Tingkat Kematian Bayi di Sumut Turun 26 per 1000 Kelahiran

Ketua Tim Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Azantaro menuturkan, angka kematian bayi (AKB) / infant mortality rate (IMR) menurun, dari 26 per 1.000 kelahiran hidup, berdasarkan Sensus Penduduk 2010 menjadi 18,28 per 1000 kelahiran hidup di 2020, Selasa (31/1/2023). (Dok : BPS Sumut)

PARBOABOA, Medan - Total Fertility Rate (TFR) Sumatra Utara (Sumut) berdasarkan hasil long form Sensus Penduduk 2020 (SP2020) sebesar 2,48 yang artinya hanya sekitar 2-3 anak dilahirkan perempuan selama masa reproduksinya.

“Kondisi ini tentu menunjukkan bahwa hasil LF SP2020 menuju replacement level,” kata Ketua Tim Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Azantaro secara streaming YouTube Selasa (31/01/2023).

Dia menjelaskan, selama periode satu dekade, angka kematian bayi (AKB) / infant mortality rate (IMR) menurun, dari 26 per 1.000 kelahiran hidup pada Sensus Penduduk 2010 menjadi 18,28 per 1.000 kelahiran hidup pada long form SP2020. 

"Terjadi penurunan tren migrasi masuk seumur hidup pada periode SP2010-LF SP2020. Angka migrasi masuk seumur hidup hasil LF SP2020 sebesar 3,77 yang berarti ada sekitar 3 dari 100 penduduk yang tinggal di Sumatra Utara tapi tidak lahir di Sumut," jelasnya.

Azantaro menuturkan, untuk hasil pendataan long form SP2020 di Provinsi Sumut mencatat tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prevalensi disabilitas menurut kota-desa dan jenis kelamin. Selisih prevalensi disabilitas antara laki-laki–perempuan dan antara anak–pemuda sekitar 0,1 sampai 0,2 persen. 

Masih menurut data BPS, dilihat pada usia sasaran, prevalensi disabilitas pada usia lansia jauh lebih besar dibandingkan dengan usia sasaran lainnya. Indikator pendidikan hasil long form SP2020 menunjukkan tingkat pendidikan penduduk Sumut usia 15 tahun ke atas didominasi oleh pendidikan menengah. 

Azantaro menyebut, 100 penduduk berusia 15 tahun ke atas, sekitar 44 orang yang menamatkan sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat dan hanya ada 10 orang yang menamatkan perguruan tinggi (PT). 

"Persentase rumah tangga yang menempati rumah yang memenuhi syarat ketahanan bangunan sebesar 94,37 persen. Adapun menurut wilayah, persentase wilayah kota dan desa masing-masing sebesar 95,49 persen dan 93,02 persen," pungkasnya.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS