Parboaboa, Jakarta – Situasi di perbatasan Ukraina yang semakin memanas setelah Amerika Serikat menyebutkan Rusia siap melakukan penyerangan, kapan pun perang bisa terjadi. Namun Rusia masih saja membantah, meskipun pasukan di perbatasan tetap bertambah. Kondisi ini membuat wilayah perbatasan semakin tegang.
Sekretaris Jendral (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, buka suara dan mengungkapkan biaya yang harus ditanggung jika konflik antar Rusia dan Ukraina sampai ketahap peperangan akan sangat mahal. Karena akan ada penderitaan manusia yang terkena imbas dari konflik itu.
"Saya sangat khawatir dengan peningkatan tensi dan spekulasi terkait potensi konflik militer di Eropa. Harga dari penderitaan manusia, kehancuran dan kerusakan untuk Eropa dan keamanan global terlalu tinggi untuk direnungkan," ungkap Guterres dalam pernyataan pers terkait situasi Ukraina, Senin (14/2), dikutip dari situs resmi PBB.
"Kita tentu saja tidak bisa menerima potensi konfrontasi yang membawa malapetaka seperti itu," tambahnya.
Disisi lain, Guterres menyambut baik usaha diplomasi yang kini dilakukan beberapa Negara. Namun, ia masih memerlukan lebih banyak lagi diplomasi dalam pencegahan perang di Ukraina. Beberapa pemimpin Negara, seperti Jerman melakukan kunjungan ke Rusia dalam rangka pemecahan tensi yang sedang melanda Rusia dan Ukraina.
Presiden Rusia, Vladimir Putin yang dikunjungin Kanselir Jerman Olaf Scholz pada pertemuan di Moskow, Selasa (15/2) mengatakan akan membahas isu yang beredar tersebut di Eropa.
"Sayangnya, kami akan menggunakan waktu yang kami punya untuk membahas isu yang terkait dengan situasi di Eropa dan keamanan," kata Vladimir.
Scholz juga membenarkan pertemuan itu untuk membahas situasi sulit saat ini di Eropa.
"Menjadi jelas kita sekarang harus membicarakan situasi sulit terkait keamanan di Eropa", ucap Scholz.
Pada pertemuan diplomatik itu, Rusia mengungkapkan bahwa negaranya masih terbuka untuk membahas upaya diplomasi, meski diperbatasan Ukraina terdapat ribuan pasukan.