PARBOABOA, Jakarta – Pemerintah Indonesia menetapkan perayaan Idul Adha 1444 H jatuh pada Kamis, 29 Juni 2023, sedangkan Muhammadiyah pada Rabu, 28 Juni 2023.
Terkait hal ini, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi meminta kepada masyarakat baik saat ini maupun ke depannya untuk tidak menonjolkan perbedaan yang bersangkutan dengan Idul Adha.
Kemudian, ia juga meminta kepada masyarakat untuk menyikapi perbedaan hari perayaan Islam tersebut dengan rasa toleransi dan menghargai, bukan saling mencaci maki.
Perbedaan perhitungan dan penetapan Idul Adha ini, lanjutnya, tidak boleh menjadi sumber pemecah belah umat. Oleh karenanya, Zainut berharap seluruh pihak tak terprovokasi dengan perbedaan yang disampaikan di media sosial.
Kemudian, Zinut menyebut, jika ada hal yang ingin diketahui atau disampaikan, masyarakat diimbau untuk lengsung menyampaikannya ke sumber utama, yakni Kemenag, MUI, NU, Muhammadiyah, Persis dan ormas Islam lainnya.
Permintaan itu disampaikan Zainut Tauhid Sa'adi dalam jumpa pers secara virtual dalam kanal YouTube Kemenag RI pada Minggu, 18 Juni 2023 usai gelaran Sidang Isbat.
Dalam kesempatan yang sama, Wamenag RI meminta kepada para Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk bekerja secara profesional dan tidak mengeluarkan pendapatan yang nantinya bisa menimbulkan perdebatan.
Diketahui sebelumnya, ada gesekan terkait perbedaan hari penetapan Idul Fitri tahun ini.
Gesekan dibumbui dengan pernyataan yang berbau ancaman dari peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang Hasanuddin kepada Muhammadiyah.
Ancaman ini disampaikan Andi saat mengomentari postingan Facebook milik Thomas Djamaluddin yang juga menjabat sebagai peneliti BRIN.
Ancaman itu berbunyi “Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat kegaduhan kalian”.
Editor: Maesa