwariskan kepada saya,"
"Nyambung lagi ke aliran seni bela diri atau Jago itu memang banyak sekali ada aliran Beksi, Cingkrik, Bongkot, Troktok, Gombel Bunga Lari, dan Marunda Pulo di daerah Marunda, kalau dijumlahkan ada 300-an lebih. Kalo sekarang kebanyakan yang masih banyak ditemui ya aliran Beksi, Cingkring, dan Jiit biasanya digunain dalam jurus-jurus Palang Pintu untuk adat pernikahan Betawi," ungkap Dayat.
Ditemui ditempat berbeda, Penulis buku sekaligus sejarawan Gj. Nawi (Gusman) menceritakan eksistensi PSMC sebenarnya sudah ada di masa Kolonial Belanda, kala itu Perguruan Muara Condet menjadi salah satu ikon yang menjadi tolak ukur para Jago.
"Menurut informasi yang saya denger dari tetua bahwa nama Muara Condet sudah dikenal dimasa pemberontakan jaman Kolonial Belanda, sebelum menjadi PS di 1982 Muara Condet sudah menjadi ikonik dalam dunia persilatan di Batavia, namun semakin berjalannya waktu untuk memenegemenisasi dibuatlah PS Muara Condet dan si sahkan secara Perguruan," katanya.
"Para Jago itu yaa saling berselisih dari eksistensi maupun harga jasa mereka juga bersaing yang dinilain paling menguasai aliran dan jarang kalah dalam tarung silat yaa akn dibayar lebih mahal dari yang biasa-biasa aja semakin jago semakin mahal bayarannya.
Nah nama Muara Condet sendiri pada abad 15-16 sudah dikenal dan ditandai oleh menir-menir para pesilat nya oke punya dan bayarannya biasanya lebih mahal dari pesilat perguruan lainnya," tutur Gusman.
"Dalam film nya Ronda Macan Kemayoran seniman Ran Ramlan juga memnyisipkn adegan terkait perguruan Muara Condet," sambung Gusman.
Menurut pemerhati sejarah sekaligus konten kreator, Matsasi nama Muara Condet tak lekang dari nama seorang guru besar yaitu Mandor Ahmad.
"Saya mendengar nama Mandor Ahmad disebut dalam filmnya Ran Ramelan dari situ saya merujuk pada Hj Ahmad yaitu Jawara Condet yang terkenal di era Entong Gemdut dan Sarpin merekalah para Jago wilayah Condet yang terkenal berkorban melawan para penjajah demi kesejahteraan rakyat Condet," ungkap Matsasi.