Di era yang serba digital ini, banyak orang yang telah mengandalkan internet untuk segala macam kebutuhan. Tapi ternyata sekitar 37% populasi dunia masih ada yang belum pernah menggunakan internet.
Menurut penelitian yang dilakukan International Telecommunication Union (ITU), pandemi virus COVID-19 telah menyebabkan lonjakan jumlah pengguna internet, tetapi 2,9 miliar(hampir 3 miliar) orang belum dapat menggunakannya.
ITU sendiri adalah salah satu agensi khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertanggung jawab atas semua hal yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi.
Menurut ITU, mayoritas atau 96% dari 2,9 miliar orang yang tidak pernah mengakses internet itu berada di negara berkembang dan kurang berkembang.
Sebagai gambaran, ITU memprediksi, hampir tiga perempat atau 75% orang di 46 negara kurang berkembang, belum pernah online atau terhubung dengan internet. Misalnya saja hampir 30 persen dari populasi pedesaan di Afrika masih kekurangan jangkauan mobile broadband.
Ada beberapa faktor yang kemungkinan besar membuat orang tidak pernah mengakses internet. Misalnya, faktor kemiskinan, buta huruf, akses listrik yang terbatas, dan kurangnya keterampilan digital.
"Kita tidak bisa menutup kesenjangan digital jika kita tidak bisa mengukurnya, dan kita tidak bisa menghubungkan yang tidak terhubung jika kita tidak tahu siapa mereka, di mana mereka tinggal, dan mengapa mereka tetap offline," ujar direktur Biro Pengembangan Telekomunikasi ITU, Doreen Bogdan-Martin.
"ITU akan bekerja untuk memastikan building block berada di tempat yang tepat untuk menghubungkan 2,9 miliar orang yang tidak pernah online. Kami bertekad untuk memastikan tidak ada yang tertinggal," kata Houlin Zhao selaku Sekretaris Jendral ITU.
Sebagai informasi, jumlah pengguna internet secara global tumbuh lebih dari 10% pada tahun pertama krisis COVID-19, dan hal itu merupakan peningkatan tahunan terbesar dalam satu dekade sejauh ini.
Seperti diketahui, akibat pandemi COVID-19 yang mulai menyebar di dunia sejak awal tahun 2020, membuat sejumlah kegiatan yang menimbulkan kerumuman pun dibatasi.
Sejumlah akses yang dibatasi selama masa pandemi itu di antaranya sekolah, layanan perbankan, dan perkantoran.
Demi kelangsungan aktivitas itu tetap berjalan di tengah masa pandemi, akses internet pun menjadi pilihan utama agar kegiatan tersebut tetap berlangsung.
Namun, ITU mengungkapkan bahwa pertumbuhannya tidak merata. Akses internet seringkali tidak terjangkau di negara-negara miskin, inilah yang mengakibatkan hampir tiga perempat orang belum pernah online di 46 negara kurang berkembang.