PARBOABOA, Jakarta - Erna (48) bergegas pulang ke rumah kontrakan yang berlokasi tepat di balik dinding pembatas DPO Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara, Pada Jumat (03/03/2023) pukul 19.30 WIB.
Erna yang berprofesi sebagai ojek online ini awalnya hanya ingin membersihkan noda di badannya karena seharian bekerja di jalanan.
Usai mandi, Erna berencana untuk kembali melanjutkan pekerjaannya pada malam itu.
Namun ada yang aneh, aroma bahan bakar begitu pekat di hidungnya. Ruangan rumah seketika dipenuhi oleh asap tebal berwarna putih.
Tenggorokannya terasa mengganjal sampai membuatnya batuk.
Ternyata, asap yang ia lihat adalah gas yang berasal dari pipa DPO Pertamina Plumpang yang mengakibatkan kebakaran besar di sebagian wilayah di Jalan Tanah Merah Bawah pada malam itu.
"Kabut putih banyak banget sampai susah melihat. Nafas saya sampai saya sesak," ujarnya kepada Parboaboa, Sabtu (04/03/2023).
Beberapa saat setelahnya, terdengar jelas suara Fajar (24) sang anak yang memanggilnya untuk keluar dari rumah.
"Mak, mak, ayo lari," kata Erna menirukan teriakan anaknya.
Ia lantas berlari meninggalkan rumah tanpa memikirkan segala sesuatu di dalamnya.
Saat itu, kabut tebal masih menyelimuti jalanan. Puluhan warga lari berhamburan . Yang ada di pikiran anak dan ibu itu hanya berlari menjauh dari gumpalan asap.
Berdasarkan penuturannya, Erna melihat banyak orang yang pingsan akibat gas yang berasal dari pipa DPO Pertamina Plumpang.
Tepat pada pukul 20.00 WIB, percikan api pun menjalar dan membakar sejumlah rumah di balik dinding pemisah.
Ia hanya bisa menangis histeris, menyaksikan tempat tinggalnya dilahap oleh api.
Semua barang dan harta yang ia miliki habis terbakar, termasuk satu kendaraan sepeda motor yang menjadi satu-satunya sumber mata pencahariannya.
"Yang tersisa hanya pakaian ini dari semalam abis mandi," ucap Erna tanpa menyadari jika air matanya terjatuh.
Pakaian yang dikenakan Erna saat berbincang dengan Parboaboa tampak sangat lusuh dan penuh dengan noda bekas bakaran.
Ternyata, ia baru saja mengeruk barang-barang sisa di rumah berharap menemukan sesuatu yang masih utuh meskipun hasilnya nihil.
Ia hanya meratapi sisa-sisa bakaran tepat di depan kontrakan rumahnya.
"Saya itu sedih banget mas, gatau lagi mau ke mana. Apa-apa sudah tak punya. Mau gimana saya hidup di Jakarta ini," tuturnya.
Erna sendiri sudah 10 tahun tinggal di balik DPO Pertamina Plumpang yang hanya berjarak sekitar 5 meter dari kontrakannya.
Meskipun demikian, ia merasa beruntung karena nyawanya masih terselamatkan tanpa luka fisik.
Ia hanya tak habis pikir dengan nasib orang-orang yang pingsan pada saat itu.
"Gatau lagi gimana mereka, mungkin ga terselamatkan lagi kalau melihat banyaknya orang di jalan waktu itu," kenangnya.
Erna mengatakan, sebanyak 3 tetangganya yang meninggal hangus terbakar. Dua di antaranya meninggal karena tak sempat melarikan diri.
Diwawancara terpisah, Rahmat (29) korban kebakaran DPO Pertamina Plumpang bercerita mengenai kronologi kejadian.
"Sekitar pukul 19.42 itu saya liat kok banyak kabut, padahal ga ada hujan. Bau minyak berasa banget. Saat itu udh mulai aneh tuh pernapasan," kata Rahmat kepada Parboaboa.
Gumpalan kabut terasa begitu dingin di kulit lelaki yang akrab disapa Ulil itu.
Sebelum kabut muncul, Ulil sempat merasakan getaran sebanyak dua kali setelah suara petir menggelegar di atmosfir.
Ia pun teringat akan kejadian yang sama pada 2009 lalu saat DPO Pertamina Plumpang meledak dan membakar rumah warga.
Ia lantas memanggil seluruh penghuni rumah untuk segera meninggalkan rumah. Ia melarang keluarganya yang ingin menyelamatkan barang berharga.
Baginya, tak ada yang setimpal dibandingkan nyawa manusia.
Bibi, adik, dan 6 keponakannya pun langsung mengikuti arahan Ulil. Mereka berlari tanpa menenteng benda apapun.
"Saya tidak peduli lagi dengan motor empat biji di rumah, yang penting keluarga saya aman," ucapnya.
Ulil mengungkapkan, beberapa tetangganya sempat keluar masuk dark rumah untuk menyelamatkan benda berharga seperti dokumen-dokumen penting. Namun nahas, api sudah berkorbar. Banyak tetangga yang tak terselamatkan dalam insiden kelam itu.
Sepanjang malam, Ulil hanya berjaga di depan rumahnya. Ia tidak memilih untuk tidur di posko karena banyak maling berkeliaran pasca kebakaran.
Ia berharap kepada pemerintah untuk bisa segera menyalurkan bantuan yang nyata tanpa perlu gambar-gembor ke sana ke mari.
"Kalau dibantu Alhamdulillah, lebih cepat itu lebih baik daripada sebatas omongan," tandasnya.