PARBOABOA, Jakarta – Pejabat pro-Rusia di wilayah Kherson, Ukraina, saat ini mulai mengungsikan sekitar 60 ribu warga dari wilayah tersebut. Hal ini lantaran pasukan Ukraina mulai bergerak maju dan melakukan serangan ofensif untuk merebut kembali wilayah Kherson dari Rusia.
Warga di Kota Kherson diketahui mulai mendapatkan pesan teks pada Rabu (19/10) dari pemerintahan pro-Rusia.
"Kepada masyarakat. Tolong evakuasi secepatnya. Bakal ada penembakan di area warga oleh Angkatan Bersenjata Ukraina. Akan ada bus dari pukul 07.00 dari Rechport menuju Tepi Kiri," demikian isi pesan tersebut, dilansir dari CNN.
Wakil Kepala Pemerintahan Rusia, Kirill Stremousov mengungkapkan bahwa Ukraina akan segera memulai serangan di Kherson.
"Nazi Ukraina yang didukung Barat akan segera memulai serangan mereka di Kherson. Kami sangat mengusulkan masyarakat untuk meninggalkan area tepi kanan," ujarnya dalam video Telegram pada Selasa.
Tak hanya itu, Pemimpin Rusia di Kherson, Vladimir Saldo menuturkan bahwa pihaknya kini tengah mencoba memindahkan 50 ribu hingga 60 ribu orang dari tepi kanan ke tepi kiri Sungai Dnipro.
Di sisi lain, pihak Ukraina menuduh pemerintah Rusia sengaja menimbulkan kepanikan untuk mengintimidasi warga di Kherson agar nantinya mereka secara sukarela melakukan deportasi ke Rusia.
"Di sisi lain, kami mengerti angkatan bersenjata Ukraina akan membebaskan Kherson dan wilayah sekitar, pun akan ada risiko bagi penduduk setempat," kata wakil kepala dewan regional Ukraina untuk Kherson, Yurii Sobolevskyi.
"Namun, tak ada yang dapat menjamin orang yang dievakuasi bakal aman di sana dan jauh dari garis depan. Kini, orang-orang mengambil keputusan mereka sendiri, untuk tinggal atau pergi," tambahnya.
Melansir dari CNN, pasukan Ukraina diketahui telah bergerak maju ke sejumlah wilayah Kherson dalam beberapa pekan terakhir. Mereka telah berhasil merebut kembali desa dan ladang yang berada di tepi kanan Sungai Dnipro.