PARBOABOA, Jakarta - Pasukan militer Amerika Serikat (AS) di sejumlah negara Timur Tengah jadi target serangan.
Diketahui, pasukan AS negara Timur Tengah seperti Irak mencapai 2.500 orang dan 900 lainnya di negara tetangga Suriah.
Serangan-serangan dikabarkan terjadi sejak awal pekan, dimana pasukan AS menggagalkan beberapa drone yang menargetkan pangkalan militer mereka di Irak.
Kemudian pada Rabu (18/10/2023), sebuah pesawat tak berawak menyerang pasukan AS di Suriah dan mengakibatkan sejumlah tentara luka ringan.
Terbaru, Kamis kemarin, drone dan roket menargetkan pangkalan udara Ain al-Asad, yang menampung pasukan AS dan pasukan internasional lainnya di Irak barat.
Beberapa ledakan juga terdengar di dalam pangkalan tersebut.
Di hari yang sama, polisi Irak melaporkan, roket menghantam pangkalan militer lain yang menampung pasukan AS di dekat Bandara Internasional Baghdad.
Sebuah kapal perang Angkatan Laut AS yang melakukan perjalanan di dekat Yaman di Kamis juga dilaporkan mencegat rudal dan beberapa drone yang diluncurkan oleh gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran.
Reaksi Pentagon
Menanggapi serangan tersebut, Washington disebut semakin waspada terhadap aktivitas kelompok yang didukung Iran dengan ketegangan regional yang meningkat selama perang Israel-Hamas.
Juru bicara Pentagon, Brigadir Jenderal Patrick Ryder pada Kamis lalu mengatakan, pihaknya akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk membela pasukan AS dan koalisi dari ancaman apa pun.
Sementara itu, Presiden Joe Biden telah mengirimkan kekuatan angkatan laut ke Timur Tengah dalam dua minggu terakhir, termasuk dua kapal induk, kapal perang lain dan sekitar 2.000 Marinir.
Imbas perang Israel-Hamas?
Meski tentara AS di sejumlah negara menjadi target serangan setelah pecah perang militan Hamas dan militer Israel, Ryder mengatakan tidak melihat adanya hubungan antara peningkatan serangan dan konflik di Gaza tersebut.
Tapi di sisi lain, ketegangan imbas aksi Israel di Gaza sudah tinggi.
Ulama terkemuka Muslim Syiah, Ayatollah Agung Ali al-Sistani, bahkan mengutuk Israel dan menyerukan dunia untuk melawan “kebrutalan yang mengerikan” di Gaza yang terkepung.
Sementara Kataib Hizbullah, sebuah faksi bersenjata kuat yang memiliki hubungan dekat dengan Iran, menuduh AS mendukung Israel dalam membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Kataib mendesak tentara AS meninggalkan Irak.
Hingga saat ini, Israel telah mengerahkan 360.000 tentara cadangan dan membombardir daerah kantong Hamas di Jalur Gaza, Palestina tanpa henti.
Dari serangan Israel itu, setidaknya 3.785 warga Palestina tewas dan 12.493 luka-luka.