PARBOABOA, Jakarta – Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat pendapatan pengemudi ojek online (Ojol) per hari hampir sama dengan biaya operasionalnya.
“Pendapat per hari pengemudi hampir sama dengan biaya operasionalnya. Terbanyak rata-rata pendapatan per hari Rp50 ribu sampai Rp100 ribu (50,10 persen) dan biaya operasionalnya per hari terbanyak kisaran Rp50 ribu – Rp100 ribu (44,10 persen),” kata Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno kepada wartawan, selasa (11/10/2022).
Survei yang sama juga menemukan bahwa pesanan turun setelah kenaikan tarif ojol yang berlaku mulai Minggu (11/09/2022) lalu.
Djoko menilai, transportasi daring merupakan bisnis gagal. Pasalnya, pengemudi kerap mengeluh dan demo. Sementara, pengemudi Ojol sebagai mitra tidak akan merasakan peningkatan pendapatannya karena banyaknya potongan-potongan yang sangat besar dari aplikasi.
“Pendapatan rata-rata driver ojek online di bawah Rp3,5 juta per bulan dengan lama kerja 8-12 jam sehari, dan selama 30 hari kerja sebulan tanpa adanya hari libur selayaknya mengacu aturan ketenagakerjaan yang sudah diatur oleh Kementrian Tenaga Kerja,” kata Djoko.
Hal tersebut tidak sesuai dengan janji aplikasi angkutan berbasis online pada 2016 lalu bisa mencapai hingga Rp8 juta per bulan.
Oleh karena itu, Djoko mendorong pemerintah supaya membuatkan aplikasi transportasi dari di mana operasionalnya diserahkan ke daerah.
"Seperti halnya yang dilakukan Pemerintah Korea Selatan membuat aplikasi untuk usaha taksi. Dalam upaya untuk melindungi sopir taksi yang kebanyakan tidak berbahasa Inggris dan rata-rata sudah berusia tua," kata Djoko.
Survei ini merupakan tindak lanjut dari Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 667 Tahun 2022 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Jasa Penggunaan Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat yang Dilakukan dengan Aplikasi.
Survei dilakukan pada 13 - 20 September 2022 secara online terhadap 2.655 responden masyarakat pengguna ojek online dan 2.016 responden mitra ojek online. Tujuannya, untuk mengetahui persepsi masyarakat pengguna dan pengemudi ojek online terhadap penyesuaian biaya jasa (tarif) ojek online.