PARBOABOA, Jakarta - Tentara Rusia pada Minggu (22/01/2023) mengklaim bahwa pasukannya meluncurkan serangan di wilayah Zaporizhzhia Ukraina. Sebelum dalam konflik, Rusia merebut pembangkit listrik tenaga nuklir di wilayah tersebut. Di mana pertempuran terhenti selama berminggu-minggu, tetapi dilaporkan meningkat baru-baru ini.
Pasukan Rusia dalam laporan hariannya mengatakan bahwa mereka memimpun ‘operasi ofensif’ di wilayah tersebut dan mengklaim telah mengambil garis dan posisi yang lebih menguntungkan. Wilayah itu telah menjadi tempat pertempuran sengit dalam beberapa pekan terakhir. Gubernur, Oleksandr Starukh mengatakan pasukan Rusia telah meluncurkan lebih dari 160 serangan penembakan dalam semalam. Dalam sebuah postingan Telegram dia mengatakan 21 kota telah menjadi sasaran. Diketahui, seorang wanita tewas dan dua orang lainnya luka-luka.
Kepala pertahanan Inggriss menerangkan bahwa pasukan Rusia dan Ukraina sedang berkumpul di Oblast Zaporizhzhia. Ketika Rusia merebut pembangkit nuklir Zaporizhzhia, kekhwatiran muncul atas potensi bencana nuklir karena penembakan dan tembakan artileri terjadi di dekatnya.
Kementerian Pertahanan Inggris dalam catatan pembaruan terbarunya mengatakan ahwa kedua belah pihak telah mengerahkan kekuatan signifikan di Oblast Zaporizhzhia. Ia menjelaskan juga bahwa pasukan telah melakukan pertukaaran artileri dan pertempuran keci, namun telah menghindari upaya ofensif skala besar.
"Secara keseluruhan, konflik dalam keadaan menemui jalan buntu. Namun, ada kemungkinan realistis kemajuan lokal Rusia di sekitar Bakhmut," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian pertahanan Rusia menjelaskan pada hari Sabtu (21/01/2023), bahwa mereka mengadakan latihan untuk memukul mundur serangan udara di wilayah Moskow. Selanjutnya, kementerian mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Di wilayah Moskow, sesi pelatihan diadakan dengan personel brigade rudal anti-pesawat dari Distrik Militer Barat tentang memukul mundur serangan udara terhadap fasilitas industri dan administrasi militer yang penting."
Rusia memaparkan bahwa sistem rudal anti-pesawat S-300 terlibat dalam pelatihan saat pertempuran disimulasikan. Pernyataan itu menjelaskan "Saat mereka berbaris, tentara memukul mundur serangan oleh kelompok sabotase musuh tiruan pada konvoi militer. Di bawah penutup layar asap, konvoi pertahanan udara mampu keluar dari serangan dan terus memenuhi tugasnya." Pungkasnya.