Dosa Jariyah dalam Islam: Penjelasan, Contoh, Dalil, dan Cara Penghapusannya pada Wanita dan Laki-Laki

Dosa jariyah menurut Islam (Foto: Parboaboa/Nada)

PARBOABOA – Mungkin Anda sering mendengar istilah amal jariyah. Namun pernahkah Anda mendengar tentang dosa jariyah?

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memperingatkan umat manusia bahwa mempelopori perbuatan maksiat termasuk dalam perbuatan dosa jariyah.

Mempelopori maksudnya di sini adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di hadapan orang lain, kemudian banyak orang yang mengikutinya.

Dalam era digital ini, tindakan dosa jariyah dapat dengan mudah terjadi melalui platform-platform sosial media.

Seorang individu dapat menjadi pelopor maksiat dengan mengekspos perilaku negatif atau perbuatan dosa secara publik di media sosial, yang kemudian dapat memengaruhi banyak orang untuk mengikuti jejaknya.

Misalnya, postingan yang mengandung konten negatif, fitnah, atau hal-hal yang merusak moral dapat dengan cepat menyebar dan memengaruhi orang lain.

Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah SAW bersabda:

"Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam Islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka." (HR. Muslim)

Sebagai umat Islam, sangat penting untuk memahami secara mendalam pengertian dosa jariyah serta dalil-dalil yang mendasari pemahaman konsep ini dalam ajaran Islam.

Dengan memahami konsep ini, Anda dapat lebih sadar akan dampak dari tindakan Anda dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana Anda dapat mengumpulkan amal baik yang akan terus mengalir ke manfaat Anda di dunia dan akhirat.

Apa Itu Dosa Jariyah?

dosa jariyah

Pengertian dosa jariyah (Foto: Parboaboa/Nada)

Dosa Jariyah artinya sebuah konsep dalam ajaran Islam yang merujuk pada dosa atau kebaikan yang berlanjut atau berdampak setelah individu yang melakukannya telah meninggalkan dunia ini.

Sebagaimana dikutip dalam buku berjudul Kultum 23 Ramadhan oleh Heri Suprapto (2022), tentang mengajak kesesatan ini telah jelas, bahwa barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia akan mendapatkan dosa semisal orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka yang mengikutinya.

Artinya, tindakan-tindakan baik atau buruk yang seseorang lakukan dapat terus memberikan dampak pada dirinya, baik di dunia maupun di akhirat, bahkan setelah ia telah tiada.

Konsep ini menunjukkan pentingnya kesadaran dalam tindakan Anda sehari-hari, karena amal kebaikan yang Anda tinggalkan bisa terus memberikan manfaat, sementara dosa yang Anda perbuat juga bisa berlanjut dalam bentuk konsekuensi negatif.

Dosa ini mengingatkan umat Islam untuk selalu bertindak dengan penuh pertimbangan dan menjalani kehidupan dengan kesadaran akan akibat dari tindakan mereka.

Hadits dan Dalil Dosa Jariyah

dosa jariyah adalah

Hadits dan Dalil dosa jariyah (Foto: Parboaboa/Nada)

Konsep dosa ini didasarkan pada beberapa hadits (tradisi atau perkataan Nabi Muhammad SAW) dan ayat-ayat Al-Qur'an yang menggarisbawahi pentingnya amal jariyah, baik dalam hal dosa maupun amal baik.

Melansir buku Kultum 23 Ramadhan oleh Heri Suprapto (2022), Hal ini senada dengan hadits Nabi dengan sanad yang shahih dari sahabat Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامٍ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

Artinya: "Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa sebagaimana dosa orang yang melakukan (kesesatan tersebut) tanpa mengurangi dosanya sedikitpun."

Maka berhati-hatilah Anda dalam mengajak manusia kepada kesesatan dan kemungkaran, maka Anda akan menanggung segala dosa mereka yang mengikuti kesesatan yang dibuat olehnya karena ini termasuk dalam dosa jariyah.

Di akhirat dia akan memikul dan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya serta memikul dan membawa beban dosa-dosa orang-orang yang telah disesatkannya. Hal ini senada dengan firman Allah dalam Al Quran:

لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيمَةِ وَمِنْ أوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُم بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ

Artinya: "(Ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan).

Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu. Dalam ayat ini Syaikh Abdurrahman An Nashir As Sa'di menjelaskan bahwa maksudnya adalah “Sungguh buruk perbuatan tersebut dan memayahkan mereka dengan memikul seluruh dosa-dosa yang telah mereka lakukan serta memikul dosa-dosa orang-orang yang telah mereka sesatkan selama mereka hidup di dunia."

Pelaku dosa jariyah di media sosial juga akan memikul dosa-dosa orang setelahnya, yaitu mereka yang selalu mengikuti apa-apa yang pelaku dosa itu kerjakan.

Hal itu menunjukkan bahwa dosa jariyah diperoleh dan disebabkan seseorang menjadi pelaku utama, juga inisiator serta pencetus suatu perbuatan atau kebiasaan buruk, yang disengaja ataupun tidak, dan dalam keadaan sadar.

Akibatnya, ia mendapatkan dosa yang berkelanjutan pula karena telah membiasakan sesuatu perbuatan buruk yang tentunya melanggar hukum dan syariat yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan.

Dan orang yang mempelopori perbuatan dosa selalu mendapatkan dosa pelakunya tanpa mengurangi dosa orang yang mengikutinya. Semua orang seharusnya berusaha untuk menghindar dan menjauh dari perilaku yang tidak terpuji ini.

Karena walaupun Anda tidak melakukan dosa tersebut namun Anda tetap menerima dosa dari orang yang mengikuti perbuatan dosa tersebut.

Hal ini senada dengan hadits Nabi Dengan sanad yang shahih dari sahabat Jarir bin "Abdillah berkata bahwa Rasulullah bersabda:

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء

Artinya: "Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka."

Karena itulah, anak adam yang pertama kali membunuh, dia dilimpahi tanggung jawab atas semua kasus pembunuhan karena kezaliman di alam ini. Hal ini senada dengan hadits Nabi dengan sanad yang shahih dari sahabat Abdurrahman bin 'Auf Berkata bahwa Rasulullah bersabda:

لا تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الْأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا

Artinya: "Tidak ada satu jiwa yang terbunuh secara zalim, melainkan anak adam yang pertama kali membunuh akan mendapatkan dosa karena pertumpahan darah itu."

Anda bisa bayangkan, orang yang pertama kali mendesain rok mini, pakaian you can see, kemudian dia sebarkan melalui internet, lalu ditiru banyak orang.

Sekalipun dia tidak ngajak khalayak untuk memakai rok mini, namun mengingat dia yang mempeloporinya, kemudian banyak orang yang meniru, dia mendapatkan kucuran dosa semua orang yang menirunya, tanpa dikurangi sedikitpun.

Contoh Dosa Jariyah

dosa jariyah wanita

Contoh dosa jariyah (Foto: Parboaboa/Nada)

Dosa jariyah adalah dosa atau tindakan buruk yang berlanjut memberikan dampak negatif, baik selama hidup individu yang melakukannya maupun setelah individu tersebut meninggal. Beberapa contoh contoh dosa jariyah wanita dan contoh dosa jariyah lelaki meliputi:

  • Mengajarkan atau mendorong perilaku buruk
  • Membentuk organisasi kejahatan
  • Menghasilkan produk atau layanan yang haram
  • Meninggalkan hutang tanpa pelunasan
  • Mengabaikan kewajiban keluarga

Pemahaman tentang macam macam dosa jariyah dalam Islam mengingatkan Anda akan pentingnya bertindak bijak dan menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran akan akibat dari setiap tindakan.

Dosa ini mengajarkan bahwa baik buruknya perbuatan Anda dapat berdampak jauh melampaui kehidupan ini. Cara menghapus dosa jariyah adalah dengan bertaubat memohon ampunan kepada Allah.

Taubat adalah langkah awal yang sangat penting dalam proses membersihkan dosa-dosa tersebut.

Langkah-langkah taubat yang efektif melibatkan kesadaran yang mendalam akan perbuatan dosa, penyesalan yang tulus atas tindakan tersebut, niat untuk tidak mengulangi kesalahan, serta memohon ampunan kepada Allah dengan ikhlas.

Ketika seseorang bertaubat secara tulus, Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang akan menerima taubatnya. Al-Quran berulang kali menekankan rahmat dan ampunan Allah kepada hamba-Nya yang mau tahu cara menghapus dosa jariyah.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surat At-Tahrim ayat 8 yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ yā

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. At-Tahrim: 8)

Oleh karena itu, Anda diajak untuk lebih memperbanyak amal kebaikan, berbagi pengetahuan dan manfaat kepada orang lain, serta berupaya menjalani kehidupan yang bermanfaat bagi umat manusia dan dunia ini.

Semoga artikel ini memberikan wawasan yang bermanfaat tentang dosa jariyah wanita dan lelaki dalam Islam dan menginspirasi Anda untuk terus berusaha menjadi individu yang berkontribusi positif dalam masyarakat dan mendapatkan pahala yang berkelanjutan di sisi Allah SWT.

Editor: Sari
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS