PARBOABOA - Belum lama ini, presenter di televisi Rusia, Dmitry Kiselyov, mengklaim bahwa Rusia bisa melenyapkan Inggris dengan tsunami nuklir jika terus mendukung Ukraina. Senjata yang dipakai adalah drone nuklir bawah laut Poseidon.
Di televisi Channel One yang populer di Rusia, ia mengklaim bahwa tembakan Poseidon bisa menenggelamkan Inggris ke air laut radioaktif. Benarkah demikian?
Poseidon adalah drone bawah laut yang pada dasarnya adalah torpedo otonom bertenaga nuklir dan punya hulu ledak nuklir. Proyeknya bocor di tahun 2015.
Tujuannya adalah untuk merusak area pantai dan menimbulkan kerusakan besar di teritori target dengan kontaminasi radioaktif sehingga tidak bisa dipakai untuk aktivitas militer ataupun ekonomi.
Dalam sebuah tayangan terbaru, media Rusia menyiarkan video simulasi serangan drone nuklir bawah laut melenyapkan wilayah Inggris dari peta dunia.
Tayangan itu disertai desakan penyiarnya yang dikenal sebagai 'corong Putin', Dmitry Kiselyov, agar Presiden Vladimir Putin melakukannya.
Dia menyerukan serangan ke Inggris dengan drone bawah air Poseidon yang diklaim akan memicu gelombang pasang radioaktif 487.68 Meter dan menenggelamkan Inggris ke kedalaman laut.
Menurut profesor hubungan internasional di Fakultas Hukum dan Politik di Universitas Cardiff, Campbell Craig, bila nuklir Moskow ini benar-benar diluncurkan, beberapa bagian bumi ini bisa hancur tanpa bekas.
Kehancuran ini makin besar di wilayah Barat bila perang nuklir yang terjadi melibatkan negara-negara NATO.
"Jika perang nuklir pecah antara NATO dan Rusia dan meningkat menjadi perang dunia, sebagian besar kota di Rusia, Eropa, dan AS akan menjadi sasaran dan dihancurkan," ujar Craig dikutip dari Daily Star, Senin (9/5/2022)
"Inggris sudah pasti tidak akan ada lagi," imbuhnya.
Argumen yang hampir sama juga diutarakan oleh Kepala Badan Antariksa Rusia Roscosmos Dmitry Rogozin. Ia menyebut serangan nuklir Rusia dapat melenyapkan NATO dalam waktu 30 menit saja.
"Dalam perang nuklir, negara-negara NATO akan dihancurkan oleh kami dalam waktu setengah jam. Tapi kita tidak boleh membiarkannya, karena konsekuensi dari pertukaran serangan nuklir akan mempengaruhi keadaan Bumi kita," paparnya seperti dikutip Mirror.
Secara statistik, Rusia merupakan negara dengan senjata nuklir terbanyak. Ada 6.257 di mana 1.458 aktif, 3.039 tersedia dan 1.760 tak berfungsi (retired). Kemudian disusul Amerika Serikat (5.550), lalu China (350), Prancis (290) dan Inggris (255).
Jika benar diledakan di Inggris, nuklir tersebut akan mengubah negara tesebut menjadi gurun radioaktif hingga tidak dapat digunakan untuk kehidupan apa pun.
Kiselyov juga mengancam Inggris dengan serangan Sarmat 2, rudal nuklir terbaru Rusia yang diuji oleh Putin dua minggu lalu, yang diklaimnya juga dapat menghancurkan negara itu sepenuhnya hanya dengan satu kali tumbukan.
"Pulau [mereka] sangat kecil sehingga satu rudal Sarmat cukup untuk menenggelamkannya sekali dan untuk selamanya," katanya.
"[Itu] mampu menghancurkan area seukuran Texas atau Inggris. Sebuah peluncuran tunggal, Boris, dan tidak ada Inggris lagi."
Pernyataan Kiselyov mengikuti pola yang telah berkembang di media pemerintah Rusia dalam beberapa hari terakhir yang mengancam Inggris dengan bencana nuklir.
Berdasarkan premis palsu bahwa Boris Johnson telah mengancam untuk melakukan serangan nuklir di Rusia tanpa berkonsultasi dengan NATO.