PARBOABOA, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi pada minggu ketiga pada bulan November 2022, mencapai 0,3%. Hal ini sesuai dengan Survei Pemantauan Harga.
Direktur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan komoditas utama penyumbang inflasi November 2022 sampai dengan minggu ketiga yakni telur ayam ras, tomat, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02% (month-to-month/mtm).
"Untuk daging ayam ras, tempe, jeruk, sawi hijau, tahu mentah, beras, minyak goreng, air kemasan, dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,01% (mtm)," kata Erwin dalam siaran pers, Jumat (18/11/2022).
Adapun sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yakni cabai merah -0,09, (mtm), cabai rawit -0,03% (mtm), bawang putih -0,01% (mtm).
Bukan hanya itu, BI juga mencatat perkembangan nilai tukar di periode 14-17 November 2022. Rupiah ditutup pada level Rp15.660 per dolar AS.
Kemudian yield surat berharga negara (SBN) 10 tahun turun ke 7,01%. US Dollar Index (DXY) menguat ke level 106,69 dan Yiel US Treasury Note 10 tahun turun ke level 3,690%.
Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke 111,99 bps per 17 November 2022 dari 103, 32 bps per 11 November 2022.
Berdasarkan data transaksi 14-17 November 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp1,02 triliun terdiri dari beli neto Rp. 1,83 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp2,84 triliun di pasar saham.
"Selama tahun 2022, berdasarkan data setelmen sampai dengan 17 November 2022, nonresiden jual neto Rp 166,14 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 75,83 triliun di pasar saham," terang dia.
Erwin juga menjelaskan bahwa BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengomptimalkan strategi campuran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.
