PARBOABOA, Jakarta – Pekan ini, setelah terjadi kebakaran di wilayah Bromo, perhatian nasional kembali tertuju pada ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang telah menjadi masalah kronis di Indonesia.
Titik-titik api yang muncul di berbagai wilayah negara ini telah memicu keprihatinan dan memicu upaya darurat untuk mencegah kemungkinan kebakaran hutan yang dapat merusak lingkungan, kesehatan manusia, dan ekonomi.
Menurut data dari Pantau Gambut, sebuah organisasi yang berfokus pada isu konservasi lingkungan, terdeteksi ada sekitar 14.437 titik panas (hotspot) yang terpantau melalui satelit selama periode Agustus 2023.
Jumlah ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, lebih dari empat kali lipat dibandingkan dengan bulan Juli yang hanya mencatat 3.309 titik panas.
Titik panas ini dianggap sebagai indikasi karhutla karena terjadi perbedaan suhu yang sangat mencolok dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Selain itu, teridentifikasi pula 3.816 titik panas dalam total 208 area konsesi.
Abil Salsabila, seorang juru kampanye dari Pantau Gambut, menganggap bahwa adanya titik panas di wilayah perusahaan menunjukkan kemungkinan terjadinya karhutla.
Dia juga menambahkan bahwa pengawasan pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan tersebut belum memadai, terutama dalam konteks pemutihan lahan sawit di dalam kawasan hutan yang dapat meningkatkan risiko terhadap ekosistem gambut.
"Keberadaan titik panas di wilayah perusahaan dapat menunjukkan kemungkinan terjadinya karhutla dan menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana pemegang konsesi berkomitmen dalam upaya mencegah karhutla di wilayah operasional mereka," jelas Abil.
Apa Itu Titik Panas?
Titik panas adalah titik-titik dengan suhu yang tinggi yang terdeteksi oleh sensor termal, seperti satelit atau alat pemantau cuaca, pada permukaan tanah atau hutan.
Titik-titik panas ini dapat menunjukkan adanya kebakaran hutan atau lahan yang sering kali disebut sebagai karhutla (kebakaran hutan dan lahan).
Ketika terjadi kebakaran, panas yang dihasilkan menyebabkan peningkatan suhu di permukaan dan dapat terdeteksi oleh alat pemantau termal. Identifikasi titik panas karhutla sangat penting untuk mendeteksi, memantau, dan mengendalikan kebakaran hutan dan lahan, terutama karena dapat berdampak buruk pada lingkungan, udara, dan kesehatan manusia.