PARBOABOA, Jakarta – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berjanji untuk memperkuat angkatan bersenjata setelah Rusia melancarkan serangan udara terbesarnya di beberapa kota, pada Senin (10/10/2022).
“Kami akan melakukan segalanya untuk memperkuat angkatan bersenjata kami. Kami akan membuat medan perang lebih menyakitkan lagi bagi musuh,” kata Zelensky, dilansir dari Reuters, Selasa (11/10/2022).
Presiden Ukraina itu langsung berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Zelensky mengatakan bahwa pertahanan udara adalah “prioritas nomor 1 dalam kerja sama pertahanan kami”. Presiden AS itu, berjanji akan memberikan sistem pertahanan udara ke Ukraina.
“Presiden Biden berjanji untuk terus memberikan dukungan yang diperlukan Ukraina untuk membela diri, termasuk sistem pertahanan udara yang canggih,” demikian pernyataan resmi Gedung Putih.
Pernyataan itu muncul setelah rudal menghantam Ukraina. Serangan udara bertubi-tubi menghancurkan jalanan, taman bermain, hingga lokasi wisata.
Ledakan bahkan menciptakan lubang besar di sebelah taman bermain anak-anak di salah satu taman teramai yang berada di pusat Kiev.
Rentetan ledakan di laporkan terjadi di Kyiv, Lviv, Ternopil dan Zhytomyr di Ukraina barat, Dnipro dan Kremenchuk di tengah, Zaporizhzhia di selatan dan Kharkiv di timur.
Puluhan rudal yang ditembakkan dari udara, darat dan laut oleh Rusia, ini merupakan gelombang serangan udara paling luas, setidaknya sejak serangan selama awal perang 24 Februari 2022.
Akibat serangan udara tersebut memaksa ribuan orang melarikan diri ke tempat perlindungan bom. Pihak berwenang mengatakan, 14 orang tewas dan 97 mengalami luka-luka usai serangan di seluruh Ukraina.
Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal, mengungkap bahwa serangan menerjang sebelas target infrastruktur utama di delapan wilayah berbeda. Alhasil, sebagian penduduk negara itu kehilangan akses untuk mendapatkan air dan listrik.
Untuk mengakhiri pemadaman ini, Ukraina menghentikan ekspor listrik ke Uni Eropa. Penangguhan terjadi saat benua tersebut menghadapi lonjakan harga listrik yang telah memicu inflasi menghambat aktivitas industri, dan menyebabkan tagihan listrik yang tinggi.