PARBOABOA, Pematangsiantar - Dalam upayanya menduduki sejumlah wilayah penting di Ukraina, Rusia diketahui menggunakan sebuah senjata yang sangat mengerikan.
Dilansir laman The Guardian, Kamis (19/5/2022), alat perang ini diklaim menyiksa korbannya sebelum akhirnya mati dalam kondisi mengenaskan dengan tubuh menguap atau paru-paru meledak.
Beberapa organisasi internasional melarang penggunaan senjata termobarik (bom vakum) karena dampaknya yang menyiksa.
Cara kerjanya memang menarik untuk diketahui. Termobarik bisa ditembakkan dari peluncur roket maupun dijatuhkan dari udara menggunakan pesawat.
Senjata yang juga dikenal sebagai bom aerosol ini terdiri dari tabung berisi bahan bakar dan dua bahan peledak yang terpisah satu sama lain.
Pada tahap pertama, pemantik mendistribusikan aerosol yang terbuat dari bahan superhalus yang berbasis karbon hingga partikel logam kecil.
Kemudian, pemantik kedua memantik awan yang keluar hingga menciptakan bola api. Setelah itu terjadilah gelombang kejut sangat besar dan ruang hampa akibat proses penyedotan oksigen di sekitarnya.
Gelombang ledakan bisa bertahan lebih lama jika dibandingkan dengan bahan peledak konvensional.
Bahkan, dalam jarak tertentu --yang relatif dekat dan bergantung pada ukuran termobarik-- senjata ini bisa melenyapkan tubuh manusia, alias menguap.
Gelombang kejut yang ditimbulkan bisa masuk ke celah atau ruang-ruang di gedung dan bunker bawah tanah, sehingga sulit bagi sasaran untuk menghindari dampak senjata termobarik ini.
Senjata semacam ini digunakan untuk berbagai tujuan serta tersedia dalam berbagai ukuran.
Menurut Marcus Hellyer, analis senior Institut Kebijakan Strategis Australia, Rusia menggunakan senjata termobarik kemungkinan untuk merusak formasi pertahanan Ukraina.
Senjata yang diluncurkan dari udara dengan ukuran sangat besar digunakan untuk menghancurkan terowongan-terowongan dan bunker pertahanan.
Senjata termobarik sudah digunakan oleh Rusia dan negara Barat sejak 1960-an. Amerika Serikat mengandalkan senjata ini untuk melenyapkan Al Qaeda di pegunungan Afghanistan.
Hellyer mengatakan, senjata termobarik sangat efektif dalam menghancurkan formasi pertahanan.
Meski senjata ini tidak bisa menghancurkan tank, termobarik dapat digunakan sebagai senjata yang bisa merusak kompleks apartemen dan bangunan lainnya.
Pada 2020, kelompok hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW) mengutuk penggunaan senjata termobarik di Chechnya oleh Rusia.
Menurut HRW, serangan yang dilakukan Moskow itu sangat berbahaya dan menimbulkan dampak kemanusian.
Efek yang ditimbulkan dari senjata termobarik ini sangat mengerikan. Ruang hampa yang tercipta dapat secara instan menyedot udara keluar dari tubuh sehingga paru-paru meledak
Hingga kini belum ada undang-undang internasional yang secara khusus melarang penggunaan senjata termobarik.
Namun jika suatu kekuatan militer menggunakannya untuk menyasar warga sipil, negara tersebut bisa dihukum atas kejahatan perang di bawah Konvensi Den Haag 1899 dan 1907.